“Harta kekayaan yang sejati adalah kesehatan, bukan kepingan emas maupun perak”, Mahatma Gandhi.
Jika kita cermati lebih dalam, apa yang diungkapkan oleh tokoh spiritual asal India tersebut ada benarnya. Dengan tingkat aktivitas keseharian yang padat, masyarakat sering kali mengabaikan pola tidur dan pola makan yang tidak seimbang. Mayoritas dari mereka terlalu menyepelekan pentingnya kesehatan dan lebih mengutamakan tuntutan pekerjaan dalam pertarungan kehidupan. Padahal, seperti kita tahu, kehidupan tidak hanya berkutat soal pekerjaan semata.
Mengabaikan kesehatan akan menjadi hal fatal bagi mereka. Maka, tidak heran jika belakangan ini, kita sering mendengar orang berusia 30-40 tahun menderita penyakit berat seperti reumatik, diabetes, radang usus, dan bahkan kanker. Padahal, biasanya penyakit berat tersebut diderita orang dengan usia di atas 50 tahun.
Apalagi dalam kehidupan di perkotaan yang semakin kehilangan ruang, kesehatan menjadi semakin mahal. Ritme kehidupan di ruang urban yang semakin sibuk ditambah paparan polusi yang semakin meningkat juga memiliki pengaruh besar dalam kesehatan seseorang.
Kesehatan dalam kehidupan perkotaan semakin disepelekan ketika mereka menjadi bagian dari ‘keluarga’ asuransi. Sebagaimana, seperti kita ketahui sebagian besar warga perkotaan memiliki profesi sebagai karyawan yang sudah tentu mendapatkan asuransi kesehatan sebagai salah satu benefit yang didapatkan. Keadaan ini membuat banyak orang mengesampingkan kesehatanya sebab merasa urusan kesehatanya ditanggung oleh asuransi.
Padahal, berbicara menjaga kesehatan tak selalu berhubungan dengan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan saat ini, tetapi juga menyangkut kesehatan jangka panjang dan kualitas generasi penerus yang dihasilkan.
Rendahnya tingkat kesadaran dalam menjaga kesehatan dan paradigma salah yang telah mengakar rumput ini, berpotensi menjadi masalah besar dalam membangun kesejahteraan di masa depan. Pentingnya gaya hidup sehat yang seharusnya menjadi kebiasaan dan budaya menjadi barang langka di tengah kehidupan urban yang semakin sibuk dengan pekerjan dan cenderung mengesampingkan kesehatanya.
Belum lagi, di masa pandemi ini, kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dijaga. Era pandemi juga telah mengajarkan dan menyadarkan kita pentingnya untuk menjaga kebersihan sebagai gerbang utama menuju hidup yang sehat.
Data riset Kementerian Kesehatan 2018 menunjukkan hanya 20 persen dari total masyarakat Indonesia yang peduli terhadap kebersihan. Ini berarti, dari 268 juta jiwa di Indonesia, hanya sekitar 53 juta orang yang memiliki kepedulian terhadap kebersihan. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih memiliki kesadaran rendah dan minim pemahaman tentang pentingnya kebersihan.
Selain itu, perlu dipahami pula bahwa sistem kekebalan tubuh yang sehat akan melindungi tubuh dari penyakit dan infeksi. Akan tetapi, jika tak berfungsi sebagaimana mestinya, sistem kekebalan tubuh bisa berbalik menyerang sel, jaringan dan organ tubuh. Serangan–serangan tersebut akan mempengaruhi dan melemahkan kinerja organ tubuh dan bahkan bisa mengancam keselamatan jiwa.
Meskipun terdengar sepele, tidak seharusnya kita menjadikan kesehatan sebagai sesuatu hal yang remeh. Apapun aktivitasnya, tetaplah untuk menjaga kesehatan dan keselamatan.
Penulis: M. Khasan Sumarhadi (Calon Kru Magang SKM Amanat 2021)
Editor: AS