• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Rabu, 18 Mei 2022
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Tak Usah Resah, Indeks Prestasi Bukan Harga Mati

Rima Dian Pramesti by Rima Dian Pramesti
3 tahun ago
in Esai
0
Ilustrasi: Mahasiswa gelisah memikirkan IP (Dok. Internet)

Setiap libur semester datang, itu berarti saat yang sama ketika yudisium tiba. Tiap mahasiswa pasti penasaran dengan Indeks Prestasi (IP) yang diperolehnya, begitu juga dengan mahasiswa UIN Walisongo hari ini. Mereka tengah meributkan IP yang diperoleh dari hasil kuliah selama satu semester.

Apalagi mahasiswa semester satu. IP pertama seolah awal dari segalanya. Kebanyakan dari mereka sangat mengidam-idamkan nilai tinggi, seperti IP itu harga mati. Hmmm

Yaa… Perasaan senang pasti hinggap jika kita mendapat nilai “A”. Lalu, kita akan mengunggah status Whatsapp tangkapan layar soal transkrip nilai dengan gaya rendah hati. Sebaliknya, jika IP kita jeblok, dengan nada tegar yang dibuat-buat kita akan menulis status, “IP bukan segalanya.” atau, “yang penting adalah proses mendapatkannya.”

Tidak munafik, kegelisahan itu terjadi juga pada penulis, ketika mengetahui mendapatkan nilai yang rendah. Saya pura-pura tegar. Alih-alih menghibur diri dengan menonton televisi, tidak sengaja yang muncul adalah FTV Indosiar. Dalam sebuah adegan diperlihatkan seorang anak menangis lantaran dagangan layang-layangnya tidak laku. Lalu, tokoh ibu menghibur dengan mengatakan, “yang penting kamu sudah berusaha nak.” Dan, saya cukup terhibur mendengar itu.

Pertanyaanya adalah, apakah IP memang sepenting itu, jadi penentu bahagia dan duka mahasiswa?

Baca juga

Ketika Sang ‘Pembunuh Tuhan’ Dibunuh Oleh Cinta

Menunggu Sumpah Generasi Ngopi

Kematian

Kalau dikatakan IP itu penting, tentu jawabannya “iya”. IP merupakan alat ukur pemahaman mahasiswa terhadap suatu mata kuliah yang diambil (idealnya). Jika, mahasiswa tidak mempunyi IP, tentu ia tidak bisa lulus dan mendapat gelar sarjana.

Lalu, dalam dunia kerja, selain asal perguruan tinggi dan program studi yang kita ambil, hal utama yang dilihat perusahaan atau instansi tertentu adalah IPK yang kita dapat.

IP juga merupakan bentuk tanggung jawab kita kepada orang tua, bukti pada mereka kalau kita niat kuliah. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya kuliah dengan baik. Bahkan, beberapa orang tua mungkin bangga dengan anaknya yang ber IP tinggi, sehingga bisa dipamerkan di depan tetangga.

Tapi apakah kita kuliah hanya untuk mencari IP? Coba renungkan lagi.

Allah SWT dalam Surat Mujadilah/58 ayat 11, berfirman;

يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَـٰتٍ۬ۚ

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Ingat ya, orang yang beriman dan berilmu, bukan orang yang ber-IP. Ilmu pengetahuan lebih berharga dibanding nilai, percuma IP tinggi namun tidak mencerminkan apapun selain angka.

Yang dibutuhkan mahasiswa saat ini bukan hanya sekedar IP yang tinggi, tapi juga pengalaman, dan soft skill yang didapatkan selama berproses. Makanya, mengikuti organisasi di kampus untuk mengembangkan potensi yang kamu punya itu akan berpengaruh banyak setelah lulus nanti. Ingat, kesuksesan bukan hanya diukur dari angka saja, tapi potensi apa yang kita miliki untuk dikembangkan ke depan.

Tapi, bukan berarti nilai tinggi itu tidak penting. Maksudnya, jangan hanya terfokus pada nilai. Bayangkan, jika kamu sudah melakukan berbagai cara, mulai dari yang jujur sampai yang nakal untuk mendapatkan IP tinggi, tapi hasilnya malah tidak sesuai dengan ekspektasi? Kecewa, sakit hati, dan menyalahkan diri sendiri, kemudian punya anggapan bahwa diri sendiri sangat bodoh, masa depan tidak jelas.

Bukan begitu. Jika saja kamu tahu, Presiden kita Joko Widodo saat kuliah di jurusan Kehutanan Universitas Gadjah Mada itu mendapatkan IPK 3,05. Tidak percaya? Coba saja kamu cari di Google, akan banyak sekali tulisan yang membahas soal IPK beliau. Jadi tidak usah terlalu gelisah jika IPK kita tidak terlalu tinggi, nikmatilah masa kuliah yang penuh cerita, derita, dan bahagia ini.

Jadilah mahasiswa yang berhati lapang dan berbahagia. Katakanlah pada diri kamu, “Yang penting saya sudah berusaha! Masih banyak hal baik yang saya dapatkan. Seperti pengalaman, ilmu pengetahuan, teman-teman, dan pendewasaan”.

Karena munafik jika bilang IP tidak penting sama sekali. Tapi, naif juga menggantungkan masa depanmu hanya pada angka-angka mati bukan?


Penulis: Rima Dian Pramesti

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: ipk bukan segalanyaipk mahasiswamahasiswa uin walisongo
Previous Post

SKM Amanat Raih Penghargaan Dalam Acara RAT Kopma Walisongo

Next Post

Sebelum Ke Pare, Perhatikan 6 Hal Ini Agar Waktu Belajarmu Tidak Sia-sia

Rima Dian Pramesti

Rima Dian Pramesti

Just a little girl, can't do anything. But drawing is my favourite. I'll draw smile on your heart.

Related Posts

Sumber ilustrasi: kalaliterasi.com
Esai

Ketika Sang ‘Pembunuh Tuhan’ Dibunuh Oleh Cinta

by Agus Salim I
1 Mei 2021
0

...

Read more
Sumber : majalah.ottencoffee.co.id

Menunggu Sumpah Generasi Ngopi

26 Januari 2021
sumber ilustrasi: intisari.grid.id

Kematian

24 Januari 2021
Sumber foto: Kompas.com

Meneropong Dongeng: Dari Zaman “Old”hingga “Now”

22 Desember 2020
Sumber ilustrasi: hipwee.com

Mengapa Orang Begitu Bodoh setelah Mengenal Cinta?

21 November 2020

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini

Terbaru! Inilah 40 Daftar Prodi dan Status Akreditasi UIN Walisongo 2022

12 Februari 2021

7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

6 Maret 2018
Suasana Mahad Walisongo yang berada di kampus 2 UIN Walisongo  Semaran (Doc. Amanat)

Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

12 Juli 2018

Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

6 Maret 2018
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2020 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2020 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend