
Skmamanat.com – Ida Arofa, mahasiswi jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) berhasil menjadi wisudawan terbaik Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) dengan capaian Indeks Prestasi kumulatif (IPK) sebesar 3,86.
Ida sapaan akrabnya, mengaku harus melalui proses yang tidak mudah untuk lulus delapan semester dan menjadi wisudawan terbaik difakultasnya. Berasal dari keluarga yang sederhana, sempat membuatnya merasa tidak yakin untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan karena faktor ekonomi.
Perjuangan meraih beasiswa
Wisudawan asal Batang itu memulai kehidupan kuliah dengan tidak lolosnya beasiswa bidikmisi yang sangat diharapkannya. Selain itu, Ida juga beberapa kali gagal mendapat beasiswa dari berbagai instansi. Namun hal demikian tidak membuatnya menyerah. Ia terus berusaha.
Akhirnya Ida berhasil mendapatkan beasiswa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) saat semester dua dan beasiswa Badan Amal Zakat Naional (Baznas) di semester empat. Semua itu diperjuangkan untuk meringankan biaya kuliahnya.
Selain mengandalkan beasiswa, ia juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup di Semarang. Ida sempat berjualan gorengan di belakang swalayan Aneka Jaya saat semester dua meskipun saat itu ia merupakan santriwati Ma’had Al-jami’ah Walisongo dengan jam keluar terbatas . Selain itu ia juga berjualan donat di kampus dan tidak merasa malu saat harus menawarkannya ke teman-temannya.
“Kenapa harus malu. Justru itu melatih mental kita,” jelasnya.
ketika menginjak semester empat, Ia mendapat kesempatan mengajar di Taman Pendidikan Qur’an (TPQ). Kesempatan itu digunakannya untuk mengamalkan ilmu yang ia miliki dan mencoba menambah pengalaman. Sekarang Ida aktif sebagai pengajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Dengan menahan air mata, ia menambahkan saat liburan sebelum semester enam, ia sempat hampir putus asa untuk melanjutkan kuliah karena biaya yang semakin besar. Ia yang terdidik mandiri merasa berat untuk meminta uang guna membayar biaya kuliah. Apalagi setelah mengetahui orang tua nya harus berhutang terlebih dahulu untuk mendapatkan biaya tersebut.
“Saya paling benci sama yang namaya utang, tetapi gimana lagi, saya tidak bisa membantu banyak,” terangnya ketika ditanya perihal titik lemahnya.
Motivasi mengalahkan rintangan.
Wisudawan terbaik FDK itu tidak menyerah begitu saja. Motivasi besar yang dimilikinya berhasil membuatnya melewati segala rintangan. Kata-kata dari keluarga yang mendukung dan percaya bahwa ia adalah seorang hebat yang mampu mengangkat derajat keluarganya, membuat Ida bangkit dan berusaha menjawab kepercayaan itu.
Setelah menyelesaikan program S1 ini, ia ingin mencari pekerjaan dan pengalam baru yang jauh dari kampung halamannya sebelum menikah. Tentu saja ia juga ingin melanjutkan S2, namun Ketika sudah memiliki biaya sendiri.
“Siapa sih mas yang tidak ingin melanjutkan S2, bisa dapat teman dan pengalam baru, serta bisa dekat dengan tokoh-tokoh penting, tapi ya nanti lihat aja nanti,” tuturnya kepada kru skmamanat.com.
Kepada teman-teman yang masih menempuh kuliah di fakultas dakwah dan komunikasi, ia berpesan untuk tidak hanya fokus pada kuliah, walaupun tujuan awal sampai di UIN walisongo adalah kuliah. Tetapi alangkah lebih baik jika diimbangi dengan kegiatan dan organisasi untuk menambah pengalaman dan kemampuan leadership asalkan tidak menggangu kegiatan perkuliahan.
“Waktu itu sangat berharga, jangan sia-siakan kesempatan yang datang sekarang atau nantinya akan menyesal,” pungkasnya.
Reporter : Mohammad Azzam
Editor : Khanif Maghfiroh