Amanat.id—Heni Fitriyanti, mahasiswi asal Kudus, berhasil menjadi wisudawan terbaik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dalam Wisuda UIN Walisongo ke-80 periode Juni 2021 dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,91.
Selama menempuh masa studi, Heni—sapaan akrabnya—merupakan penerima beasiswa prestasi FISIP 2018 dan pernah menjadi tutor Bina BTQ di UKM QAI FISIP.
Sejak awal kuliah, Heni memutuskan untuk fokus kuliah dan mondok. Ia membuat daftar keinginan (wish list) yang berisi target IPK, tidak boleh mendapatkan nilai C, mengajukan judul di semester 6, semester 7 sudah acc proposal, dan di semester 8 harus sudah menyelesaikan skripsi.
“Bagi sebagian orang, IPK tinggi itu tidak penting dan tidak menjamin. Tetapi bagi saya, dapat membuat lebih giat belajar serta menghargai waktu dan diri saya sendiri. Semuanya saya tulis rapi dan setiap dihantui rasa malas, saya buka dan baca lagi tulisan-tulisan itu. Di setiap akhir semester, saya suka melakukan evaluasi diri. Apa yang sekiranya kurang dan apa yang harus saya tingkatkan,” imbuhnya.
Untuk mencapai target, Heni selalu memanfaatkan dan memanajemen waktu dengan baik. Kuliah dan mondok dalam satu waktu tidak membuatnya menyia-nyiakan waktu luang yang ada. Ia selalu mengisinya dengan membaca ulang materi pelajaran.
“Jadi, nanti pas sudah waktunya UTS atau UAS, tidak pakai sistem kebut semalam karena sudah belajar dari jauh-jauh hari. Saat di pondok jadi bisa fokus ke kegiatan pondok. Tidak ada kewajiban yang ditinggalkan,” ujar Heni.
Perjuangan Meyakinkan dan Penuhi Harapan Orang Tua
Saat diwawancara oleh Amanat.id via WhatsApp, Heni mengaku mengalami banyak kendala selama kuliah. Salah satunya adalah restu dari orang tua.
Orang tuanya lebih setuju jika Heni masuk jurusan kebidanan atau yang berhubungan dengan medis. Heni yang paham bahwa jurusan tersebut bukan passion-nya, tetap mengambil Sosiologi sembari berusaha meyakinkan orang tua atas dengan capaian prestasi akademik setiap semesternya.
“Alhamdulillah, kemarin setelah memberi kabar ke Ibu bahwa saya berhasil lulus tepat waktu dan menjadi lulusan terbaik, senyum syukur dan bangga terpancar di wajah beliau,” tuturnya.
Motivasi terbesarnya adalah orang tua. Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, orang tuanya menaruh harapan besar kepada Heni. Ia bertekad untuk membanggakan dan mengangkat derajat orang tua.
“Setiap saya mau berangkat menuntut ilmu ke Semarang, orang tua saya selalu menatap dengan tatapan penuh harapan. Apapun beliau usahakan supaya saya bisa kuliah. Dari situlah saya merasa bahwa saya harus bersungguh-sungguh menempuh pendidikan tinggi.”
Sebagai pemungkas, Heni memberi pesan untuk teman-teman:
“Jangan takut berambisi, terkadang ambisi itu mengalahkan ketidakmampuan, yang penting tetap membumi,” pungkasnya.
Reporter: Rizkyana Maghfiroh
Editor: Saffina Faizati