Amanat.id- Di beberapa gedung Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo tertempel poster yang berisi gambar semangka yang bertuliskan ‘Semiotika Semangka vs Sikap Apatis Mahasiswa’.
Tak hanya itu, tulisan ‘DEMA Ga guna mahasiswa bodo amat?’, ‘DIPA 20 juta buat apa’, dan ‘Di mana sikap kritis mahasiswa?’ juga terpampang di sana.
Menyikapi hal tersebut, salah satu anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) FUHUM, NP (inisial) menuturkan bahwa nalar kritis dan keberanian berpendapat seharusnya dimiliki oleh mahasiswa.
“Ini adalah sesuatu yang hilang dari budaya mahasiswa sekarang, nalar kritis dan keberanian untuk menyuarakan suatu kebenaran,” ujarnya saat diwawancarai oleh tim Amanat.id, Sabtu (18/11/2023).
Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) FUHUM, Umi Hanifah berpendapat bahwa nalar kritis pada mahasiswa FUHUM masih minim.
“Nalar kritis pada mahasiswa, terutama FUHUM masih sangat minim,” ucapnya.
Lanjutnya, hal tersebut terbukti dari minat mahasiswa untuk mengikuti diskusi.
“Dilihat dari minat mahasiswa untuk mengasah nalar kritis dengan kegiatan diskusi,” sambungnya.
Menyikapi kritik yang ada di poster tersebut, dirinya merasa senang karena masih ada mahasiswa yang peduli kepada DEMA FUHUM.
“Saya bersyukur masih ada mahasiswa yang peduli dan memperhatikan setiap langkah DEMA,” katanya.
Namun, Umi menyayangkan cara penyampaian kritik tersebut.
“Sangat disayangkan cara penyampaiannya dengan cara tertutup, tanpa adanya konsolidasi terlebih dulu. Kesannya seperti sebuah bentuk perlawanan pada DEMA,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa sudah menyediakan ruang kritik bagi mahasiswa melalui Google form (G-form) dan Instagram.
“Kami sudah menyediakan ruang kritik melalu G-form dan Instagram,” jelasnya.
Umi pun berharap, ke depannya Organisasi Mahasiswa (Ormawa) FUHUM bisa menjalin hubungan yang baik dengan semua mahasiswa.
“Semoga ke depannya seluruh Ormawa di FUHUM bisa menjalin hubungan keterikatan yang baik antara HMJ, UKM, DEMA, maupun mahasiswa,” tutupnya.
Reporter: Azhar Pahlevi
Editor: Revina