Amanat.id- Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menyelenggarakan Studium General dengan mengusung tema “Islam and Citizenship Education in the Modern World” dengan menghadirkan Ednan Aslan dari University of Viena Austria. Acara tersebut digelar secara offline di Lantai 2 Auditorium I Kampus 1 UIN Walisongo, Rabu (30/03/2022).
Ednan, dalam meterinya memaparkan tiga pendekatan penting dalam kewarganegaraan.
“Ada tiga pendekatan citizenship. Pertama adalah civic republican citizenship yang menekankan sisi aktif warga negara, yang kedua adalah rawlsian liberal citizenship, yang ketiga adalah neo-liberal citizenship, jadi sesuatu harus terealisasi,” tuturnya.
Ia menjelaskan hal menarik dari Pancasila, sebagai bagian dari pendidikan kewarganegaraan yang mampu mengatasi perpecahan.
“Formulasi citizenship education di Indonesia sudah diformulasikan tahun 1945 yaitu Pancasila. Ada hal yang menarik dari Pancasila di mana bahwa rumusan Pancasila itu bisa mengatasi dan bisa meminimalisir perpecahan-perpecahan yang ada di Indonesia,” terangnya.
Tidak hanya menjelaskan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia saja, Ednan juga memaparkan bagaimana mendekatkan citizenship education di sekolah-sekolah muslim di Barat.
“Sekolah-sekolah Islam di Barat mengeksplor konsep-konsep harmony dan diversity di dalam ajaran Islam dan bagaimana itu diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari di sana. Jadi pendekatannya seperti itu, karena konstitusi tidak mengatur atas suatu agama pun di Barat,”
“Masyarakat sana dan para pengatur kebijakan terus-menerus menyerukan untuk mengkampanyekan civic education agar bisa diterapkan untuk masyarakat muslim yang ada di sana.” jelasnya.
Ia juga menegaskan konsep citizenship dalam Islam harus terus dikaji dalam dunia literasi maupun dalam kebijakan.
“Konsep Islam dan civic education ini harus terus menerus dikaji, ditelaah, ditulis dalam literasi ilmiah maupun kebijakan, karena seperti negara-negara lain yang mayoritas muslim masih berjuang menegosiasikan apakah seorang muslim saat ini harus mempunyai wawasan nasionalistik ataukah mempunyai wawasan yang global. Itu plan yang kita sama-sama harus kaji agar bagaimana kita bisa menjadi muslim dan hidup di zaman yang global saat ini,” pungkasnya.
Reporter: Alma Dliya Jauza