Amanat.id- Sempat heboh cuitan berisi ungkapan protes mahasiswa prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) seputar pemaksaan iuran untuk acara pementasan seni pengganti Ujian Akhir Semester (UAS). Meski begitu, acara pagelaran bertema ‘Ekspresikan Kreasi dan Budaya Dengan Kearifan Lokal’ tetap terselenggara sampai selesai pada Jumat, (17/06/2022).
Dua hari sebelum pagelaran, muncul sebuah poster yang mengatakan jika ada pemaksaan membayar iuran mahal demi sebuah pagelaran pengganti UAS di salah satu jurusan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo. Keesokan harinya, spanduk bertuliskan ‘TIDAK MAKAN DEMI PAGELARAN’ terpampang di area taman depan gedung N Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Hal tersebut sontak menjadi perbincangan hangat dalam lingkup kampus UIN Walisongo Semarang.
Menanggapi isu yang kian memanas, Nanda, selaku ketua panitia acara, memberi klarifikasi.
“Dari panitia, kita sebenarnya hanya meminta iuran sebesar 20 ribu. Itu pun uangnya juga kembali ke mahasiswa lagi, 15 ribu untuk konsumsi. Kemudian, sisa 5 ribu guna membayar keperluan acara seperti sewa lighting, operator, dan lainnya,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PGMI, Wildan Alwi, turut buka suara.
“Memang benar panitia hanya meminta iuran sebesar 20 ribu. Apabila ada yang iuran sampai 60 ribu seperti isu yang beredar, itu kebijakan kelas masing-masing,”
“Di kelas saya sendiri, tidak mengeluarkan uang tambahan untuk acara pagelaran. Sebab, semua sudah teratasi oleh uang kas,” ungkapnya.
Terkait ancaman nilai, lanjutnya, jika tidak mau membayar. Masalah tersebut sudah dirundingkan dan menemui titik terang.
“Saya sudah membicarakan ini dengan Pak Wakil Dekan. Beliau berkata jika ada nilai mahasiswa yang tidak keluar karena menolak iuran, maka Beliau yang akan meloloskan,” tuturnya.
N.A, salah satu mahasiswa PGMI bercerita jika kelasnya meminimalisir pengeluaran dengan cara meminjam frame, dan sisa frame yang kurang memakai triplek untuk berhemat.
“Saya di sini ingin membantu meluruskan. Pagelaran memang untuk UAS. Namun, seandainya ada yang menolak, bisa diganti dengan pembuatan artikel jurnal,” tukasnya.
Reporter : Erika Layliyah