Amanat.id- Video formasi paper mob dalam pagelaran Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2019 UIN Walisongo viral di media sosial. Video yang diambil pada Senin, (19/8/2019) lalu itu, mengusung tema kemanusian dengan formasi gambar wajah para aktivis yang menjadi korban Hak Asasi Manusia (HAM) dan pesan keadilannya, dalam total 23 formasi.
Video diunggah pertama kali oleh akun sosial media panitia PBAK 2019 pada Jumat, (23/8/2019) silam, diunggah ulang oleh berbagai akun media sosial yang sudah cukup populer.
Tercatat, akun Instagram dengan ratusan ribu hingga sekian juta pengikut seperti @indozone.id, @sabdaperubahan, @wikipuisi, @ngajifilsafat, dan akun-akun yang lain turut mengunggah ulang video itu. Apresiasi dan komentar bernada positif pun membanjiri tiap kolom komentar di akun-akun tersebut.
Ketua Panitia PBAK 2019, Muhammad Syukron Hidayat menjelaskan alasan utama pemilihan tema paper mob itu dikarenakan Dema ingin menjadi promotor kasus HAM untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia. Ia ingin mengubah kesan PBAK yang selama ini terkesan hanyalah euforia dan hura-hura.
“Kemaren juga ada yang mengangkat tema UKT, namun hanya sebatas lingkup univ, kalau kita sekalian bidik pemerintah,” kata Syukron ketika diwawancarai oleh Amanat.id.
Selain itu Syukron menambahkan, alasan lainnya yaitu respon terhadap tumpulnya hukum di Indonesia mengenai HAM hingga banyak terjadi kasus-kasus diskriminasi di berbagai kota di Indonesia. Hal tersebut juga selaras dengan visi UIN Walisongo untuk kemanusaian dan peradaban.
“Dari berbagai pertimbangan, akhirnya kita sepakat menggulirkan isu masa lalu yang kini hilang ditelan waktu,” tandasnya.
Ia juga mengungkapkan sempat ada larangan dari pimpinan kampus ketika rapat akbar PBAK terkait dengan berbagai formasi yang diajukan. Menurut mereka, kata Syukron, hal yang diangkat itu bersifat provokatif atau semacamnya.
Namun demikian, ide dan konsep tentang formasi PBAK itu disetujui juga oleh pimpinan kampus.
“Karena dari pihak kampus satu tidak mampu memberikan alternatif konsep maupun ide soal PBAK,” kata Syukron.
Syukron yang juga mewakili tim kreatif mengatakan, butuh waktu sekitar satu bulan setengah untuk mematangkan konsep tersebut. Selama proses persiapan hingga pelaksanaan tidak ada hambatan yang berarti, sehingga aksinya berjalan sesuai harapan.
Tentang viralnya video paper mob tersebut, Syukron mengaku merasa bersyukur. Setidaknya, itu membuat harapannya agar pesan yang ada di formasi paper mob itu sampai di telinga pemangku negara terbuka.
“Alhamdulillah mas, jerih payah teman-teman bisa berhasil seperti ini, tapi saya melarang teman-teman untuk terlalu berbangga diri,” pungkasnya.
Reporter: Azzam A
Editor: Rima D