Media sosial merupakan wadah bagi setiap orang untuk berkomunikasi dan berekspresi. Kebanyakan dari kita, pastinya menggunakannya. Bisa berupa instagram, facebook, twitter, dan lain sebagainya. Pada Tiga akun yang saya sebutkan, memiliki cara kerja untuk “mengikuti” dan “diikuti” akun lain.
Terdapat berbagai macam konten akun di media sosial. Dari berbagai macam konten tersebut, akun yang menyajikan konten motivasi paling kerap dikunjungi. Akun instagram @kata2bijak misalnya, dengan konten ungkapan yang kurang lebih memberi semangat untuk menjalani hidup mendapatkan follower sebanyak 1,2 juta. Jumlah yang fantastis dibandingkan akun seorang publik figur sekalipun.
Ini juga berlaku pada akun-akun serupa. Bahkan, pada perkembangan seperti sekarang ini jenis media sosial yang lagi naik daun, yaitu youtube juga banyak bertebaran video-video motivasi. Unggahan berjudul “KETIKA KAMU SEDIH & PUTUS ASA (Video Motivasi) | Spoken Word | Merry Riana” ditonton sebanyak 5,4 juta kali.
Yang menjadi pertanyaan, benarkah untuk menjalani suatu hal kita membutuhkan motivasi?
Motivasi memiliki arti sebuah keinginan atau kemauan umum seseorang untuk melakukan sesuatu. Kebanyakan orang menilai motivasi itu penting dan harus terpenuhi. Semangat untuk melakukan sesuatu itu akan tumbuh jika memperoleh motivasi.
Namun kenyataannya, motivasi bukanlah alasan seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu. Urgensi sebuah motivasi itu sendiri tidak bisa dipastikan bertahan. Ambil saja contoh, kita diberi motivasi oleh A. Ketika A itu menghilang, tidak menuntut kemungkinan motivasi itu juga akan hilang. Atau contoh lain seseorang melakukan sesuatu kalau ada A. Setelah A datang, orang tersebut menjadi gagal fokus dengan tujuan yang hendak ia harapkan.
Secara tidak langsung, motivasi-motivasi yang kita anggap sebagai penggugah dalam menggapai tujuan itu hanyalah bentuk emosi. Emosi bersifat labil yang akhirnya hanya akan membuat kita merasakan penyesalan saja.
Manusia memiliki jiwa dan raga. Mereka saling menuntut keselarasan dalam melakukan sesuatu. Jika hanya raga saja yang maju, hasilnya tidak akan bisa maksimal. Oleh karena itu, yang sebenarnya dibutuhkan bukan motivasi, melainkan sikap disiplin.
Disiplin merupakan praktik melatih orang untuk mematuhi aturan atau kode perilaku, menggunakan hukuman untuk memperbaiki ketidaktaatan. Disiplin melekat dalam jiwa dan raga seseorang. Kesuksesan tidak dilihat dari banyaknya motivasi yang ia dapatkan, melainkan kedisplinan yang ia lakukan.
Dalam mempelajari apapun, yang dibutuhkan adalah sikap disiplin bukan motivasi. Ambil contoh, kita ingin belajar menulis. Penyakit awal yang kerap menjangkiti suasana hati. Yang kemudian timbul anggapan dalam diri kita untuk mencari motivasi dalam menulis. Padahal yang dibutuhkan sebenarnya adalah kedisiplinan. Tetap mempunyai komitmen untuk memaksa diri melampaui batasan.
Disiplin yang ditancapkan dalam pada diri akan memberikan sinergi positif antara jiwa raga. Dengan disiplin, apapun yang kita lakukan akan berjalan dan pastinya terwujud. Semacam komitmen yang sudah dipegang dan sulit terlepas.
Jadi, yakin masih scroll, follow, like, komen akun motivasi?
Penulis: Syikma R. Jannah