• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Rabu, 29 Maret 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Saat Celetukan Ringan di Media Sosial Menjadi Perdebatan Panjang

Akan tetapi, ada semacam oknum yang kemudian menyulut api pertikaian. Bahkan, celetukan ringan pun bisa berakhir menjadi perdebatan panjang yang justru merugikan banyak pihak.

Rizkyana Maghfiroh by Rizkyana Maghfiroh
5 bulan ago
in Opini, Artikel
0
perdebatan di media sosial
Ilustrasi berdebat. (Pixabay)

Perdebatan di media sosial kian marak terjadi oleh warganet dari berbagai kalangan. Bahkan, dari banyaknya perdebatan yang muncul itu, tak jarang bermula dari sebuah celetukan ringan yang kemudian berakhir menjadi perdebatan panjang.

Orang-orang di media sosial menyebutnya sebagai kaum open minded dan kaum mind blowing. Hendrik Lim mendefinisikan open minded sebagai sikap yang terbuka dan berani berbagi. Sementara mind blowing dimaknai sebagai kaum yang memiliki pandangan berbeda terhadap sesuatu dan cenderung memiliki pandagan yang lebih baru.

Pertikaian antara kaum open minded dengan kaum mind blowing banyak terjadi ketika dua kaum tersebut saling mengukuhkan diri sebagai orang yang paling benar. Bahkan, dalam hal sekecil apapun.

Dari pengertian yang diberikan oleh Hendrik Lim, kita mungkin sepakat bahwa pikiran dan pandangan mereka terhadap suatu permasalahan berdasarkan logika dan pikiran terbuka. Akan tetapi, ada semacam oknum—meminjam istilah hukum—yang kemudian menyulut api pertikaian. Mereka dengan bangga mengakui diri sebagi kaum paling terbuka secara pikiran, padahal kebalikannya.

Bahkan, celetukan ringan pun bisa berakhir menjadi perdebatan panjang yang justru merugikan banyak pihak. Dari pertikaian tersebut, jelas ada sebuah kesalahpahaman pemikiran yang diusung oleh masing-masing kubu sebagai bentuk dari cacat logika.

Baca juga

Menilik Hyperloop, Transportasi Kilat Masa Depan

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

Cacat Logika sebagai Pemicu Perdebatan di Media Sosial

Browne dan Keely (2007) mendefinisikan cacat logika sebagai kesalahan berlogika yang berasal dari asumsi keliru, sebagai cara untuk mengelabuhi orang lain menggunakan nalar yang menyesatkan dan seolah mendukung suatu kesimpulan secara logis.

Beberapa cacat logika yang sering terjadi, baik di media sosial maupun kehidupan sehari-hari antara lain menyerang orang yang memiliki pendapat berbeda (ad hominem); mengungkit masa lalunya (to quoque); menilai lawan dengan argumen yang tidak sesuai—biasanya dengan kata “baperan” (strawman); latah mengikuti opini yang sedang trending atau yang dilontarkan orang terkenal (appeal to popularity or authority); mencocokkan dua isu berdasarkan pendapat pribadi atau cocoklogi (false cause).

Ada juga yang membenarkan pendapat yang sudah ada sejak lama padahal belum tentu benar (bandwagon); hanya menyajikan dua sudut pandang (false dichotomy)—yang bukan A, pasti B; mengabaikan opini atau informasi yang tidak sesuai dengan pendapatnya (cherry picking); skeptis pada hal-hal yang tidak diketahui cara kerjanya (personal insecurity); dan meminta orang lain menunjukkan bukti bahwa pemikirannya keliru (burden of proof)—padahal seharusnya dia yang membuktikan kebenaran pendapatnya.

Dari pertikaian tersebut, dapat dipahami bahwa orang-orang akan selalu meneguhkan idealisme mereka sebagai orang paling benar, meskipun dalam kenyataannya apa yang dilakukan adalah sebuah kesalahan.

Kita juga tidak bisa memberikan stigma negatif kepada kedua belah pihak yang sama-sama mengaku paling benar. Yang perlu kita lakukan adalah bagaimana kemudian kita menjadi pihak yang tak terlibat dari pertikaian-pertikaian tidak penting di media sosial.

Penulis: Rizkyana Maghfiroh

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: cacat logikamedia sosial
Previous Post

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

Next Post

Paradoks Institusi Pendidikan

Rizkyana Maghfiroh

Rizkyana Maghfiroh

Related Posts

Ilustrasi Hyperloop
Artikel

Menilik Hyperloop, Transportasi Kilat Masa Depan

by Redaksi SKM Amanat
5 Maret 2023
0

...

Read more
cancel culture di media sosial

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

6 Desember 2022
ngeri-ngeri sedap komunikasi anak dan orang tua

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

1 Desember 2022
flexing di media sosial

Bahaya Flexing di Media Sosial

13 November 2022
cancel culture

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

31 Oktober 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Dahliah Umar, UIN walisongo

Dahliah Umar Bagikan 3 Strategi Kesetaraan Gender dalam Berpolitik

20 Maret 2023
Danang Diska Atmaja

Danang Diska Atmaja: Pentingnya Naskah dalam Pertunjukan Teater

15 Maret 2023
FEBI UIN Walisongo

Penghapusan KKL FEBI UIN Walisongo Datangkan Komentar di Kalangan Mahasiswa

12 Maret 2023
Nur Rohman, Integritas dan Sinergitas, UIN Walisongo

Nur Rohman: Integritas Harus Disinergikan dengan Kemampuan dan Kemauan

24 Maret 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend