• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Minggu, 13 Juli 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Nur Muhammadku (Dipaksa) Dipadamkan

Diah Khalimatus Sa'diyah by Diah Khalimatus Sa'diyah
7 tahun ago
in Kolom
0

Baca juga

Nasib Indonesia dalam Konflik Iran-Israel dan Ancaman Perang Dunia 3

Media Berdarah di Tangan Pemerintah

Mahasiswa Bergerak, Militer Menembak

(Sumber gambar: Bangkitmedia.com)

Selasa 4 Desember 2018, mata penulis tertuju pada salah satu unggahan di facebook. Dalam kolom komentar, saya menemukan salah satu akun yang berceloteh tentang video pengajian Prof. K.H Aqil Shiraj (Ketua PBNU) . “Aqil Shiraj dajjal, kamu sendiri bilang jangan ke arap arapan. Kau pikir orang arap gak marah kamu bilang gitu lancau lu sirad“, begitu akun tersebut menuliskan.

Ketika saya membuka profil dari dari akun yang berkomentar, ternyata dia pemuda Islam. Foto profilnya memakai peci bersama seorang wanita berkerudung hitam yang kelihatannya adalah istrinya. Beberapa unggahan fotonya pun saya amati terdapat kalimat tauhid.

Tidak cukup satu akun saja, muncul satu akun lainnya yang cepat merespon unggahan tersebut dengan berkata,”Said kebanyakan makan micin lho.” Tampilan keagamaan akun profil kedua pun tak jauh beda dengan akun pertama.

Ulama sekaliber Said Aqil yang dimaki-maki demikian di kolom komentar itu, tentu, orang-orang yang tidak terima dengan makian itu, akan pula segera mengangkat bibirnya (membalas komentar) beragam dengan konsekuensi hilangnya nilai di ruang publik.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa publik semakin ke sini semakin mudah mengolok-olok hal yang dianggapnya tidak sesuai berdasarkan presepsinya? Mungkin ada benarnya ketika pemerintahan Jokowi mencanangkan program Revolusi Mental setelah melihat yang terjadi di ruang sosial kita kini. Meskipun revolusi mental itu masih terbang tinggi di langit.

Ya, ini tentang akhlak. Ajaran Muhammad adalah ajaran akhlak manusia dan Nur Muhammad selalu menyinari umatnya karena akhlak yang dicontohkannya tetap digunakan. Namun Nur itu perlahan meredup.

Imam Tirmidzi pernah meriwayatkan begini, “Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakanniscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.”

Imam Bukhori juga pernah meriwayat hadist begini, “Seorang Muslim yang baik adalah yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.”

Lebih gamblang lagi tentang hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, “Bukan termasuk dari kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua, dan tidak menyayangi yang lebih muda, serta orang yang tidak memerintah pada kebaikan dan mencegah perbuatan munkar.”

Ketiga hadis itu berisi ajaran nabi tentang akhlak dari sekian banyak ajaran akhlak kepada umatnya. Namun ajaran itu tenggelam di umur zaman yang katanya sedang berada di puncak kemajuan melalui net media atau cyberspace.

Adakah kita pernah berpikir sebelum melakukan perbuatan meskipun hanya komentar diunggahan orang? Everything has a consequences! Nabi dan Islam yang selama ini disebut-sebut sebagai pedoman hidup hanya seperti angin surga yang lewat.

Apalagi di tahun politik dan dunia buzzer seperti sekarang. Kita akan semakin sulit dan dipaksa diajak pergi dari ajaran untuk bersimbosis mutualisme dan menyadari kita adalah hanya manusia yang hidup bersama manusia tanpa bias apa-apa kecuali kehendak kuasa. Atau kah memang kita sudah membunuh ilahiah meski sering menyebut kalimat tauhid?

 

Penulis: Khalimatus Sa’diyah 
Editor: Semoroneng Bumi

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: hilangnya nilai di media sosialnur muhammadpemuda islampolitisasi agamasaid aqil shiraj
Previous Post

Saling Tuduh Partai Setan, Siapa Sebenarnya yang Partainya Allah?

Next Post

Ketika Sastra Tidak Dibaca

Diah Khalimatus Sa'diyah

Diah Khalimatus Sa'diyah

Related Posts

Konflik Iran-Israel, Perang Dunia 3, Dampak Perang Dunia, Perang Timur Tengah, Konflik Internasional
Kolom

Nasib Indonesia dalam Konflik Iran-Israel dan Ancaman Perang Dunia 3

by Redaksi SKM Amanat
4 Juli 2025
0

...

Read more
Media Berdarah, Peran Jurnalis, Risiko Jurnalis, Intimidasi Pers, Kebebasan Pers

Media Berdarah di Tangan Pemerintah

31 Mei 2025
Mahasiswa Bergerak, Gerakan Mahasiswa, Represivitas Militer, ABRI, Politik Orde Baru

Mahasiswa Bergerak, Militer Menembak

21 April 2025
Kemajuan AI, Dampak Kemajuan AI, Dampak Negatif AI, Dampak Positif AI, Dampak Penggunaan AI

Kemajuan AI dan Sifat Kritis yang Dipertaruhkan

5 April 2025
Tradisi Takjil, War Takjil, Fenomena War Takjil, Budaya War Takjil, Tradisi Bulan Ramadan

Tradisi Takjil di Lingkar Sosial

6 Maret 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Pendidikan Barak Militer, Kontroversi Pendidikan Barak, KDM, Guru Besar UIN Walisongo, Raharjo

Tuai Pro Kontra, Guru Besar Pendidikan UIN Walisongo Tanggapi Program Pendidikan Barak Militer KDM

21 Juni 2025
Saksi Ruang Keluarga, Sastra Soeket Teki, Puisi Soeket Teki, SKM Amanat, Puisi SKM Amanat

Saksi Ruang Keluarga

22 Juni 2025
aku siapa, puisi aku siapa, sastra soeket teki, puisi soeket teki, skm amanat, puisi skm amanat

Aku, Siapa?

15 Juni 2025
Prodi Baru UIN Walisongo, Prodi UIN Walisongo, UIN Walisongo, Prodi Baru, Pembukaan Prodi Baru

Berikut Beberapa Respons Mahasiswa terhadap Pembukaan 3 Prodi Baru UIN Walisongo

21 Juni 2025
Load More

Trending News

  • PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

    Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berikut Beberapa Respons Mahasiswa terhadap Pembukaan 3 Prodi Baru UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend