• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Kamis, 9 Februari 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Stoisisme: Filsafat Romawi Penangkal Depresi

Emosi yang disebabkan rasa khawatir akan bisa mudah teratasi dengan kita mengunakan konsep stoisisme.

Agung Prastio by Agung Prastio
7 bulan ago
in Artikel
0
Marcus Aurelius, salah satu filsuf stoisisme.
Patung Marcus Aurelius (salah satu filsuf stoisisme) di Bukit Capitoline, Italia. (Sumber: Republika)

Tak banyak yang tahu jika filsafat mampu menjadi penawar rasa depresi. pemahaman kita soal filsafat dalam kacamata umum selalu dimanifestasikan sebagai hal yang rumit dan menakutkan. Padahal, jika kita kaji lebih dalam tidaklah semengerikan yang dibayangkan.

Stoisisme adalah aliran filsafat yang lahir dari zaman Romawi. Aliran filsafat yang dipopulerkan oleh Epictutus dan Marcus Aurelius ini mampu memberikan jawaban-jawaban atas segala persoalan hidup.

Akan tetapi, banyak dari kita yang kemudian salah mengartikan persoalan hidup. Seringkali kita terjebak pada situasi memperjuangkan secara mati-matian sesuatu yang berada di luar kendali. Sedangkan hal yang berada dalam kendali cenderung disepelekan. Hal inilah yang kemudian ditentang oleh Epictutus.

Menurut Epictutus, ada hal-hal yang berada di dalam kendali manusia dan ada hal-hal yang berada di luar kendali manusia yang tidak perlu kejar secara mati-matian.

Epictutus dalam Enchiridon kemudian menyarankan kepada manusia agar selalu bersikap realistis dalam menyikapi berbagai keadaan dan kondisi hidup yang tak menentu ini. Marcus Aurelius dalam The Meditations kemudian mendeskripsikan secara spesifik dalam menyikapi kehidupan. Marcus berkata:

Baca juga

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

Bahaya Flexing di Media Sosial

“Aku dengan demikian tidak bisa dicelakai oleh orang-orang ini, juga tidak bisa marah dengan orang yang sama denganku. Aku juga tidak bisa membencinya, karena kita ada untuk bekerja sama, seperti kaki, tangan, kelopak mata atau dua baris gigi di rahang atas dan rahang bawah. Merugikan satu sama lain berarti bertentangan dengan alam; dan marah dengan orang lain serta berpaling darinya jelas merugikan dirinya.”

Apa yang dikatakan oleh Aurelius dan Epictutus adalah bentuk keselaraan hidup dengan alam, yakni setiap perbuatan yang dilakukan manusia memiliki pengaruh besar terhadap alam. Dan perbuatan manusia yang memiliki pengaruh dengan alam adalah bagaimana kemudian ia memaknai setiap permasalahan yang dimanifestasikan dalam wujud depresi.

Kata Epictutus, yang membuat susah perasaan bukanlah terletak pada sesuatu itu sendiri, melainkan penilaian mereka terhadap suatu hal tersebut.

Hal ini justru akan melahirkan ketakutan dalam diri yang melekat pada diri kita sendirilah yang sejatinya membuat sesuatu hal mudah menjadi rumit. Terkadang kita lebih cenderung takut terhadap sesuatu hal yang belum tentu terjadi, seperti bayangan ketika suatu saat di masa yang datang kesengsaraan menimpa kita dan banyangan paranoid lainya. Ketakutan itu semakin menjadi-jadi tatkala kita mengandalkan faktor di luar diri kita yang kemudian melahirkan sikap depresi.

Emosi yang disebabkan rasa khawatir akan bisa mudah teratasi dengan kita mengunakan konsep stoisisme. Sebuah konsep yang secara tidak langsung mengajarkan kepada kita bahwa “hidup memang harus selaras dengan alam” sehingga segala sesuatunya selalu didasarkan kepada nalar dan rasionalitas.

Dengan stoik ini cukup akan memberikan sebuah sudut pandangan bahwa segala sesuatu fenomena yang menurut orang hal yang buruk, akan bisa dengan tenang dihadapi oleh seorang stoik begitupun kekhawatiran akan masa depan yang belum jelas adanya.

Manusia juga akan mendapat pengajaran yang lebih fokus pada cara mengurangi emosi negatif sebagai bentuk keselarasan dengan alam. Seperti kita tahu, setiap energi negatif yang kita hasilkan akan berpengaruh pada kondisi lingkungan sekitar. Bahkan, mampu membuat orang di sekitar kita tertular energi negatif.

Penulis: Agung Prastio

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: Artikel psikologiDepresiPenangkal depresiStoisisme
Previous Post

Ambivert; Kepribadian atau Tuntutan?

Next Post

Kembali Bangkit, KSK Wadas Adakan Pementasan Teater

Agung Prastio

Agung Prastio

Related Posts

cancel culture di media sosial
Artikel

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

by Redaksi SKM Amanat
6 Desember 2022
0

...

Read more
ngeri-ngeri sedap komunikasi anak dan orang tua

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

1 Desember 2022
flexing di media sosial

Bahaya Flexing di Media Sosial

13 November 2022
perdebatan di media sosial

Saat Celetukan Ringan di Media Sosial Menjadi Perdebatan Panjang

2 November 2022
cancel culture

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

31 Oktober 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Jurnalisme Data UIN Walisongo

Pentingnya Jurnalisme Data, Amcor UIN Walisongo Fasilitasi LPM untuk Ikut Pelatihan

31 Januari 2023
Wisuda UIN Walisongo

Kantongi Berbagai Respon atas Diundurnya Jadwal Wisuda UIN Walisongo 

20 Januari 2023
Pelantikan DEMA UIN Walisongo

Studium General DEMA UIN Walisongo, Aziz Hakim Bahas Implementasi Mahasiswa Aktivis

1 Februari 2023
Wisuda UIN Walisongo

UIN Walisongo Resmi Lepas 1.518 Wisudawan Periode Februari 2023

9 Februari 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend