• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Sabtu, 19 Juli 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

[Resensi Film] Memori Kelam Penari Lengger Lanang

by Naili Istiqomah
4 tahun ago
in Sinema
0
Sumber foto: harnas.co

Film Ku Cumbu Tubuh Indahku garapan Garin Nugoroho menyajikan sebuah perjalanan tubuh penari Lengger Lanang asal Banyumas-Jawa Tengah, yaitu Rianto. Seorang penari dan koreografer yang sudah mendunia dan mendirikan sebuah perusahaan Tari Jawa Klasik di Tokyo, Jepang yang bernama Dewandaru Dance Company.

Mengambil berbagai persoalan latar seperti budaya lengger lanang dan hubungannya dengan bigender menjadikan kisah ini layak untuk diapresiasi dan menjadi bahan renungan masyarakat untuk dikaji kembali dalam mengulas pelbagai budaya yang ada di Nusantara.

Film yang dirilis dalam bahasa internasional dengan judul Memories of My Body ini sempat kontroversi lantaran menuai banyak persepsi bagi di mata penonton. Salah satunya anggapan bahwa film ini tabu karena mengangkat isu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).

Terlepas dari pro dan kontra,  film Ku Cumbu Tubuh Indahku sukses meraih banyak penghargaan, yaitu Film Pilihan Tempo 2018, Venice Independent Film Critic kategori Bisato D’Oro Award 2018, Festival Des 3 Contients kategori Film Terbaik 2018, dan Asia Pasisfic Awards kategori Cultural Dversity 2018 kategori Film Cerita Panjang Terbaik 2018.

Kisah perjalanan tubuh Rianto dibawakan oleh tokoh utama bernama Juno yang diperankan oleh dua aktor. Yaitu, Raditya Evandra sebagai Juno kecil dan Muhammad Khan sebagai Juno dewasa. Penampilan Raditya dan Khan terlihat sukses menjiwai karakter Rianto.

Baca juga

Bapakism, Warisan Era Orde Baru

Dualisme Keinginan Hidup Normal

Paradigma Miring Masyarakat terhadap Penderita Mental Illness

Hal itu bisa dilihat dari keberhasilan Raditya ragam mimik emosi anak kecil yang polos dan lugu secara natural di depan kamera, sedangkam Khan mampu menampilkan Juno dewasa, dengan gestur tubuh lenggak-lenggok kemayu seorang penari lengger lanang. Pantas apabila Khan terpilih menjadi pemeran utama pria terbaik di Asia Pacific Screen Awards 2018.

Trauma tubuh dalam menemukan jati diri

Karya yang tayang perdana di Jogja dalam NETPAC Asian Festival Film ini menjadi film yang syarat akan simbol-simbol sederhana namun kuat, ditampilkannya adegan nginceng (mengintip) beberapa kali oleh tokoh Juno. Melalui adegan nginceng, Garin sebagai penulis naskah dan sutradara ingin menyampaikan bahwa sejatinya hidup ini hanya mengintip dunia seperti apa yang dikatakan oleh Riyanto.

Tak hanya sampai di situ, lebih lanjut simbol-simbol lain seperti jarum menjadi sebuah kekuatan emosi film ini. Sekadar benda kecil nun runcing itu ternyata juga menjadi sebab luka dan trauma tersendiri dalam kisah perjalanan hidup Juno. Sama halnya dengan trauma tubuh yang dirasakan Juno kecil, menjadi gambaran bahwa trauma psikologis tidak dapat sembuh dengan begitu saja. Itu terbukti pada Juno dewasa yang gemetar saat memegang jarum, benda yang pernah melukainya di masa kecil.

Garin menampilan simbol-simbol itu berulang pada setiap akhir babak dan menuju babak baru cerita film. Seolah mengisyaratkan bahwa siklus kehidupan selalu mencapai puncak klimaks, kemudian kembali lagi pada awal yang baru untuk mencapai awal klimaks yang baru.

Melalui tokoh Juno, Garin juga menunjukkan realitas sosial yang terjadi di sekitar kita, di mana bigender yang dialami oleh Juno mendapat diskriminasi masyarakat. Bukankah alam dan lingkungan yang membentuk tubuhnya memiliki dua kepribadian seperti itu?

