“Merokok membunuhmu”
Rasa-rasanya pernyataan itu hanya menjadi angin lewat bagi mayoritas perokok di Indonesia. Bahkan, gambar-gambar penyakit di bungkus rokok tidak berpengaruh sama sekali.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono menyebutkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan jumlah perokok aktif ketiga di dunia setelah Tiongkok dan India. Dilansir dari laman resmi Kementerian Perindustrian RI, industri hasil tembakau menjadi penyumbang terbesar ketiga bagi Perekonomian Nasional.
Terlepas dari bahaya rokok yang tersebar dalam bungkus-bungkus rokok itu sendiri, mayoritas perokok aktif menganggap bahwa merokok bisa memberikan kesenangan dan ketenangan.
Pernyataan itu diamini oleh Ade Rai dalam podcast Macan Idealis milik Vasco Rumeimy. Binaragawan tersebut mengatakan bahwa merokok bisa mengaktivasi rileks respons dalam tubuh, sehingga menimbulkan rasa senang dan tenang.
Ia mencontohkan bahwa seseorang yang tidak merokok umumnya bernafas pendek sehingga mengaktifkan simpetetik stress respons.
Kemudian, ketika seseorang tersebut merokok, tanpa disadari ia akan bernafas lebih panjang sekitar 3-5 detik, sehingga mengaktifkan simpetetik rileks respons di dalam otak. Hal inilah yang menyebabkan seseorang tenang.
Apabila dilihat dari segi kandungan zat dalam rokok, pernyataan Ade Rai dibuktikan oleh sebuah artikel penelitian berjudul“Tobacco: Enemy of Mankind” yang dilansir dari laman Deranged Phsiology, kandungan nikotin pada rokok menimbulkan rasa euforia, peningkatan kewaspadaan, meningkatkan pembelajaran dan daya ingat, serta menimbulkan rasa relaksasi.
Namun, perlu digarisbawahi bahwa nikotin merupakan stimulan sistem saraf pusat yang menyebabkan tremor dan kejang-kejang. Oleh sebab itu, orang yang baru pertama kali merokok akan merasa mual dan muntah karena adanya rangsangan pada sensorik reseptor di perut.
Nikotin juga mengakibatkan rasa ketagihan hingga ketergantungan. Ketika sudah mengalami ketergantungan. Ketika tidak merokok, perokok aktif akan mengalami kegelisahan, ketidakstabilan emosi, kecemasan, kesulitan berkonsentrasi, gangguan tugas psikomotorik, hingga gangguan tidur.
Tak hanya nikotin, rokok juga mengandung zat kimia berbahaya lainnya seperti tar, karbon monoksida, benzene, formaldehida, hidrogen sianida, dan 250 zat berbahaya lainnya. Dilansir dari laman resmi Kementrian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, rokok mengandung 70 zat dari 250 zat berbahaya yang bisa memicu kanker. Bahkan, di dalam asapnya saja mengandung sekitar 5.000 senyawa yang berbeda dan sebagian beracun.
Selain itu, WHO juga merilis, kematian 7 juta jiwa disebabkan karena penggunaan tembakau secara langsung, sementara sekitar 1,3 juta lainnya disebabkan oleh paparan perokok pasif terhadap orang yang bukan perokok.
Kandungan zat pada rokok bersifat menenangkan dan mematikan. Namun, perlu digarisbawahi bahwa dampak negatif yang ditimbulkan oleh rokok lebih banyak, ketimbang dampak positifnya.
Rokok tak hanya berdampak buruk bagi pengisapnya, tetapi juga bagi orang-orang yang menghirup asapnya.
Rokok dianggap menenangkan lantaran pikiran atau persepsi yang dibentuk oleh seorang perokok itu sendiri.
Aissya Salsa