Amanat.id- Yanwar Pratama kali pertamanya menginjakkan kakinya di tempat yang dijuluki sebagai “Kota Pahlawan”. Rasa bangga menemani langkahnya karena berhasil membawa nama UIN Walisongo bersama dirinya ke kota ini. Senyum ia sunggingkan, mengingat perjuangannya ternyata berhasil mengantarkannya menjadi salah satu delegasi Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Nasional (DIKLATPIMNAS) III di Surabaya, Senin-Rabu (5-7/12/2022).
DIKLATPIMNAS merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Dirjen Pendis (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) berkolaborasi dengan Diktis (Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam). Kegiatan ini diperuntukkan bagi 3 kriteria mahasiswa, yaitu Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Universitas/Institut/Sekolah Tinggi, Senat Mahasiswa (Sema) Universitas/Institut/Sekolah Tinggi, dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM/UKK).
Yanwar sendiri mendaftarkan diri menjadi perwakilan dari kriteria yang ketiga, yaitu UKM. Dirinya adalah seorang ketua umum UKM Walisongo English Club (WEC) di UIN Walisongo saat ini.
Bukan hal yang mudah untuk berada di antara 71 delegasi terpilih seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan yang ada di Indonesia ini. Yanwar harus melewati berbagi seleksi, salah satunya adalah membuat artikel terkait peran mahasiswa di beberapa bidang, seperti pendidikan, lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, politik, dan agama. Artikel ini nantinya akan dinilai langsung oleh tim penyeleksi dari kalangan profesional, tokoh, serta praktisi di bidang Pendidikan Islam dan Kemahasiswaan untuk kemudian dipresentasikan.
Selama di sana, Yanwar belajar banyak hal terkait leadership, kemahasiswaan, kewirausahaan, dan juga moderasi beragama bersama dengan tokoh-tokoh yang cukup populer, seperti Kepala BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) RI, Tenaga Ahli Utama Kantor Staff Presiden, Business Solution Manager Ayooklik.com, Dosen dan Ketua Departemen Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM, dan masih banyak lagi.
Para peserta juga diberikan ruang untuk praktik kepemimpinan selama kegiatan berlangsung, yaitu melalui forum Focus Group Discussion (FGD). Tak berhenti di sini, ke-71 peserta juga berinisiatif untuk saling berdiskusi di luar acara inti kegiatan.
Dengan berakhirnya kegiatan DIKLATPIMNAS III, bukan berarti benar-benar berakhir dan lenyap begitu saja. Yanwar dan peserta lainnya membuat buku dengan tema utama Lead, Serve, Innovate yang basisnya adalah kependidikan, transformasi dan teknologi, dan bidang dakwah dan islami. Dirinya pribadi, memilih basis yang pertama, yaitu kependidikan. Buku ini masih dalam proses penggarapan yang nanti hasil akhirnya akan di-ISBN-kan untuk dimasukkan ke Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dengan dukungan penuh dari Kementerian RI.
Tambah Tujuan Lain
Melihat adanya syarat pembuatan artikel terkait peran mahasiswa supaya bisa masuk kegiatan DIKLATPIMNAS III, dalam sekejap merubah pemikiran Yanwar. Pengalaman Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Papua, membuatnya ingin menaruh tujuan lain dalam tugas artikelnya.
Mengusung judul “Implementation of Problem-based Learning Methods (PBM) in Religious Moderation Perspectives Sustainable Development Goals (SDGs) No. 4 Quality Education at SMK Negeri 7 Jayapura” yang merupakan lanjutan dari hasil penelitian Yanwar selama melaksanakan KKN di Papua. Artikel ini menceritakan bagaimana mengkomparasikan semua hal tentang PBM yang orientasinya adalah menaikkan Sumber Daya Manusia (SDM), dielaborasi dengan moderasi beragama dari sudut pandang SDGs yang menjadi tanggung jawab global.
Dipilihnya judul ini, bukan tanpa alasan. Tulisan Yanwar seolah menyisipkan harapan bagi para saudara-saudara di Papua agar bisa mendapatkan hak dan kewajiban sesuai dengan Undang-undang dan hak pada standar pendidikan Indonesia.
Tulisan sejumlah 14 halaman ini tidak serta-merta berjalan tanpa hambatan. Untuk bisa membuat artikel ini, Yanwar harus meminjam laptop kepada teman-temannya karena dirinya belum mempunyai perangkat untuk mendukung pembuatan karya ilmiah ini. Namun, hal seperti ini tidak membuatnya putus semangat, buktinya, ia bisa menyelesaikan tulisan ini dalam waktu 2 minggu.
“Jika ada kemauan, pasti ada jalan,” begitu katanya saat diwawancarai tim Amanat.id.
Menurutnya, kegiatan DIKLATPIMNAS ini adalah suatu momentum untuk melatih softskill leadership, mematangkan, dan juga memaksimalkan optimalisasi bagaimana perkembangan diri terkait jiwa kepemimpinan. Selain itu, Yanwar juga merasa bahwa kegiatan ini bisa dijadikan sebagai ajang relasi tingkat nasional, yang mana kegiatan ini dihadiri mahasiswa dari kurang lebih 77 Perguruan Tinggi Keagamaan di Indonesia. Mereka adalah delegasi terbaik dengan kapasitas dan peran yang berbeda. Tentunya sudah melalui tahap seleksi, bukan hanya ditunjuk atau untuk kepentingan semata.
“Perubahan itu diciptakan oleh mahasiswa, bukan lagi oleh sektor kepentingan yang lain. Jadi, sejauh dan ke depannya nanti, Mahasiswa harus mempunyai value dari tittle ‘mahasiswa’ itu sendiri. Besarnya kampus, bukanlah didukung dari fasilitas, bangunan, maupun orientasi yang cukup politisi. Mutu kampus, bisa diperbaiki oleh kualitas mahasiswa,” pesannya pada mahasiswa dan pimpinan UIN Walisongo.
Reporter: Revina Annisa Fitri
Editor: Nur Rzkn