Amanat.id–Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) gelar acara stadium general tahun akademik 2019/2020. Selain Faried Aljawi acara tersebut menghadirkan Hasyim Hasanah sebagai pembicara, Selasa (4/2/2020).
Bertempat di Auditorium II Kampus 3 UIN Walisongo Semarang, dalam kesempatannya, Hasyim Hasanah memaparkan Afirmasi Keilmuan Manajemen Haji dan Umrah (MHU) di era revolusi 4.0.
Ia mengatakan setiap waktu, selalu ada problem yang dialami penyelenggaraan haji dan umrah. Mulai tragedi di Mina, hujan badai, hingga banjir di wilayah kekeringan. Persoalan begitu kompleks, sehingga dibutuhkan pengembangan keilmuan.
“Disinilah peran Fakultas Dakwah, menangkap peluang untuk menguatkan kondisi keilmuannya agar menjadi rujukan nomor satu di Asia dalam rangka pengembangan Ilmu Haji dan Umrah,” tuturnya.
Berkaitan dengan afirmasi FDK, ujar Hasanah, pada konsep revolusi industri, ada bagian penting yang harus dipahami ketika seseorang akan melakukan proses pengembangan sebuah keilmuan. Yaitu, harus melihat keniscayaan bagi pengembangan yang akan didirikan serta memerlukan kecerdasan buatan.
Salah satu tujuan utama revolusi industri adalah bagaimana sebuah perubahan memberikan nilai efektivitas dan efisiensi. Maka dengan adanya proses itu, Internet of Things (IoT) menjadi salah satu sektor utamanya.
“Kemudian ada big data, haji pintar, kesehatan pintar, itu menjadi salah satu terobosan untuk bisa mengkoordinasikan data-data yang bersifat besar,” paparnya.
Ia juga menjelaskan, bahwa dalam pengembangan keilmuan dakwah, terdapat dua Frame yang dapat digunakan, yaitu mendasarkan pada dimensi kerisalahan (Ahsan al Qaul) dan dimensi kerahmatan (Ahsan al Amal).
“Pada dimensi yang pertama, dakwah Islam bisa dikembangkan dengan transmisi dan difusi, ini menjadi wilayah KPI. Kemudian ada personal internalisasi dan eksternalisasi yang fokus kajiannya pada persoalan perubahan perilaku, ini milik teman-teman jurusan BPI,” jelasnya.
Kemudian, pengembangan dimensi kerahmatan pada prodi MHU, Manajemen Dakwah (MD), dan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) yang bisa dikembangkan melalui aspek sosialisasi dari Socio-Religio-Engineering dan transformasi.
“Keduanya menjadikan perilaku manajemen di dalam penyelenggaraan haji dan umrah menjadi semakin kuat, semakin tangguh. Sehingga orang yang melaksanakan ibadah haji akan dapat memahami makna filosofi dalam ibadah haji dan diemplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” tutupnya.
Reporter: Rizkyana Maghfiroh
Editor: Liviana