Tiga orang mahasiswa sedang menunggu dosen pembimbing skripsi di Ruang tunggu Fakultas Syariah UIN Walisongo Semarang |
Profesionalitas pembimbing perlu ditingkatkan. Dosen dan mahasiswa harus menjalin komunikasi yang baik.
Sejak pukul 09.00 WIB, kantor Fakultas Syariah mulai ramai didatangimahasiswa. Mereka lantas duduk di kursi yang tersedia dibeberapa tempat, sembari sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Kedatangan para mahasiswa itu, tidak lain hanya untuk bimbingan pembuatan skripsi.
Ali Masyhudi salah satunya, dengan tenang ia duduk menunggu sampai dosen pembimbingnya tiba di kantor. Walaupun sering menunggu dalam waktu lama, ia tetap sabar. Mahasiswa falak itu sadar, keterlambatan dosen disebabkan kesibukan yang beraneka ragam.
“Yang penting sabar,” pesannya.
Hanya sajaia berharap, ketika terlambat datang atau berhalangan hadir pembimbing mau memberi informasi. Supaya mahasiswa tidak terus menunggu.“Jangan dibiarkan begitu saja,” keluhnya.
Pendapat senada juga diutarakanSiti Ghanimah. Menurutnya, perlu ada kejelasan waktu bimbingan, agar waktu mahasiswa tidak terbuang sia-sia. Sebab sama seperti dosen, mahasiswa juga memiliki kesibukan lain. Dosen bisa saja membuat jadwal khusus untuk bimbingan.
Dengan begitu, mahasiswa tak akan bingung mencari keberadaan dosen pembimbing. Begitu pun sebaliknya, dosen juga tidak akan dikejar-kejar mahasiswa.
Lain lagi yang dialami Ihyauddin. Ia mengaku, selain kerapterlambat datang, salah satu pembimbingnya bahkan sulit ditemui. Ketika dihubungi lewat telepon juga jarang direspon. Kondisi ini menyebabkan, proses pembuatan skripsinya tak kunjung usai.
“Padahal pembimbing satu sudah menyatakan selesai,” akunya.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) itu menambahkan, dalam jangka dua bulan, dosen tersebut baru memberikan bimbingan tiga kali. Ia sangat faham dengan segala kesibukan dosen. Namun bukan berarti hak mahasiswalantas bisa dikesampingkan begitu saja. Sebab ketika diberi surat penunjukkan pembimbing, dosen terkait telah menyatakan sanggup.
Ihyauddin berharap, paling tidak ada satu hari dalam seminggu dosen meluangkan waktu untuk bimbingan. “Supaya pembuatan skripsi cepat selesai,” harapnya.
Keluhan dalam proses bimbingan skripsi, bukan hanya dialami mahasiswa saja. Beberapa dosen turut merasakan hal yang sama. Rohman Ulfa misalnya, dosen Fakultas Ushuluddin itu menyayangkan sikap beberapa mahasiswa yang kurang memperhatikan waktu. Kebanyakan dari mereka,baru meminta bimbingan ketika sudah mendekati waktu ujian. Padahal jauh hari sebelumnya, mereka tidak pernah datang untuk konsultasi.
“Sebenarnya hampir setiap hari para dosen, berada di kantor. Namun ada saja alasan mahasiswa untuk membela diri,” kata Ketua Jurusan Perbandingan Agama itu.
Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Syariah Abdul Ghofur menilai, kedatangan pembimbing yang terlambat bukanlah persoalan besar. Karena pasti ada alasanyang jelas. Bisa jadi merekasedang mengajar atau mendadak ada urusan yang tak bisa ditinggalkan.
Sebagai pembimbing Ghofur yakin, para dosenpasti mengerti dengan tugas dan tanggung jawabnya.Kalaupun pernah lupa, tentu juga tidak terus menerus, hal ini tentu sangat manusiawi. Mahasiswa juga sering melakukannya.
“Jangan saling menyalahkan,” pesannya.
Namunia tetap berharap agar kewajiban memberi pengarahan dalam proses pembuatan skripsi mahasiswa jangan sampai dilalaikan. Kalau bisa justru kualitasnya selalu ditingkatkan.
Jika memang mahasiswa merasa pembimbing tidak menjalankan kewajiban sebagai mana mestinya, Wakil Dekan Bidang Akademik FITK Shodiq menyarankan, agar mahasiswa melapor padanya. Pengaduan itu dapat dilakukan secara individu maupun kolektif.
