Memandang wajahmu yang kesepian, aku hanyut
Ingin aku sapa bibirmu dengan senyuman
Bukan ciuman
Bukan!
Tanpa mengenal aroma tubuhmu, aku rebah di lekuk dadamu
Yang serupa peta tanpa bisa ku baca arah mata anginnya
Sejenak dalam dekapmu, aku mendengar debar rindu paling perdu
Tentang debar rindu, ku arungi lorong gelap matamu yang sendu
Membuka pintu demi pintu rahasia yang terkunci waktu
Oh, Naa
Membaca lembar demi -lembar mimpi-mimpimu
Nyatanya aku tak ada dalam catatan benakmu
Harapanmu…
Keinginanmu…
Barangkali bersamaku adalah sebab kau mengaduh
Maka pergilah, kau tak perlu menjadi rumah
Sebab nadiku tak akan remah
Bila kau takut hujan jatuh di lembap mataku
Cukup kau payungi dengan satu ciuman
Sisanya, biar aku tafsirkan sendiri perihal pedihnya cinta dan rindu.
Semarang, Maret 2019
Zaidie Nur
Penyair dan Sineas Muda Kelahiran Batang.
Lurah Kampoeng Sastra Soeket Teki (2017-2018). Kecelakaan Sejarah Membuatnya Terlibat Hubungan Gelap Antara Kopi dan Sunyi.