• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Selasa, 31 Januari 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Ranjang Merdeka

Redaksi SKM Amanat by Redaksi SKM Amanat
3 tahun ago
in Esai
0
Dok. Internet
(www.taufiqurokhman.com)

Ranjangku teras ini. Tempat paling sejuk untuk tidur meski hanya tiga jam semalam dalam setahun ini. Kemewahan yang tak tersaingi. Setiap subuh suara kicau kutilang dan ketukan burung patuk membangunkanku. Penggugah tidur yang disediakan oleh alam secara gratis. Kicauan kutilang itu mengingatkanku pada lagu yang selalu diminta Bu Yati, guru SD di desaku, untuk dinyanyikan salah satu murid favoritnya di depan kelas. Aku ini. Hehehe. Dan suara burung patuk yang hampir punah itu, melihat dan mendengarnya mencangkul batang meh secara live, melengkapi rasa merdekaku jelang 17 Agustus ini.

Dua jam kemudian tiga remaja datang menemani saya ngopi tanpa gula. Rafa, Ilham, dan Gani. Tiga anak manis pengganti gula di gelas itu. Ada teh kemangi, jahe panas dan serit pisang raja tersaji jadi perhatian mereka bertanya, ujung-ujungnya minta ikut dituangi.

Saya menemukan teori fisikawan Fritjof Capra pada ketiganya sebagai “Crystal’s Generation”. Gaya diplomasi anak remaja yang suka bertanya dan menyela jawaban dengan pertanyaan baru. Mereka tak butuh penjelasan tuntas apalagi yang bertele-tele. Bertanya sambil membetot pisang dan menyisakan hanya gagang. Setiap penyelaan menunjukkan ekspektasi kepahaman mereka sebelum penjelasan tuntas diberikan. Yang disebut tuntas buat kita artinya tidak fokus menurut mereka.

Penyelaaan itu kritik pedas buat saya yang suka tertukar antara contoh dan penjelasan. Membuat sebagai pembicara saya kehilangan alur dan lupa mau bicara apa tadi sebetulnya dengan banyaknya contoh-contoh tak relavan itu. Seperti saya, banyak guru sering lupa ketika sedang asyik bicara. Bahkan ada yang sampai tak memberi sedikit ruang murid-murid bertanya. Buat kita mungkin biasa, buat anak-anak adalah framing yang membekukan kemerdekaan. Terima kasih saya kepada Capra dalam memahami fenomena ini.

Sambil bertanya ketiga tangan anak itu tetap memegang kulit-kulit pisang itu dan tak membuangnya. Sebentar lagi akan dibaginya untuk teman-teman baru mereka. Sapi-sapi yang setiap pagi selepas ngopi di teras itu mereka kunjungi. Saya suka gaya mereka akhir-akhir ini. Cuek, tetapi santun. Setiap hari berjuang memahami dirinya sendiri dengan cara sangat dinamik melalui berbagai ekspresi.

Baca juga

Bahaya Flexing di Media Sosial

Lenyapnya Identitas Kearifan Lokal dalam Arus Modernitas

Manusia dan Kehendaknya untuk Bebas

Mereka tak pintar menurut guru-guru matematika dan eksakta, tetapi sangat cerdas bahkan melebihi murid pemilik nilai 8 kedua mapel itu. Kecerdasan genuine dengan gaya kecuekan yang mendekonstruksi genre kepintaran skala sekolahan. Kecuekan itu diam-diam membanggakan saya, menunjukkan mereka sudah menganggap saya bagian dari keluarganya. Menjadi “guru” dari banyak orang yang tak mau.

Tapi, pagi itu mereka melupakan kebiasaan membawa kulit pisang itu ke kandang. Tukang kayu keburu datang. Kang Yadi turun dari gunung membawa seperangkat alat ukir kayu. Ini hari kami bersepakat belajar mengukir kayu meh jadi orang-orangan. Awalnya hanya Gani. Ia punya seperangkat wayang golek kenang-kenangan dari ayahnya setiap habis pergi. Ternyata Ilham dan Rafa, yang asli Jepara dan orang tuanya pebisnis ukiran, tertarik ikut belajar dan menjadi pengalaman pertama mereka.

Dari ranjang itu awalnya. Ngopi, ngeteh, membentot pisang, lalu muncul ide genuine dari tiga anak merdeka itu. Saya dan anak-anak remaja itu hari itu belajar membuat boneka wayang golek Sunda sambil bercerita sejarahnya. Peristiwa yang akan jadi dongeng indah mereka ketika besar nanti.

Semua peristiwa itu saya proklamasikan dalam cerita pagi ini. Suatu kemewahan dan kemerdekaan yang tak saya temui setiap bangun pagi di ranjang biasa di Jakarta.

Salam dongeng!
Hasan Aoni, pendiri Omah Dongeng Marwah.

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: 17 agustushari kemerdekaanhasan aoniomah dongeng marwah
Previous Post

Ulin, Komandan Upacara HUT RI Ke-74 UIN Walisongo

Next Post

Ketua Dema UIN Walisongo Perkenalkan Tamu Istimewa PBAK 2019

Redaksi SKM Amanat

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

flexing di media sosial
Artikel

Bahaya Flexing di Media Sosial

by Ridho Alamsyah
13 November 2022
0

...

Read more
kearifan lokal

Lenyapnya Identitas Kearifan Lokal dalam Arus Modernitas

25 Oktober 2022
Manusia yang ingin bebas, Manusia dan Kehendaknya untuk Bebas

Manusia dan Kehendaknya untuk Bebas

19 September 2022
Ilustrasi warna pelangi yang menjadi ikon LGBT. (Sumber: Pixabay)

Fenomena LGBT di Indonesia

9 September 2022
(Sumber gambar: Pixabay)

Bukan Sekadar Komentar, Mengkritik Film itu Harus Bijak

23 Juni 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Jurnalisme Data UIN Walisongo

Pentingnya Jurnalisme Data, Amcor UIN Walisongo Fasilitasi LPM untuk Ikut Pelatihan

31 Januari 2023
pentingnya jurnalisme data

Jurnalisme Data dalam Bercerita

30 Januari 2023
Mahasiswa UIN Walisongo kena tipu online

Mahasiswa UIN Walisongo Kena Tipu Online, Rugi 8 Juta Lebih

5 Januari 2023
FISIP UIN Walisongo

Keluarga Mahasiswa Korban Penipuan Berharap Dapat Bantuan Dari Kampus

5 Januari 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend