Ketika matamu lahirkan hujan.
Bangkitlah dari tempatmu tidurmu.
Setidaknya coba kau berjalan kearah jendela
Menyapa langit yang tengah berkawan dengan awan ,kilat, dan guntur.
Pada sore yang mulai susut
Di tempatmu berdiri,
Bacalah cerita Majnun
Kisahnya lebih tragis dari mimpimu tadi malam.
Jika sudah, datanglah pada sajadah panjang.
Bicaralah seperti rinai hujan yang turun di kotamu
Berapa pun lamanya, Tuan akan siap menampung deraimu.
Jadi tak perlu lagi kau tahan-tahan.
Semarang, 2020
Penulis: Liviana, warga kampoeng sastra Soeket Teki