Saya tiba-tiba teringat pengalaman saat menjalani ujian akhir semester yang cukup memprihatinkan. Ketika itu komting kelas membagikan selembar kertas ujian pada mahasiswa yang telah duduk rapi sesuai nomor presensi dosen. Karena saya tidak memahami mata kuliah ini, selama tiga puluh menit pertama lembar jawab masih kosong.
Beberapa mahasiswa terdengar saling berbisik menanyakan jawaban dari pertanyaan UAS. Sebetulnya dosen itu tahu, namun dia seakan masa bodoh. Tahu-tahu, semua mahasiswa dinyatakan lulus semua.
“Duh pak dosen enak betul. Usahanya berbeda tapi kok nilainya baik semua. Tahu gitu mending saya pakai joki,” saya membatin.
Ada juga dosen yang sengaja membuat pertanyaan dengan jawaban panjang. Memangnya dosen-dosen itu sanggup mengoreksi semua jawaban mahasiswa yang berlembar-lembar? Entahlah, mungkin tidak.
Bayangkan saja mahasiswa diberi lima soal ujian, nanti mereka saling berlomba menjawab dengan uraian terbanyak. Ya full-nya empat halaman, atau dua lembar folio. Sedangkan jumlah mahasiswa dalam satu kelas mencapai 30 orang. Bayangkan berapa lembar seorang dosen harus mengoreksi lembar jawab dari tiga kelas. Misal 180 lembar, apa satu dosen sanggup untuk mengoreksinya?
Perilaku dosen yang tidak sungguh-sungguh mengoreksi lembar jawab, sebetulnya menjadi pemicu kebiasaan mencontek di kalangan mahasiswa. Tentu itu menjadi peluang bagi mahasiswa untuk mencontek. Hingga berlanjut, mahasiswa pun menganggap itu perilaku yang wajar di perkuliahan.
Padahal dosen sebagai tenaga pengajar pada perguruan tinggi berkewajiban untuk mengajar dan membimbing mahasiswa agar memiliki kompetensi yang relevan dalam bidangnya. Tetapi pada realita yang ada belum semua dosen menjalankan kewajiban tersebut. Buktinya, dalam proses koreksi tugas mahasiswa tidak pernah dilakukan secara maksimal.
Semestinya dosen sebagai tenaga pendidik bisa menjalankan kewajibannya secara maksimal. Sebab, hal ini berkaitan dengan kualitas lulusan yang akan dihasilkan. Menegur atau memberi hukuman pada mahasiswa harus dipertegas.
Jika kekeliruan mahasiswa dibiarkan, sama saja dosen tidak menjalankan tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik. Sanksi tetap perlu ada, jika tidak siap-siap saja mereka akan meremehkan kapabilitas para dosen.
Penulis: Iin Endang