Seringkali kita mendengar atau membaca tentang diskriminasi oleh mayoritas kepada minoritas. Meskipun demikian, bagaimana jika minoritas yang memengaruhi kepercayaan mayoritas? Apakah hal tersebut mungkin?
Minority Influence atau pengaruh minoritas adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang terjadi ketika kelompok minoritas memengaruhi mayoritas untuk menerima kepercayaan atau perilaku minoritas.
Minority influence seringkali terjadi apabila kelompok kecil tersebut menjadi agen perubahan sosial. Mereka melemahkan kesatuan pendapat mayoritas. Hal ini umumnya terasa setelah jangka waktu tertentu dan cenderung menghasilkan rasa “legowo” dari kaum mayoritas atas pandangan yang diungkapkan oleh minoritas.
Menurut pendapat Psikolog Prancis, Moscovici, pengaruh mayoritas cenderung didasarkan pada kepatuhan publik yang bisa terjadi karena pengaruh sosial normatif.
Kaum mayoritas memiliki kekuatan untuk memberi penghargaan dan hukuman dengan persetujuan dan ketidaksetujuan. Pada akhirnya, akan memberikan tekanan pada minoritas untuk menyesuaikan diri dengan mayoritas.
Ada empat faktor utama yang menjadikan kaum minoritas memiliki pengaruh terhadap mayoritas.
Pertama, gaya perilaku. Moscovici menyatakan bahwa aspek terpenting dari gaya perilaku ada kekonsistenan orang yang memegang posisi. Minoritas yang konsisten, cenderung lebih berhasil memengaruhi mayoritas daripada minoritas yang tidak konsisten dan sering berubah pikiran.
Keberhasilan ini terjadi karena minoritas akan memberikan kesan bahwa mereka yakin dan benar terhadap komitmen dan sudut pandang mereka. Kekonsistenan kaum minoritas ini juga dapat mengganggu norma yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan ketidakpastian, keraguan bahkan konflik.
Hal ini dapat menyebabkan mayoritas akan menganggap serius minoritas. Pada akhirnya, mayoritas akan mempertanyakan pandangan mereka sendiri.
Kedua, gaya berpikir. Faktanya, minoritas bisa mengarahkan mayoritas untuk memikirkan sebuah isu dan membuat argumen. Dikarenakan, mayoritas akan cenderung memikirkan apa yang minoritas katakan dan nantinya akan mereka diskusikan dengan orang lain.
Ketiga, fleksibilitas dan kompromi. Minoritas yang dipandang tidak fleksibel, kaku, tidak kompromi, sampai kapanpun mereka tidak akan bisa mengubah pandangan mayoritas. Namun sebaliknya, jika mereka terlihat fleksibel dan berkompromi, mereka akan cenderung terlihat tidak ekstrim karena lebih moderat, kooperatif dan masuk akal.
Hal ini memberikan kesempatan yang lebih baik untuk mengubah pandangan mayoritas terhadap mereka.
Hal ini dibuktikan dengan sebuah eksperimen yang pernah dilakukan oleh seorang Psikolog Sosial, Charlan J. Nemeth. Ia membuat sebuah forum untuk memutuskan jumlah kompensasi yang akan diberikan pada korban kecelakaan lift. Diikuti oleh tiga peserta yang sependapat dan satu orang “konfederasi” atau orang yang memiliki pandangan berbeda dari tiga orang tersebut.
Hasilnya, ketika minoritas tersebut hanya konsisten pada pandangannya, maka mayoritas tidak akan berpengaruh. Namun, apabila ia juga berkompromi dan bergerak menuju posisi mayoritas, maka mayoritas pun akan berkompromi dan mengubah pandangan mereka.
Keempat, identifikasi. Orang cenderung memiliki identitas dengan orang yang mereka lihat mirip dengan dirinya sendiri. Contoh, pria cenderung mengidentifikasi pria, orang Eropa dengan orang Eropa, remaja dengan remaja, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan, jika mayoritas mengidentifikasi dengan minoritas, maka mereka cenderung mengambil pandangan minoritas secara serius dan mengubah pandangan mereka secara garis besar pula.
Intania Nurul