• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Rabu, 18 Mei 2022
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Saat Kebenaran yang Diyakini Ternyata Sebuah Kebohongan

Muhamad syamsul ma arif by Muhamad syamsul ma arif
3 tahun ago
in Artikel
0
Ilustrasi politik post truth (www.matatimoer.com)

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Pemilu di Amerika era Donald Trump adalah kejahatan sejarah dalam sistem Demokrasi. Hal ini terbukti nyata, bahwa saat itu, terdapat siasat untuk memanipulasi kebenaran agar tercapai keinginan atau tujuan politik Trump.

Siasat itu melalui media yang semakin sering menyiarkan berita-berita apapun soal Donald Trump setiap waktu. Sehingga hal itu membuat Trump begitu populer dan menang di Pilpres. Padahal sebelumnya semua menganggap bahwa Trump mustahil untuk menang.

Berita-berita tersebut berbagai macam modelnya dan pada faktanya sulit untuk diketahui kebenarannya. Yang pasti cara ini dilakukan agar semua orang yang membaca berita akan terus teringat nama Donald Trump.

Jika di Indonesia, terutama di tahun politik seperti sekarang. Siasat melalui informasi yang dimanipulasi untuk kepentingan dan tujuan tertentu telah juga menjadi senjata ampuh dalam berpolitik era virtual. Para tokoh politik menggunakan berita bohong atau hoaks untuk menjatuhkan lawan politiknya, bahkan pergerakanya sudah begitu masif.

Dalam hal ini, berita yang dimanipulasi tersebut ditujukan untuk membenarkan segala sesuatu yang dilakukan subyek meski itu tidak pernah terjadi sama sekali. Namun, informasi tersebut harus dan mau tidak mau diyakini oleh masyarakat secara luas. Seperti kasus Hoaks Ratna Sarumpaet yang hampir membuat masyarakat mengamini kebohongan yang telah dilakukannya.

Baca juga

Kita yang Semakin Dibodohi Oleh Buku Motivasi

Malas Bekerja secara Tim, Mau sampai Kapan?

Terjerat Tali Gembala Media Sosial

Kini, kejahatan informasi dalam bentuk manipulasi kebenaran, bukan hanya di kalangan elit politik saja, namun masyarakat pun sudah ikut dan berani untuk membuat dan dengan mudah menyebarkan informasi yang salah/bohong dengan begitu mudahnya. Seperti yang bisa kita lihat di kanal media sosial akhir-akhir ini.

Melihat fenomena di atas, gejala semacam ini pernah dikatakan oleh Filsuf India, Josseph Goebbels, “kalau kamu mengulang–ulang kebohongan, maka orang akan percaya denganmu bahkan kamu ikut percaya dengan kebohonganmu sendiri”.

Jika mengacu pada ungkapan di atas, tujuan dari diulang-ulangnya kebohongan adalah agar orang semakin yakin dengan kebohongan. Ketika sebuah kebohongan terulang-ulang, maka akan terjadi apa yang disebut dengan simulakra. Yaitu, antara kebenaran dan kepalsuan, antara fakta dan rekaan semakin kabur dan tidak jelas. Hal ini dalam dunia informasi dapat disebut juga dengan Post-Truth.

Post-Truth ini adalah suatu keadaan dimana fakta kurang berperan untuk menggerakkan kepercayaan umum daripada suatu yang berhubungan dengan emosi dan kebanggaan tertentu. Seperti agama, kepercayan, suku, ras, kebangsaan, dan kepentingan politik.

Sejak 2016, kamus Oxfrod menjadikan “post truth” sebagai “Word of the years”. Peningkatan penggunaan istilah post truth pada tahun 2016 ini ternyata tidak lepas dari momen politik. Contohnya saja paska pemilu pesiden Amirika Serikat (AS). Tidak bisa dipungkiri, Donald Trump sosok politisi yang suka melempar berita bohong dan klaim-klaim secara sepihak.

Apabila hal ini terus terjadi akan menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat, sehingga realitas kebenaran hanya ada dua. Yaitu, kebenaran semu dan kebenaran hasil simulasi.

Seperti yang terjadi di masyarakat indonesia saat ini khususnya, bangsa ini terlalu sibuk dengan mengolok-olok Capres yang ia tidak suka, walaupun apa yang disampaikan dalam membela capres yang ia dukung adalah sebuah kebohongan yang ironis.

Yang membuat semakin parah ialah, Seseorang yang melakukan politik post–truth seperti sekarang akan trus menyuarakan argumen post truth walaupun apa yang dilakukan sudah dikritik dan ditunjukan fakta-fakta sebenarnya karena tujuan dari kebenaran baginya adalah untuknya adalah milik kelompoknya.

Namun anehnya, fenomena kepalsuan ini ternyata lebih banyak diamini oleh masyarakat kita. Disini, kita dapat melihat bagaimana kecerdasan bangsa ini dalam menghadapi dunia informasi dan cara, serta praktik informasi yang ada. Terutama di wilayah politik Indonesia belakangan yang sungguh dilematis karena hanya untuk kepentingannya, rela membuat bangsa yangs seharusnya ikut maju melalui perkembangan zaman, malah memundurkannya seperti zaman jahiliyyah.

Penulis: Muhamad Syamsul Maarif

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: hoakspolitik post truthPost truthpost truth era donal trump
Previous Post

Pengumuman SPAN-PTKIN 2019 UIN Walisongo, Berikut Daftar Nama yang Lolos

Next Post

Nugroho Agung Pambudi: Jadilah Ikan Kecil di Kolam yang Besar

Muhamad syamsul ma arif

Muhamad syamsul ma arif

Related Posts

Kita yang Semakin Dibodohi Oleh Buku Motivasi
Artikel

Kita yang Semakin Dibodohi Oleh Buku Motivasi

by Rizki Nur Fadilah
26 April 2022
0

...

Read more

Malas Bekerja secara Tim, Mau sampai Kapan?

28 Maret 2022
Ilustrasi terjerat tali gembala media sosial.

Terjerat Tali Gembala Media Sosial

22 Maret 2022
Ilustrasi pertemanan landak, saling menyakiti meski bermaksud baik.

Terjebak Pertemanan Dilema Landak

11 Maret 2022
Ilustrasi "terserah" (source: energibangsa.id)

Lebih Bijak Menggunakan Kata “Terserah”

8 Maret 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini

Terbaru! Inilah 40 Daftar Prodi dan Status Akreditasi UIN Walisongo 2022

12 Februari 2021

7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

6 Maret 2018
Suasana Mahad Walisongo yang berada di kampus 2 UIN Walisongo  Semaran (Doc. Amanat)

Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

12 Juli 2018

Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

6 Maret 2018
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2020 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2020 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend