
Perbincangan mengenai metaverse menjadi topik yang menimbulkan banyak tanda tanya. Hal ini diawali dengan perubahan platform Facebook yang berganti nama menjadi Meta secara tiba-tiba pada 29 Oktober 2021.
Penjelasan mengenai metaverse sendiri masih sulit untuk dijelaskan karena belum tentu akan terealisasikan. Apalagi ditambah dengan banyaknya pendapat yang pro maupun kontra mengenai teknologi yang dianggap hanya pembaruan yang sudah ada.
Apa Itu Metaverse
Dilansir dari cnbcindonesia.com, Metaverse sebenarnya merupakan istilah yang telah lama diciptakan. Orang pertama yang telah menciptakan istilah metaverse adalah Neal Stephenson. Ia menyebutkan istilah itu pada novelnya Snow Crash di tahun 1992.
Istilah metaverse yang ditulis pada novel tersebut merujuk pada dunia virtual 3D yang dihuni oleh avatar dari dunia sungguhan. Meskipun demikian, makna istilah ini belum dapat didefinisikan secara universal.
Mark Zuckerberg menggambarkan metaverse sebagai lingkungan virtual yang bisa kita masuki, dengan hanya melihat layar atau seperangkat ruang virtual yang dapat membuat dan menjelajah serta menghubungkan kita dengan pengguna internet lainnya.
Dalam definisi singkat, metaverse adalah komunitas virtual tanpa akhir yang saling terhubung. Orang-orang dapat saling berinteraksi dengan menggunakan headset realitas virtual, kacamata augmented reality, aplikasi smartphone, atau perangkat lainnya.
Adanya metaverse, memungkinkan kita melakukan beragam kegiatan fisik dan interaksi sosial antara satu sama lain secara virtual. Jadi, bukan tidak mungkin bila seluruh aktivitas di dunia, bahkan pendidikan dapat dilakukan dalam dunia virtual.
Pendidikan dalam Metaverse
Dunia pendidikan tidak dapat menolak perkembangan teknologi. Selama pandemi berlangsung, telah banyak metode pembelajaran yang diperkenalkan. Salah satunya melalui dunia metaverse.
Yohan Limerta, Chief Technology Officer (CTO) dan Co-Founder Cakap mengatakan, lewat metaverse, peserta didik dapat merasakan pengalaman pembelajaran yang lebih komprehensif.
Dilihat dasi sisi efektivitas, pendidikan di metaverse bisa menampilkan sesuatu yang tidak bisa ditangkap melalui pembelajaran dengan buku maupun video. Dengan teknologi metaverse, kita dapat menciptakan virtual objek yang membuat peserta didik dapat melihat secara nyata ke dunia metaverse yang telah dibuat.
Metode belajar melalui metaverse dirasa akan membuat peserta didik lebih bersemangat. Sebab, banyak interaksi yang terjadi secara realtime tanpa harus pergi ke suatu tempat. Misalnya, untuk menunjukkan benda-benda bersejarah, kita tidak perlu datang ke museum.
Kecanggihan yang dapat dilakukan oleh teknologi metaverse juga sebanding dengan beban biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan teknologi ini. Perlu masa yang cukup panjang untuk dapat mengembangkan teknologi ini secara luas. Sebab, kualitas sumber daya manusia negara kita yang belum mumpuni ditambah kondisi ekonomi yang masih belum membaik secara optimal usai pandemi.
Namun, teknologi metaverse juga mempunyai sisi negatif di balik kecanggihannya. Perkembangan teknologi, termasuk metaverse hanyalah sebuah cara, tidak bisa dijadikan sebagai esensi dalam kehidupan. Metaverse hanya akan menjadi alat bagi dunia pendidikan untuk menciptakan pelayanan yang lebih baik. Interaksi sosial secara langsung dalam dunia pendidikan bagaimanapun tidak dapat digantikan.
Penulis: M. Naufal Muhadzib Al-Faruq