Amanat.id- Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Pendeta Indonesia, Tjahyadi Nugraha hadir sebagai pembicara dalam acara Diskusi Publik Nasional dan Bedah Buku “Menjerat Gus Dur” yang berlangsung di Auditorium II Kampus 3 UIN Walisongo, Selasa (18/02/2020).
Tjahyadi Nugraha atau yang akrab dipanggil “Romo”, merupakan sahabat Gus Dur yang telah menemani perjalanan beliau sejak tahun 1987 hingga wafat. Tjahyadi menjelaskan selama menemani Gus Dur, ia menuntun, menulis dan membacakan berita untuk Gus Dur.
“Selama saya mendampingi Gusdur, tugas saya yah hanya nuntun, nulis, dan membacakan surat atau berita untuk Gus Dur,” jelas Romo.
Dalam kesempatannya menanggapi buku yang ditulis Virdika, Romo menyampaikan bahwa betapa pentingnya sejarah itu diluruskan.
“Sebuah bangsa jika sejarahnya tidak lurus, bangsa itu pasti hancur,” kata Romo.
Menurutnya, kehadiran buku ini tujuanya tidak untuk mengorek luka lama atau memecah kaum nasionalis dan nahdhiyin, tetapi buku ini hadir untuk meluruskan sejarah yang selama ini masih abu-abu.
“Justru bangsa ini akan makmur apabila keduanya seperti kaum nahdliyin dan nasionalis bersatu,” imbuhnya.
Dengan adanya buku ini, ia berharap kepada para pelaku atau saksi hidup yang terlibat dalam penjatuhan Gus Dur agar mau membuka sejarah dengan jujur.
“Pro dan kontra itu pasti ada, jadi jangan takut untuk menulis sebuah karya,” lanjutnya.
Diakhir kesempatanya, Romo berharap semoga semua yang hadir di acara tersebut dapat tertular kecerdasan Verdika, karena menurutnya ukuran intelektual seseorang bukan diukur dari pencapaian akademik tetapi skill, dan ukuran sebuah skill adalah karya.
“Berkaryalah, agar Indonesia dapat menjadi bangsa yang besar, karena hanya dengan sebuah karya nama kalian akan diabadikan oleh sejarah,” tegasnya.
Reporter: Yessi Zuana
Editor: Mohammad Shafril