![]() |
Ilustrasi: blogyounameit.files.wordpress.com |
membakar rindu
Kalau bukan lantaran rindu
kubuang secarik kertas ini
Untuk apa masih melukis wajah
Yang mengundang hujan
Andai kau dengar serak rindu-menderu
Tak ada lagi suara-suara dan sebuah jalan
Agar kau merasai rindu
Kasih,
Kalau bukan lantaran rindu
Sudah kubakar kenang senyummu
Seperti kau bakar ingatan
Tentang aku
2015
memiliki mawar
Memiliki mawar yang terangkai di tanganmu adalah
kediaman
Setelah aku mati seperti tualang singgah, menziarahi
kembang,
Kuntum mawar penawar luka
Duh, jiwa yang pecah. Kembang tanpa tangkai adalah
jilat petir
Di mata harimau lapar
Bagian tubuh mana yang datang lebih dulu?
Melepas lilitan kain penghalang sebelum menikmati
jilat petir
Jadi sewarna lukisan mawar di tanganmu
Tempat yang begitu ingin kutitipi sauh, sebelum kau
mati
2015
mengapa kau diam?
Tiada suatu yang berhembus dari napasmu
Kecuali kisah tentang takdir:
Mengapa kau terus diam, kasih?
Ketika aku telah memaksa tuhan
menghadiahkan
Segala cemas dan wangi rambutmu untukku saja.
2015
candu perih
I
Tak perlu yang lain untuk mencintaimu
Juga kau. Merasakan luka dari nyala api,
Laut tanpa gelombang
Karang tak berbatu
Dongeng angin mati, tanpa perih
II
Suaranya mengiang, menyelinap
Lewat jendela kamar
Menembus ekstase
Kemana aku pergi jika aku mabuk
susuk luka. Lalu tembus ke rongga
III
Duh kasih,
Kau kah yang menghantam jiwaku
dengan seribu candu keningmu?
IV
Duh, Gusti yang menyaru badai
Berdeburlah ke dadaku
Menghapus nama, menghapus luka
2015
tiba-tiba kita saling melupakan
Adakah yang lebih menenangkan dari kedatangan
yang tiba-tiba?
Menelusup. Mememenuhi hati tanpa ruang tunggu
Seperti musyafir di persinggahan, dengan jejak yang
ditinggalkan
Kepada orang asing di tengah ramai. Yang melukis
rupa-rupa
perkenalan.
”Gambar siapa di korneaku?” katamu di suatu ketika.
Aku terkesiap seperti lelaki, saat marahmu lindap
Ditelan bulan. Napas kita memburu diantara tanda
lahir
di punggung.
Sehabis purnama, kita saling melupakan
2015
HASAN TAROWAN, lahir di Desa Muncek timur lenteng sumenep tanggal 13 Pebruari 1995. tumbuh dengan nama Moh. Hasan Bin Abdul Ghafur. Masa sekolah dia habiskan dengan menuntut ilmu agama di Pondok pesantren Mashlahatul Hidayah Errabu Bluto Sumenep Madura. Kini dia aktif di Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat UIN Walisongo.
Belajar menulis bersama komunitas Kampoeng sastra Soeket Teki Semarang. juga pernah menjabat sebagai Lurah Kampoeng sastra Soeket Teki tahun 2014/2015. Puisi-puisinya terbit di beberapa koran kampus, serta media online dan sosial media. Selain puisi ia juga menulis cerpen, essai, artikel dan opini. Saat ini Penulis masih tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan Hukum Pidana dan Politik Islam UIN Walisongo Semarang.