Dalam konteks tersebut, menyalahkan keadaan atas terjadinya sesuatu bukanlah suatu hal yang tepat, ada baiknya merangkul dan memahami apa yang terjadi sebagai wujud memanusiakan manusia.

Film yang terinpirasi dari kisah hidup ini menyajikan paket lengkap antara bahasa gambar dan lisan yang dibumbui rasa batin. Oleh karena itu, penonton diajak ikut merasakan apa yang dialami oleh Juno. Satu sisi yang menjadikan cerita film ini memiliki nilai lebih adalah, memuat budaya tanah air yang belum banyak diketahui orang akan tetapi mulai ditinggalkan.

Lika-liku kisah hidup Rianto yang panjang ketika dijadikan film seperti ini membuat setiap fase kehidupan terbagi menjadi beberapa babak yang membingungkan penonton. kompleksitas cerita Juno  terasa panjang dan tidak fokus pada satu konflik.

Meski demikian, mengenalkan budaya asli Indonesia yang  tak lagi populer seperti pada zamannya adalah sebuah nilai plus. Di sinilah kritik terhadap masyarakat yang meninggalkan warisan budaya bangsa. Hanya saja kemasannya menggelitik, sehingga sutradara pun menegaskan jika film garapanya perlu didiskusikan kembali setelah ditonton.

Judul Film: Kucumbu Tubuh Indahku
Sutradara: Garin Nugroho
Penulis Naskah: Garin Nugroho
Durasi: 107 menit (21+), 106 menit (17+)
Produser: Ifa Isfansyah
Pemeran Utama: Muhammad Khan (Juno Dewasa) dan Raditya Evandra (Juno Kecil)
Produksi: Fourcolours Films bersama GO-Production
Tanggal Rilis: 18 April 2019
Resentator: Naili Istiqomah

  • 2SHARE
  • 0
  • 1
  • 1
  • 0
Tags: film kontroversikucumbu tubuh indahkuresensi filmresensi film kucumbu tubuh indahku
Previous Post

UIN Walisongo Semarang Resmi Lepas 2.097 Mahasiswa KKN-RDR ke-77

Next Post

Pertama Kali Kirim Tim Robotika, UIN Walisongo Raih Spesial Award 1 Lomba Mecbot 2021

Naili Istiqomah

Related Posts

Bapakism, Resensi film Autobiography, Autobiography, Bapakism orde baru, Budaya Bapakism
Sinema

Bapakism, Warisan Era Orde Baru

by Naili Zumna Hidayah
4 September 2024
0

...

Read moreDetails
Keinginan Hidup, Keinginan hidup normal, Film Sleep Call, Resensi film Sleep Call, Film mental health, 

Dualisme Keinginan Hidup Normal

2 Agustus 2024
Mental illness, Kukira kau rumah, Resensi film kukira kau rumah, Kesehatan mental, Film gangguan mental

Paradigma Miring Masyarakat terhadap Penderita Mental Illness

13 Juli 2024
Social media, The Social Dilemma, Film The social dilemma, Resensi The social dilemma, Dampak sosial media, Bahaya media sosial

Buah Simalakama Social Media

23 Juni 2024
The Dark Knight, Resensi film joker, Film Nolan, The Dark Knight 2008, Film The dark Knight

Kebebasan Absolut dalam Nihilisme Joker

7 Mei 2024

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

7 Juli 2025
Hari Anti Penyiksaan Internasional, Keluarga Gamma, Kasus Darso, Korban Penyiksaan, Oknum Polisi

Peringati Hari Anti Penyiksaan Internasional, Keluarga Gamma dan Darso Harap Dapat Keadilan

4 Juli 2025
Saksi Ruang Keluarga, Sastra Soeket Teki, Puisi Soeket Teki, SKM Amanat, Puisi SKM Amanat

Saksi Ruang Keluarga

22 Juni 2025
UIN Walisongo, KKN UIN Walisongo, KKN MIT, Mahasiswa KKN, KKN

UIN Walisongo Terjunkan 2.100 Mahasiswa KKN MIT ke-20 di 140 Kelurahan Kabupaten Semarang

16 Juli 2025
Load More

Trending News

  • PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

    Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berikut Beberapa Respons Mahasiswa terhadap Pembukaan 3 Prodi Baru UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend