• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Rabu, 21 Mei 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Narasi Pilu di Awal Tahun

Naili Istiqomah by Naili Istiqomah
5 tahun ago
in Cerpen
0

Baca juga

Nabi Palsu

Omong Kosong

Pulang

(Ilustrasi: devianart.com)

Rambutnya yang mulai menggimbal,  jadi sasaran empuk dari ratusan atau mungkin ribuan kutu. Jika aku mengetuk pintunya pelan. Ia malah menggedor-gedor dan membukanya dengan wajah seperti iblis kelaparan hendak memangsa diriku. Jangan tanya matanya, pandanganya yang selama ini teduh penuh kasih, kini terlihat kelam dan hitam. Tak jarang aku lari terbirit-birit ketakutan saat mengantarkan makanan.

Polisi, polisi, dan polisi. Sebuah kata yang selalu deras mengucur dari mulutya. Aku ingin memecahkan algoritma itu. Namun yang membuat soal malah mengunci rapat bibirnya. Adikku Kenya telah menguncinya. Dia yang membuat soal, tapi dia sendiri yang harus menggila karenanya.

*****

Kertas yang tak lagi utuh selalu memenuhi lantai kamarnya. Tidak jarang di badannya menempel sobekan kertas itu. Jika sudah tergilas saat tidur, kertas itu tak ubahnya seperti bubur. Tiada hari tanpa sobekan kertas baginya.

Aku sudah memanggil dokter jiwa untuk menangani adikku. Bahkan dukunpun kupanggil. Aku mengikuti perintah dukun itu dengan menaruh telur bebek serta dua lonjor lidah buaya di kolong ranjang Kenya.  Namun semua itu nihil tiada hasil. Kenya masih sama, dia mengucapkan kata-kata yang tidak jelas runtutannya. Dia mulai melukaiku, saat aku menyuruhnya untuk diam, sobekan kertas di kamarnya semakin banyak. Sementara itu, buku-buku di perpustakaan pribadiku semakin banyak menghilang.

Melihatnya seperti sekarang, aku sempat berpikir untuk meninggalkan Kenya. Miris tak tega untuk memasungnya. Sebagai saudara aku hanya bisa mencoba menenangkan  dan membujuknya agar bercerita mengapa dia begitu. Dengan keterangan dari Kenya setidaknya aku akan tahu langkah apa yang seharusnya kulakukan.

Perlahan aku memasuki kamarnya. Kubuka lirih pintu itu, mencoba dengan keras agar tiada suara yang aku hasilkan. Desah nafasku bahkan kuminta agar tidak berisik. Kenya tertidur, dia lelah setelah seharian berteriak-teriak. Aku duduk dibawah ranjangnya, memandangnya lamat. Aku merasa sakit dan sesak yang luar biasa di dada. Ku raih foto ibuku yang terpajang di meja samping  ranjang. Batinku tercabik. Masih ingatkah dia dengan ibu? Denganku saja dia sudah lupa. Hanya keajaiban jika ia mengingat ibu yang telah meninggal

“Kenya, aku merindukan kamu yang dulu. Gadis yang ceria, ramah dan sopan. Ceritalah kepadaku. Mungkin aku bisa membantumu”.

Niatku goyah. Semula aku tidak ingin bersuara. Tapi rentetan kejadian dan kenangan ini merubahnya. Aku mulai terisak.

“Aku lelah Tuhan” ucapku dengan basah yang kurasakan pada pipiku.

Dari atas ranjang, aku merasa melihat sosok yang bergerak. Aku yang semula menunduk menangis memeluk foto ibu. Mulai mendongakkan kepalaku ke atas. Kenya terbangun. Dia melihatku. Tapi ekspresinya datar. Wajahku yang sembab, dan mataku yang memerah tidak lagi mampu menggerakkan hatinya. Dia lama menatapku. Tubuhku bergidik. Aku takut dengan tatapan kelam itu.

Tiba-tiba dia merenggut foto yang kudekap. Foto ibu. Kenya menatap foto itu lama. Terlihat seperti orang berpikir. Lama sekali. Akupun hanya diam. Aku masih bergidik namun aku pun ingin bicara. Aku terheran, masih duduk di atas kasurnya dengan memandangi foto ibu. Ia tersenyum dan mulai bercerita. Nada-nada suaranya sudah normal. Sayang aku tidak begitu memahaminya. Spontan, aku memberinya minum. Suarannya kembali lembut dan normal dalam bercerita.

***

Seperti ini Kenya bercerita

Bulan Januari, saat itu sedang ada demo besar-besaran di alun-alun kota untuk menurunkan Gubernur di kota kami yang korup dan otoriter. Kemacetan terjadi dimana-mana. Aku coba melihat keadaan. Tahu sendiri bagaimana kebosananku ketika terjebak di dalam lautan kendaraan. Aku merayu Alfiyan untuk turun dari motor dan melihat demo lebih dekat.

Kujinjitkan kakiku, perasaanku terselimuti rasa penasaran terhadap demo itu semakin besar. sorotan mataku merekam mahasiswa sedang berteriak menyanyikan lagu buruh tani. Dengan membakar ban dan mengata-ngatai gubernur. Langkah kaki berjalan menuju tempat demo. Begitu kompak suara teriakan yang menggema “Turunkan Sukamto”. Tangan kami tetap berpegangan erat. Tampaknya Gubernur enggan keluar dengan kantornya. Padahal demo itu sedari kemarin. Tak lama kemudian tentara dan polisi turun, namun masih tak bersama Gubernur itu. dor! Suara tembakan diudara. Tetap dengan megaphonenya mahasiswa pemimpin demo itu mengatakan jika Gubernur itu banci, inilah dan itulah. Mahasiswa akan lega jika Gubernur itu turun langsung dan menyatakan dirinya mengundurkan diri. Mungkin itu alasan mahasiswa untuk berhenti berdemo dan tak melawan tentara dan polisi.

Gabungan pengaman negara itu menyemprotkan gas airmata. Terdiam selama setengah jam. Lalu mahasiswa gelombang 2 justru menyerang polisi-dan tentara menggunakan senjata tajam dan benda milik aparatur negara. Bentrok tidak bisa dihindarkan, kumpulan mahasiswa itu kini telah dibalik oleh aparat negara. Mereka ada yang berlari untuk menyelamatkan diri ada yang pura-pura jatuh atau mati agar tak dipukuli. Darah berceceran dimana-mana. Baju dan jas mereka berlumur darah. Mereka menyaksikan dari kejauhan begitu ketakutan dan merinding.Ya, ada yang berlari untuk melarikan diri.

Tiba-tiba ada segerombolan pendemo berlari kearahku. Mereka di koyak-koyak tentara. Aku tercengang dan melongo. Mereka berlari tanpa permisi. Tanganku dan Alfiyan yang semula bergandengan kini terpisah. Mereka menabrak tangan kami. Tiada kesiapan untuk membalikan badan atau memutar kearah mata angin untuk menghindari kericuhan ini. Kecengangan ini tersentak saat tentara tersebut menyergap Alfiyan. Mereka menyangka Alfiyan ikut berdemo. Dengan kasar mereka memborgol tangannya. Tangan mereka mendorong bahu Alfiyan untuk bergerak kearah selatan. Aku pun mengikutinya. Sampai di belakang gedung, ia melihat jajaran pendemo yang muntah darah tidur berentetan tanpa nyawa. Sedangkan Alfiyan didudukan di sebuah kursi. Tentara itu mengikat kaki Alfiyan. Lalu mereka mengintrogasi Alfiyan, yang tak bisa Kenya jelaskan apa yang mereka ucapkan. Tahu-tahu mereka menampar Afiyan. Hingga berkali-kali secara bergantian oleh tentara-tentara tersebut. Jika bosan menampar mereka mendopak wajah afiyan hingga ia terbanting. Matanya terbelalak kearahku. Sorotanya mengisyaratkan untuk menyuruhku meninggalkan tempat itu. salah satu dari mereka menginjak perut Alfiyan. Ada sebagian mereka menyayat-nyayat kulit kaki dan tangan Alfiyan. Lalu membiarkan Alfiyan menangis bahkan menjerit kesakitan.

Pada bibir mereka melontarkan pertanyaan yang tak jelas lagi. Alfiyan berteriak dan mengatakan “Aku tidak ikut serta. Bunuh saja aku dari pada aku mengiyakan tuduhanmu dan mendekam dipenjara”. Mereka semakin jengkel dengan jawaban Alfiyan. Salah satu mereka mengeluarkan pistol dan menembak dada Alfiyan. Ia sempat menoleh ke arahku untuk memberikan senyumannya. Mungkin Racun dalam peluru itu melumpuhkan saraf-saraf lalu tubuh Alfiyan kaku membatu. Mulutku terbungkam tak berkata apapun. Kakinya menggigil menuju aliran tangan hingga bibir.

******

Memorinya masih muat menampung Januari sebagai narasi kekejaman itu. Masih terekam semua. Terutama saat aparat keparat itu menendang kaki dan badan Alfiyan untuk sekedar mengecek apakah Alfiyan masih hidup atau mati. Setelah mereka yakin nyawa Alfiyan melayang,  mereka pergi meninggalkan dia yang terkapar. Bibir Kenya meronta dan bergetar. Ia lontarkan kata-kata kotor kepada mereka. Namun mereka hanya menertawai Kenya.

“Hahaha mayat kok ditangisi, mana mungkin bangun. Hey… makanya jangan menjalin hubungan dengan pemberontak!”

Kenya kembali terisak. Dia memndangku tajam dan menanyaiku tentang bagaimana dia bisa hidup tanpa Alfiyan. Tetiba ia berteriak “Akan kubunuh kalian, tunggu pembalasanku.”

Ia terus berteriak tak jelas diakhir cerita. menggenggam roknya lalu menyobeknya. Berlari-lari kian kemari. Membentakku, Ia meminta senjata tajam untuk membunuh mereka.

“Hahaha akan kubunuh mereka..? hahahahahhahah.”

Naili Istiqomah
Penulis adalah Warga Kampoeng Sastra Soeket Teki

*Tulisan pernah dimuat di Buletin SKM Amanat edisi 22

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: cerpen baguscerpen semarangcerpen soeket tekisastra semarang
Previous Post

Gunakan Prinsip Kaizen, Gapai Targetmu

Next Post

Pengukuhan Guru Besar Ilmu Hukum Islam, Musahadi Sampaikan “Fikih Prasmanan”

Naili Istiqomah

Naili Istiqomah

Related Posts

Nabi Palsu, Cerpen Nabi Palsu, Cerpen Soeket Teki, Sastra Soeket Teki, Cerpen SKM Amanat, SKM Amanat
Cerpen

Nabi Palsu

by Moehammad Alfarizy
10 Januari 2025
0

...

Read more
Omong kosong, Cerpen Omong kosong, Cerpen SKM Amanat, Cerpen soeket teki, Sastra Soeket teki, SKM Amanat

Omong Kosong

16 Oktober 2024
Ilustrasi Pulang

Pulang

16 April 2023
Ia merasa diperlakukan sebagai kacung, tapi tak punya pilihan lain, daripada harus mengganti kaki Aya.

Kacung

31 Juli 2022
Ilustrasi cerpen kisah bersama hujam

[Cerpen] Kisah Bersama Hujan

17 Juli 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
may day, aksi may day, peringatan hari buruh, demo buruh, demo buruh semarang

Peringati May Day, Buruh Berharap Aspirasinya Didengar dan Diselesaikan

2 Mei 2025
KSK Wadas, Studi Pentas Wadas, Teater Wadas, KSK Wadas UIN Walisongo, UIN Walisongo

KSK Wadas Kembali Adakan Studi Pentas dari Naskah Karya Arifin C Noer

26 April 2025
may day, aksi may day, may day semarang, demo buruh semarang, demo buruh

May Day, Buruh Tuntut Perbaikan UMK dan Tindak Tegas Perusahaan Nakal

2 Mei 2025
Bahasa Isyarat, KPSR FPK, KPSR FPK UIN Walisongo, KPSR SignTalk, Seminar Bahasa Isyarat

Peduli Penyandang Tuli, KPSR FPK UIN Walisongo Adakan Seminar Bahasa Isyarat

19 Mei 2025
Load More

Trending News

  • Aksi Diam, Aksi Diam UIN Walisongo, Perpustakaan UIN Walisongo, Aksi Diam Perpustakaan, Perkuliahan Hybrid UIN Walisongo

    Beberapa Mahasiswa UIN Walisongo Gelar Aksi Diam Tuntut Kembalikan Jam Normal Perpustakaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua FORMAKIP UIN Walisongo Pastikan Tidak Ada Pemotongan Biaya Living Cost

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Filosofi Toga yang Harus Wisudawan Tahu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Night Comes for Us: Banjir Darah Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca dan Menelaah Falsafah Mandor Klungsu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend