Miracle in Cell no. 7 berkisah mengenai kebahagiaan anak perempuan (Kartika) yang sirna. Tatkala, ayahnya (Dodo) yang mengidap autisme, menjadi terdakwa dalam kasus pembunuhan anak gubernur dan harus dihukum mati tanpa pembelaan dan bukti yang konkrit, meskipun Dodo bukanlah pelakunya. Dengan menyampaikan alur film secara campuran, MIracle in Cell no. 7 sukses mengetuk sisi melankoli pembaca.
Film Miracle in Cell no. 7 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo adalah hasil adaptasi dari film Korea Selatan dengan judul yang sama pada tahun 2013. Rating Miracle in Cell no. 7 versi Indonesia mencapai 8.1/10, seri dengan versi originalnya.
Apabila diperhatikan dengan seksama, film Miracle in Cell no. 7 menyelipkan sindiran halus atas praktik kedzaliman tokoh publik yang seringkali berbuat sewenang-wenang. Ini dibuktikan pada adegan ketika surat pernyataan Dodo telah direkayasa atas permintaan Gubernur.
Dodo dihampiri langsung oleh Gubernur untuk menyatakan pernyataan palsu di depan hakim dengan taruhan nyawa Kartika. Tidak berhenti sampai di situ, Gubernur juga mengancam Pengacara pembela Dodo, ia terpaksa bungkam untuk menyelamatkan karier dan hidupnya sendiri.
Dalam dunia pengadilan, ketika terdakwa mengakui kesalahannya, maka segala bukti ataupun pembelaan tidak lagi bernilai. Secara tidak langsung, mungkin seperti inilah salah satu gambaran kedzaliman tokoh publik yang tidak terekspos oleh media—memanfaatkan jabatan dan kuasanya untuk menindas rakyat yang (dianggap) lebih lemah.
Dodo (Vino G. Bastian) sebagai tokoh protagonis memiliki jiwa pemaaf digambarkan melalui sikapnya yang gemar menolong meskipun dia pernah dijahati oleh orang tersebut, rela berkorban demi sosok yang dicintai, dibuktikan melalui scene ketika ia harus berkata bohong di depan hakim untuk menyelamatkan nyawa putrinya. Berlawanan dengan tokoh Gubernur Willy Smith (Iedil Putra) yang pendendam dan licik.
Meski cerita mengharukan sekaligus mencekam, di dalam Miracle in Cell no. 7 disisipkan humor melalui teman seperjuangan Dodo selama di penjara. Tokoh banyol yang diperankan oleh Indro Warkop, Bryan Domani, Indra Gunawan, dan Rigen Rakelna sukses mengocok perut pemirsa. Selain lucu, mereka juga menunjukkan sisi kehidupan manusia yang tak selalu hitam atau putih saja. Meski berstatus sebagai tahanan, mereka memiliki hati yang murni dan secara kooperatif membantu Dodo melarikan diri atas tuduhan palsu yang diterimanya.
Sinematik dalam film ini cukup bagus, salah satunya ketika mereka menggunakan teknik pengambilan gambar bird view, yang memperlihatkan bentuk penjara dari luas secara jelas dan sebagai pembuktian bahwa lokasi shooting benar-benar dilakukan di penjara asli. Backsong yang dipakai sangat mendukung, sehingga berhasil mengaduk emosi penonton dan berlinang air mata.
Dialog yang digunakan adalah bahasa percakapan sehari-hari yang cukup ringan dan mudah dicerna, selaras dengan rating film yang ditujukan untuk Semua Umur (SU). Akan tetapi, dalam film Miracle in Cell no. 7 terdapat banyak adegan kekerasan secara fisik dan verbal, seperti adegan berkelahi dan kosakata kasar. Mengingat rating film SU, dikhawatirkan penonton yang masih anak-anak atau remaja dapat terpengaruh buruk jika menonton tanpa pendampingan dan pengawasan orang tua.
Kendati demikian, Miracle in Cell no. 7 sangat direkomendasikan untuk ditonton, karena terselip beberapa pesan moral, di antaranya untuk menumbuhkan jiwa humanisme di tengah perkembangan kejahatan di zaman modern ini, berani membela kebenaran, jangan menyimpan dendam, dan yang paling penting tidak memanfaatkan kekuasaan untuk hal negatif yang merugikan orang lain.
Melalui film ini juga dapat mengubah persepsi masyarakat, bahwa tidak semua manusia yang mendekam di penjara adalah makhluk yang hina dan tidak semua penguasa dapat mengayomi rakyatnya. Kehidupan manusia bukan hanya hitam atau putih, tetapi setiap manusia memiliki sisi hitam, putih, dan warna lainnya dalam hidup masing-masing.
Identitas Film:
Judul Film: MIracle in Cell no. 7
Pemeran: Vino G. Bastian, Graciella Abigail, Mawar de Jongh.
Production House: Falcon Pictures
Produser: Frederica
Sutradara: Hanung Bramantyo
Skenario: Lee Hwan-kyung, Alim Sudio
Penata Musik: Purwacaraka
Rilis: 8 September 2022
Durasi: 2 jam 25 menit
Kategori: Anak-anak
Rating: Semua Umur (SU)
Resentator: Shinta Ayu Aini