Sesi foto bersama mahasiswa UIN Walisongo dengan Margareta, tamu dari Belgia. (Amanat/Sakti) |
Skmamanat.com – Acara Penyambutan Tamu Kunjungan dari Belgia ditutup dengan pertanyaan menantang dari Margareta, tamu dari Belgia, di Gedung Rektorat lantai tiga UIN Walisongo Semarang, Kamis (13/4).
Acara tersebut diisi dengan diskusi mengenai Tantangan Kemajemukan Islam di Indonesia (Islamic Plularism in Indonesia in Challege). Dalam diskusi tersebut dibahas mengenai beberapa isu-isu agama Islam, seperti umat muslim dianggap teror dan pendanaan sarana ibadah Islam di Indonesia dan Belgia.
Di akhir sesi, Margareta memberikan pertanyaan yang menantang kepada mahasiswa mengenai pilihan pemimpin muslim atau non muslim. “Jika dihadapkan pada pilihan pemimpin negara muslim korup dan non muslim tapi jujur, mana yang akan kalian pilih?” tanyanya.
Dimas Hari Utomo, mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesahatan, menanggapi pertanyaan tersebut dengan serius. Menurutnya ini adalah pertanyaan jebakan yang harus dijawab dengan bijaksana. Ia berpendapat bahwasannya tidak masalah untuk memilih pemimpin non muslim yang jujur, karena pemimpin yang dimaksutkan adalah pemimpin pemerintahan, bukan pemimpin agama.
“Jika ia muslim yang baik, maka ia tidak akan korupsi. Kesimpulannya, kalau dia korupsi, maka ia bukan muslim yang baik.” Dimas menganalogikan.
Berbeda dengan Wahab Fatoni, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), menurutnya pemimpin negara haruslah muslim, karena Islam memiliki toleransi yang sangat tinggi. Ia juga mengkhawairkan jika pemimpin negara bukan seorang muslim, maka akan menyebabkan pengurangan kursi jabatan orang muslim di pemerintahan.
“Mayoritas penduduk dan penjabat di Indonesia adalah muslim, jadi pemimpinnya harus muslim” kata mahasiswa semester enam itu.
Di akhir sesi tanya jawab tersebut Margareta menyimpulkan bahwa pemimpin korup itu tidak baik karen akan merugikan salah satu pihak, baik pihak muslim ataupun non muslim. Ia juga menekanan bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk mengutarakan pendapat tanpa ada desakan dari siapapun.
“Setiap orang bebas berpendapat dengan dasar yang mereka anggap benar dan tentu dapat dipertanggungjawabkan,” tungkasnya.
Reporter : Wiwid Sakti N
Editor : M. Syafiun Najib