Amanat.id- Universitas Negeri Islam (UIN) Walisongo mengadakan sidang senat terbuka pengukuhan Prof. Mustaqim sebagai guru besar Ilmu Manajemen Pendidikan Fakultas Illmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Acara disiarkan melalui live streaming Youtube pada Selasa, (19/07/2022).
Dalam kesempatan tersebut, Mustaqim menyampaikan pidato berjudul “Supervisi Klinis Kolegial Informal Sebagai Alternatif Kualitas Pendidik”. Kualitas tenaga pendidik Indonesia menjadi topik utama pembahasan.
“Menurut UNESCO, pada tahun 2016 pendidikan di Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang. Kualitas guru menempati peringkat 14 dari 14 negara berkembang,” terangnya.
Mustaqim menuturkan jika kondisi tersebut cukup memprihatinkan sebab hingga saat ini, guru alias tenaga pendidik masih menjadi variabel penentu prestasi siswa yang minim minat membaca. Presentasenya bahkan mencapai 27-51,6℅ di kalangan guru PAUD, SD, RA, dan MI.
Hal tersebut didukung oleh hasil survey Departemen Kesejahteraan Rakyat pada Januari 2012. Diketahui bahwa dari tiap 10 ribu orang, hanya satu orang yang suka membaca.
“Salah satu penyebabnya, yaitu kurang pengawasan maupun pembinaan dari supervisor seperti kepala sekolah yang diibaratkan sebagai pintu peningkat kualitas guru,” tambah Mustaqim.
Menurutnya, para supervisor alias pengawas utama lembaga pendidikan perlu melakukan kontrol terhadap para guru demi terciptanya perubahan positif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara. Supervisi klinis kolegial informal bisa dijadikan alternatif pengawasan.
“Supervisi klinis memiliki keunggulan sebagai model yang kuat karena lahir dari permasalahan nyata profesional ketika bekerja sama dengan guru. Lalu, supervisi kolegial dapat mudah ditiru karena murah. Sedangkan supervisi informal dapat dilakukan karena penerapannya begitu santai sehingga dapat berjalan secara alami.”
“Dari contoh penerapan di Tiongkok dan Finlandia, langkah tersebut nyatanya membantu peningkatan kualitas guru secara signifikan,” tukasnya.
Reporter : Erika Layliyah