
Jika berbicara tentang kualitas sebuah tulisan mungkin tak segan-segan kita menilainya dengan dua pilihan yakni tulisan jelek atau bagus. Namun jangan sampai kita lupa bahwa hakikat sebuah kualitas tulisan itu relatif, tergantung standar apa yang digunakan dalam sebuah penilaian.
Setiap penulis tak bisa memungkiri bahwa mereka punya standar tersendiri untuk menilai sebuah tulisannya. Salah satunya dengan pembandingan antara tulisan satu dengan tulisan lain. Baik pembandingan antar karya sendiri maupun karya orang lain.
Nah, di sini pentingnya untuk menyimpan sebuah tulisan. Kita tahu seorang penulis yang hebat dan menghasilkan beberapa buku pasti dia telah melalui proses penempaan yang begitu panjang. Tulisan dihujat, dikritik sana sini dan lainnya. Tetapi apapun itu adalah kenikmatan dari berproses menjadi seorang penulis.
Mereka telah melewati tulisan-tulisan jelek. Jika kita telaah sedikit bahwa tulisan jelek yang pernah kita buat mempunyai manfaat yang hebat yang tidak kita sadari. Dari tulisan jelek yang pernah dibuat kita bisa belajar, menganalisis kesalahan tulisan, baik dalam hal gagasan, pemilihan diksi, bahasa yang baik dan benar, kemudian melakukan perbaikan secara terus menerus. Hingga tulisan tersebut layak dianggap bagus. Kemudian siap disantap oleh pembaca.
Selanjutnya, dengan menyimpan tulisan jelek kita bisa mengabadikan sejarah yang telah kita buat dan kita tuliskan sendiri. Setidaknya ada bukti bahwa kita sudah pernah menulis. Ada bukti fisiknya. Bukan hanya sekedar ucapan saja.
Menulis bukan hanya soal bakat, namun tentang kemauan, keberanian, dan kebiasaan. Jadikan menulis sebuah kebiasaan. Menulis apapun itu. Baik bermula dari catatan harian sekalipun. Kita tahu beberapa di antara para aktivis telah melakukan kebiasaan menulis. Seperti Soe Hok Gie dengan catatan hariannya. Kartini dan surat-surat dan catatan yang dibuatnya.
Jadi dalam hal menulis, khususnya untuk penulis pemula jangan takut untuk menulis dan menerima kritik bahwa tulisan kita jelek. Tetap simpan tulisan jelek itu dan terus memperbaikinya. Lakukan berulang-ulang, jangan mudah putus asa. Hasilkan karya sebanyak-banyaknya. Jangan berpikir bahwa tulisanmu tidak bermanfaat, tapi yakinlah tulisan yang telah Anda buat suatu saat akan bermanfaat.
Namun tetap jangan mengesampingkan kegitan membaca. Sebab membaca dan menulis adalah sebuah kesatuan yang harus dimiliki oleh seorang penulis.
Penulis: Mohammad Iqbal Shukri