“Kalau masalahnya dosen sulit ditemui, nanti saya yang akan menghubingi,” ujarnya.
Hanya saja, tindakan tersenut tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Ia perlu mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Karena bisa saja yang bermasalah bukan pada dosen tetapi justru mahasiswa itu sendiri.
Berbagai persolan yang terjadi waktu proses bimbingan, lanjutnya, perlu disikapi dengan bijaksana. Karena banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Kedua pihak perlu menjalin komunikasi yang baik, agar dapat saling memahami kondisi.
Sementara itu, Ibnu Hajar memiliki cara sendiri dalam membimbing skripsi mahasiswa. Ketika sibuk dengan berbagai agendanya. Direktur Paska Sarjana IAIN Walisongo ini meminta mahasiswa untuk mengirimkan data melalui email.
Cara seperti ini cukup efektif, karena tanggung jawab kepada mahasiswa bimbingan menjadi tidak terhambat. Dari segi ekonomi, juga menjadi lebih hemat karena tidak perlu mencetak di kertas.
Mekanisme Penentuan
Peran dosen pembimbing, sangat penting dalam pembuatan skripsi. Arahan dan pemberian solusi atas segala masalah yang dihadapi, akan menentukan kualitas skripsi dalam sidang munaqasyah.
Dalam buku panduan skripsi disebutkan, syarat pembimbing ialah dosen berpangkat fungsional paling rendah lektor atau asisten ahli yang serendah-rendahnya berijazah magister. Pembimbing ditetapkan oleh dekan atas nama rektor dengan mempertimbangkan kompetensi dan keahlian dosen.
Namun, pada situasi tertentu dosen yang belum memenuhi syarat administratif juga bisa menjadi pembimbing. Shodiq mencontohkan, pada Jurusan Tadris Kimia, mayoritas dosennya masih muda. Sehingga mereka belum berpangkat asisten ahli. Mereka tetap dijadikan pembimbing skripsi, lantaran dosen berpangkat asisten ahli bidang kimia sangat terbatas.
“Syaratnya, dosen tersebut pernah memiliki pengalaman menulis di jurnal ilmiah atau penelitian lainnya,” katanya.
Untuk meningkatkan kualitas para dosen muda ini, mereka diwajibkan mengikuti pelatihan khusus metodologi setahun sekali.
Terkait penentuan pembimbing, masing-masing fakultas mempunyai kebijakan berbeda. Ada yang ditentukan wakil dekan bidang akademik, ketua jurusan dan adapula yang didasarkan pada kuota dosen.
Awalnya, mahasiswa boleh saja memilih siapa pembimbing yang dikehendaki. Dengan catatan, dosen terkait menyanggupi dan kuota mahasiswa bimbingannya masih mencukupi. Apabila melebihi kapasitas, ketua jurusan berhak menentukan pembimbing berdasarkan tema skripsi dan keahlian dosen. Biasanya, pembimbing skripsi ada dua, satu fokus pada isi, sementara yang satu lagi fokus pada metodologi.
Hanya saja, dalam praktiknya keberadaan dua pembimbing menimbulkan persoalan tersendiri. Ihyauddin menuturkan, pembimbing yang seharusnya fokus pada metodologi penulisan kerap kali mencampuri sampai pada materi, begitupun sebaliknya. Walhasil pengarahan keduanya justru sering bertentangan dan membuat mahasiswa merasa bingung.
“Harusnya ada garis jelas mengenai wilayah kerja pembimbing,” harapnya.
Sekretaris Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fitriyati membenarkan, tugas dua pembimbing itu berbeda. Keduanya harus mampu bekerja sama dalam proses bimbingan. Ia menilai sangat wajar jika ada pembimbing metodologi yang juga mengoreksi bagian teori. Sebab keduanya memang terkait.
“Yang penting setiap pembimbing telah melaksanakan tanggung jawabnya.” Tuturnya.
Untuk memantau perkembangan proses bimbingan skripsi, setiap mahasiswa telah dibekali buku monitoring. Menurut Abdul Ghofur, buku ini wajib dibawa dan diisi dosen setiap melakukan bimbingan. Fungsinya, untuk mengetahui frekuensi konsultasi yang telah dilakukan.
“Dari situ dapat diketahui sejauh mana kinerja seorang pembimbing,” pungkasnya. n
Erlina dan Indarwati