
Amanat.id- Dua hari yang lalu, Selasa (18/04/2023) salah satu mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Nurul mendapati telepon dari nomor yang tidak ia kenal sebelumnya. Nomor tersebut mengaku sebagai Syaiful, salah satu dosen MPI Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo.
Saat dicari tahu asal-muasal mendapatkan nomornya, Syaiful mengaku mendapat nomor dari Kepala Jurusan (Kajur) MPI, Fatkuroji.
Pelaku juga sempat memberikan penawaran kepada Nurul untuk mewakili kampus UIN Walisongo dalam acara pertemuan dosen se-Jawa Tengah.
“Diiming-imingi untuk mewakili kampus dalam acara menemui para dosen seluruh Jateng dan dimintai print data,” ujarnya saat diwawancarai tim Amanat.id melalui WhatsApp, Selasa (18/04/2023).
Pelaku juga mengatakan akan mentransfer sejumlah uang untuk keperluan biaya acara tersebut. Belum senggang lama, pelaku mulai memberikan alasan jika akan ada rapat dan mulai menemukan kendala.
“Kemudian di situ ada rapat dan ada kendala, makanya penipu itu minta isi pulsa. Di situ udah kayak terhipnotis,” terang Nurul.
Tanpa sadar, Nurul pun langsung mentransfer sejumlah uang kepada pelaku.
Sementara mahasiswa MPI lainnya, Hikmah mengatakan bahwa dirinya tidak merespons telepon pelaku.
“Tidak saya angkat telponnya,” ujar Hikmah saat diwawancarai oleh tim Amanat.id melalui WhatsApp, Rabu (19/04/2023).
Namun, kata Hikmah, sudah terdapat enam orang yang dihubungi oleh pelaku modus penipuan.
“Dua orang menjadi korban, satu orang malah yang bikin bingung penipunya, satu orang tidak kena rugi tapi sempat share nomor temannya termasuk nomor saya, dan dua orang tidak mengangkat telepon,” jelasnya.
Gerak Cepat si Pelaku
Vinda sempat mengalami keraguan dalam menerima telepon dari nomor yang tidak dikenalnya. Lantaran rasa penasarannya yang begitu kuat, ia pun mengangkat telepon dan mencoba bertanya nama dan asal-muasal mendapatkan nomornya.
Dalam pembicaraannya, pelaku sempat berucap sebagai Arif, salah satu dosen UIN Walisongo dan mendapat nomor korban dari Kajur MPI UIN Walisongo.
Pelaku juga meminta nomor komting kelas, dengan alasan keperluan event.
“Pelaku minta nomor komting, katanya buat pendataan event di kampus. Terus minta lagi nomor sekretaris dan bendahara kelas, saya bilang tidak ada. Habis itu minta lagi nomor temen saya yang asli Semarang dan saya bilang tidak saya save,” jelas Vinda saat diwawancarai tim Amanat.id melalui WhatsApp, Rabu, (19/04/2023).
Meski sempat ragu, Vinda akhirnya mengirimkan tiga nomor temannya. Namun, setelah ia selidiki bahwa nomor tersebut penipuan, ia bergegas mengakhiri teleponnya.
“Saya ketakutan dan telepon langsung saya akhiri. Saya blokir kontaknya, lalu saya tarik semua kontak teman-teman saya,” ucapnya.
Namun, sekitar 30 menit berbincang di telepon, pelaku berhasil menyimpan dan menghubungi nomor yang telah dikirim Vinda.
“Pelaku lebih cepat bergerak menghubungi teman-teman saya lewat kontak yang saya berikan, tapi alhamdulillah teman saya tidak mengangkat telepon itu,” ungkapnya.
Pelaku juga sempat bertanya mengenai pembelian kuota internet dan mengajak Vinda untuk mengikuti Zoom Meeting bersama beberapa dosen.
Namun, setelah beberapa saat, telepon tersebut dialihkan kepada pelaku yang mengatasnamakan Wahyudi, salah satu dosen MPI UIN Walisongo.
“Habis itu, telepon diberikan ke Bapak Wahyudi. Di sini, tanya ke saya tentang pembelian kuota internet tersebut. Saya jawab, kalau saya beli di konter bukan lewat ovo, dana, atau yang lainnya,” lanjut Vinda.
Klarifikasi Dosen dan Kajur MPI UIN Walisongo
Setelah dikonfirmasi langsung melalui WhatsApp, dosen MPI UIN Walisongo, Wahyudi mengaku tidak tahu-menahu terkait pelaku modus penipuan tersebut.
“Malah saya tidak tahu, belum ada yang konfirmasi dengan saya,” tegas Wahyudi, Rabu (19/04/2023).
Dirinya mengimbau kepada semua mahasiswa agar tidak gegabah ketika menerima pesan atau telepon dari nomor yang tidak dikenal.
“Harus hati-hati, dipikirkan, dan jangan terpancing secara emosional. Jangan ditanggapi, karena dosen tidak mungkin semacam itu. Kalau memang perlu, bilang (cross-check) ke dosen yang bersangkutan,” ucap dosen MPI UIN Walisongo tersebut.
Senada dengan Wahyudi, Kajur MPI UIN Walisongo, Fatkuroji merasa bahwa dirinya tidak melakukan apapun yang berkaitan dengan kontak mahasiswa.
Ia juga meminta mahasiswa agar lebih berhati-hati ketika menerima kontak dari siapapun.
“Lebih memahami kalimat permintaan siapapun secara rasional. Misal dosen minta pulsa, gak masuk akal,” pungkasnya.
Reporter: Fathur Rohman
Editor: Nur Rzkn