Tahun baru Saka menjadi awal kehidupan baru, yang perlu ditata lebih baik dari tahun sebelumnya bagi pemeluk agama Hindu. Mereka menyakini bahwa dengan menenangkan diri melalui Nyepi akan mendatangkan berbagai manfaat. Rangkaian upacara Nyepi bagi umat Hindu memiliki makna masing-masing.
Mulai pra Nyepi, tiga atau dua hari sebelum Hari Raya Nyepi umat Hindu akan melakukan penyucian diri dengan upacara Melasti. Upacara ini berupa mandi atau membersihkan diri di sumber air yang dekat dengan pura atau tempat yang dianggap suci. Pada intinya Nyepi terdiri dari empat pantangan atau larangan yang disebut catur brata penyepian, yaitu amati karya (tidak bekerja), amati geni (tidak menyalakan api atau cahaya), amati lelungan (tidak bepergian), amati lelanguan (tidak berkegiatan).
Saat melaksanakan empat pantangan ini umat Hindu akan merefleksikan dirinya selama satu tahun yang lalu. Tujuannya adalah untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Segala aktifitas selama 24 jam itu dicurahkan untuk memperbaiki dan menyiapkan diri di tahun yang baru.
Prinsip Nyepi juga dilaksanakan dalam ajaran Islam. Hal ini termuat dalam kewajiban salat lima waktu. Saat melaksanakan salat seseorang secara khusyuk akan berusaha meninggalkan perihal dunia. Kemudian dilanjutkan dengan berdzikir atau mengingat Allah. Pada akhir rangkaian salat dan dzikir biasanya diakhiri dengan memanjatkan do’a.
Salat menjadi sebuah jeda agar kita tidak terpaut secara 24 jam penuh dengan kehidupan dunia. Melainkan ada jeda untuk mengingat Tuhan pencipta manusia. Mengingat tujuan kita diciptakan di dunia ini, yaitu untuk beribadah kepada Nya. Jeda dalam memikirkan perkara dunia akan memberikan rasa tenang.
Setiap individu membutuhkan waktu sendiri. Hal ini berkaitan dengan ketenangan diri. Dilansir dari bbc.com menyendiri terkadang diperlukan seseorang agar bisa lebih introspektif, sadar diri dan sepenuhnya santai. Hiruk pikuk dan lingkaran kegiatan sehari-hari harus memiliki jeda. Hal ini yang akan memberikan ruang istirahat bagi otak dan emosi.
Salah satu unsur “me-nyepi” yang patut kita gunakan adalah unsur refleksi diri. Semua orang perlu merefleksikan diri. Hal ini bertujuan agar kita mampu mengenali diri kita, apa yang kita butuhkan, dan apa yang perlu kita perbaiki dalam kehidupan. Refleksi diri akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas hidup.
Hasil penelitian Gregory Feist dari Clifornia San Jose State University mengungkapkan bahwa ada bahaya tersendiri bagi orang-orang yang tidak pernah sendirian. Diantaranya orang itu akan sulit untuk mawas diri, tingkat kesadarannya kurang, susah mengenali jati diri dan sering terlalu santai dalam menyelesaikan daadline pekerjaan. Hal inilah yang akan berdampak pada manajemen emosi seseorang.
Orang yang dapat menyediakan waktu untuk menyendiri akan lebih mudah menggapai kesuksesan. Sebab mereka lebih mengenali diri sendiri, tujuan hidup, hingga hal-hal kecil yang diinginkan agar hidupnya bahagia. Selanjutnya dari proses mengenali keinginan ini akan tersusun rencana untuk menggapai apa yang diinginkan.
Apabila dalam konteks penyelesaian masalah, jeda untuk berfikir akan menghasilkan keputusan yang lebih baik. Sebab dalam keadaan tenang seseorang akan lebih bisa melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang. Sehingga emosi sesaat tidak akan tersulut dan melebar ke persoalan yang lain.
Kita perlu sedikit mengambil langkah mundur dan sedikit menjauh. Perlu ada ruang sendiri sebelum kita akan memutuskan sesuatu yang nantinya akan berdampak pada orang disekitar atau masa depan. Sudahkah kita meluangkan waktu untuk merefleksikan diri dan mendekatkan diri pada Tuhan?
Penulis: Iin Endang Wariningsih