Film Ngeri-Ngeri Sedap bak angin segar dalam kancah perfilman Indonesia. Mengangkat genre komedi keluarga—yang jarang diusung sebagai genre film, Ngeri-Ngeri Sedap mendapat sambutan positif. Film Ngeri-Ngeri Sedap disutradai dan ditulis langsung oleh Bene Dion Rajagukguk. Kepiawaian para aktor dan tim di balik layar mengantarkan film Ngeri-Ngeri Sedap hingga mewakili Indonesia dalam ajang Oscar ke-95 pada tahun 2023.
Film Ngeri-Ngeri Sedap mengisahkan problem keluarga Domu dari suku Batak. Marlina/Mama Domu (Tika Panggabean) dan Pak Domu (Aswendy Nasution) berusaha melakukan berbagai upaya untuk membujuk ketiga anak lelakinya—Domu (Boris Bokir), Gabe (Lolox), dan Sahat (Indra Jegel)—agar mau pulang dari perantauan.
Keluarga Domu menyuguhkan isu-isu kekeluargaan yang sering terjadi dan relate dengan kehidupan kita. Seperti tentang kerinduan orang tua terhadap anaknya yang telah bertahun-tahun nihil pulang, gap emosional antara orang tua dan anak, serta mimpi-mimpi anak yang harus direlakan demi menuruti keinginan orang tua.
Acting yang diperankan oleh para aktor cukup baik, terlihat pada adegan klimaks ketika mereka saling marah dan kecewa. Seperti saat Domu menjelaskan kepada ayah mereka alasan kerenggangan hubungan antara anak dengan orang tuanya yang sukses mengaduk emosi pemirsa.
Dialognya pun terbilang ringan dan sederhana, sehingga menambah nilai realistis. Sayangnya, scene komedi yang ditampilkan masih sangat minim, padahal film Ngeri-Ngeri Sedap mengangkat tema komedi-keluarga.
Meskipun banyak menyelipkan kosakata dan humor khas Batak, film Ngeri-Ngeri Sedap tetap cocok dinikmati dengan anggota keluarga. Dengan porsi yang sesuai, pesan moral dari film Ngeri-Ngeri Sedap tersampaikan dengan apik.
Komunikasi Jadi Pemicu Masalah dalam Keluarga
Dalam film Ngeri-Ngeri Sedap diperlihatkan pentingnya komunikasi antar anggota keluarga. Seringkali, masalah dalam keluarga muncul karena kesalahpahaman atau perasaan-perasaan yang terpendam atas dasar rasa segan.
Orang tua seharusnya mampu menyelinap dan mengakrabkan diri dengan anak, sehingga anak dapat lebih leluasa dalam berbagi perasaan dan pikiran dengan orang tua. Pola asuh yang terlalu mengekang justru akan mencipta jarak makin lebar di antara keduanya.
Dalam kasus perselisihan antara anak dan orang tua, seringkali pihak anak lah yang harus mengalah. Padahal, tak menutup kemungkinan jika sumber utama masalah justru berasal dari keegoisan orang tua yang tidak mau mendengarkan dan memahami anaknya.
“Hidup itu harus memberikan cahaya bagi orang lain.”
Itulah kalimat yang terlontar dari mulut Pak Pomo saat Sahat pamit pulang kampung dan kemungkinan besar tidak akan kembali ke rumah Pak Pomo lagi. Pada saat itulah Pak Pomo memberi nasihat kepada Sahat bahwa manusia harus bermanfaat kepada orang lain, terutama manfaat anak kepada orang tuanya. Seberapapun sakit dan kecewa yang terukir dalam dada, anak harus bisa memaafkan dan membangun kembali hubungan dengan orang tua.
Film Ngeri-Ngeri Sedap juga mengkritik perihal anak perempuan yang harus lebih banyak berkorban demi memenuhi tradisi dan ambisi keluarga. Seperti yang dialami Sarma (Gita Bhebhita) yang merelakan mimpinya menjadi koki demi mengikuti saran orang tuanya untuk menjadi PNS dan tetap tinggal di Medan bersama orang tuanya.
Meskipun belum sempurna dan masih menuai kritik pada beberapa titik, film Ngeri-Ngeri Sedap layak dimasukkan dalam daftar film yang wajib ditonton.
Identitas Film:
Judul Film: Ngeri-Ngeri Sedap
Sutradara: Bene Dion Rajagukguk
Produser: Dipa Andika
Penulis Naskah: Bene Dion Rajagukguk
Rumah Produksi: Imajinari Visionari Film Fund
Durasi: 114 menit
Genre: Drama Komedi-Keluarga
Resentator: Rizki Godjali