Amanat.id- Dalam rangka menyambut peserta internasional Konferensi Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II, Welcoming Dinner yang bertempat di Gedung Gradika Kantor gubernur Provinsi Jawa Tengah menjadi pembuka serangkaian acara KUPI II, Selasa (22/11/2022).
Acara KUPI II yang berlangsung pada tanggal 23-26 November 2022 di Semarang dan Jepara ini, turut dihadiri 31 perwakilan dari negara internasional.
Direktur utama Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia, Dwi Rubiyanti Kholifah menjelaskan bahwasanya KUPI menyediakan makna baru supaya semua ulama dapat terhubung.
“Pada banyak negara, ulama lebih identik dengan laki-laki dan tidak ada perempuan. KUPI bisa membuat lelaki dan perempuan mempunyai pengetahuan yang multi-disiplin, mempunyai akses untuk membagikan pengetahuan yang dimiliki ke khalayak, dan bersama membangun perubahan,” jelasnya.
Makna lain terkait ulama dari KUPI, lanjutnya, hanya dengan melakukan pergerakan dapat mencapai suatu perubahan.
“Makna lain terkait ulama adalah pada pergerakan bersama yang bisa mengubah pikiran kita, bahwasanya tidak ada orang yang bisa membuat perubahan seorang diri,” terangnya.
Saat diwawancarai tim Amanat.id, Ruby menjelaskan bahwa yang diperjuangkan KUPI adalah kesetaraan gender.
“Yang diperjuangkan KUPI itu adalah kesetaraan gender. Caranya dengan membangun argumentasi dari tradisi atau intelektual keislaman dan metodologi, sehingga orang yang bergabung dalam KUPI punya dasar pemahaman bahwa hal ini penting bagi perempuan,” jelasnya.
Ruby berharap bisa membuka pintu bagi dunia secara global untuk bisa membuat perubahan bersama dalam KUPI.
“Perubahan dalam KUPI tidak bisa hanya melakukannya di Indonesia saja, tapi harus dilakukan di banyak negara,” harapnya.
Ruby berpesan bagi para peserta KUPI II untuk lebih menekankan pada dialog bersama antara peserta dalam negeri dan internasional untuk menggangas suatu perubahan.
“Ayo kita mendengarkan kisah tentang perjuangan perempuan, saling berdialog terkait gagasan perubahan antara orang Indonesia dan negara Internasional dalam konferensi KUPI II nanti, karena tentunya masing-masing negara mempunyai cerita tersendiri,” tutupnya.
Reporter: Revina Annisa Fitri