Amanat.id – Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) berikan penghargaan kepada Kartunis Senior Semarang, Jitet Kustana sebagai kartunis dengan penghargaan kartun Internasional terbanyak. Ia mendapat apresiasi berupa mendali dan piagam, Selasa 22 januari 2019.
Berdasarkan rilis yang diterima Amanat.id penghargaan diberikan langsung oleh kata Ketua Umum sekaligus Pendiri LEPRID, Paulus Pangka di kediaman Jitet Kustana,di Jalan Candi Penataran Utara No 12 Kalipancur, Ngaliyan, Kota Semarang.
Paulus menyebutkan pemberian penghargaan sudah melalui tahapan, mulai dari survei, bertanya pada teman-teman media.
“Kami sudah rapat dan melakukan survei, yang paling banyak mendapat penghargaan adalah Pak Jitet,” katanya.
Paulus menambahkan, sejauh ini Jitet telah meraih penghargan sebanyak 180 penghargaan kartun tingkat internasional. Hingga berita ini ditulis Amanat.id mendapat data bahwa, prestasi Jitet telah bertambah dua buah sehingga menjadi 182.
“LEPRID sangat mengapresiasi prestasi anak bangsa yang menginspirasi dan membanggakan Indonesia di kanca dunia. Saya juga berharap Jitet dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi generasi muda selanjutnya,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan, keistimewa dari Jitet adalah kecintaannya terhadap dunia kartun. Jitet suka menggambar sejak duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar (SD) kemudian mengembangkan hobinya itu secara autodidak. Jitet juga yang mendirikan Gold Pencil Indonesia untuk pengembangan dan kajian kartun di Semarang.
“LEPRID memberikan penghargaan kepada Jitet Kustana pada urutan rekor yang ke-440,” sebutnya.
Sementara Jitet Kustana merasa penghargaan yang diberikan padanya merupakan beban. Sebab diterimanya penghargaan prestasi dari LEPRID, akan membuatnya bekerja keras untuk meningkatkan prestasi, agar tidak menyusut.
Meskipun begitu ia berharap, penghargaan yang diterima kali ini mampu menginspirasi anak-anak muda untuk kreatif dan tertarik pada seni kartun.
“Menggambar itu biasa karena semua orang bisa. Tapi kalau kartun, tidak semua. Karena ada gagasan di dalamnya,”tuturnya.
Jitet juga memaparkan, untuk memperkaya gagasan dalam kartun bisa dilakukan dengan membaca dan mendengar kondisi di sekitar.
Menurut Jitet, kartunis Indonesia tidak kalah dengan kartunis luar negeri. Sebab Indonesia memiliki kearifan lokal yang bisa dieksplore dan dijadikan gagasan kartun. Ia mencontohkan peribahasa dalam bahasa Jawa, jika diterapkan dalam seni kartun akan menjadi karya-karya yang hebat.
“Contohnya pribahasa, Jawa itu njawani. Itu itu kalau diterapkan ke ide kartun dahsyat,” pungkasnya.
Reporter : Liviana