By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Amanat.idAmanat.idAmanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
  • Cerpen
  • Puisi
Reading: Mereguk Sepi dalam Secangkir Kopi
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Font ResizerAa
Amanat.idAmanat.id
  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak
Search
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
Have an existing account? Sign In
Follow US
Buku

Mereguk Sepi dalam Secangkir Kopi

Last updated: 6 November 2019 12:05 pm
Afridatun N
Published: 6 November 2019
Share
SHARE
Buku Barista Tanpa Nama karya Agus Noor (Dokumen Amanat).

Agus Noor adalah seorang penyair, esais, cerpenis juga penulis naskah kelahiran Tegal tahun 1968. Ia telah lama melintang di dunia seni. Korie Layun Rampan memasuk dia sebagai sastrawan angkatan 2000. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah naskah monolog Matinya Toekang Kritik yang kemudian diadaptasi menjadi program Sentilan Sentilun di salah satu Stasion televisi swasta nasional.

Buku Barista Tanpa Nama (2018) ini merupakan kumpulan sajak Agus Noor yang dibuatnya antara tahun 2010 s.d 2017. Dalam karya yang satu ini, ia melakukan eksploitasi yang luar biasa terhadap kopi.

Kita dapat jumpai sajak yang membahas tentang penantian dalam Percakapan Kopi, kisah tentang kerinduan dalam Mengingat Jalan-Jalan yang Dilupakan, romansa dalam Sajak-Sajak Secangkir Kopi dan masih banyak yang lainnya. Ia memadukan antara kopi dan kesendirian, kopi dan duka, kopi dan luka, kopi dan kesunyian, menjadi pemaknaan yang terus mengalir tanpa muara. Sebuah pemaknaan (baca: sajak) yang bernada sendu, diciptakan untuk mewakili zaman yang pilu.

Agus Noor menulis;
Di tempat yang jauh,
Tuhan menyeka pipinya yang tiba-tiba basah

Benar saja, pada lembar demi lembar selanjutnya, penulis mulai meliar dengan membahas kondisi sosial, politik, dan agama. Tentu dengan gaya satire khas Agus Noor; Yang lantang, namun tak jarang dapat membuat pembaca terpingkal.

Seperti dalam puisi Anjing dan Bir Kesembilan. Di sana Agus menggambarkan kehidupan keberagamaan yang sudah begitu jauh dari agama. Atau, jika menggunakaan istilah Karl Marx, kini, orang banyak yang terserang candu agama. Tentu dalam konteks yang berbeda.

Agus melukiskan itu dengan ungkapan, anjing dalam botol bir. Ia megkritik cara keberagamaan hari ini, yang tidak lagi menemukan Tuhan dalam keheningan, namun berkoar-koar di jalan sebagai wujud eksistensi keimanan. Kejadian seperti ini sangat lekat dengan apa yang terjadi di masa sekarang.

Agus Noor menulis;
Tapi, di kota penuh pendusta
siapa lebih jaddah:
anjing gila ataukah kita?
lebih mengerikan mana, wabah anjing gila
atau kegilaan atas nama agama?
“kita bisa mendongeng
anjing berjanggut
berkeliaran di jalan kota”

Di antara karyanya, terdapat beberapa puisi yang dibuat khusus untuk seseorang. Di antaranya, Melankolia Mella, Peggy Melati Sukma, Sudjiwo Tejo, serta Umbu Landu Paranggi.

Seperti yang ditulis di awal, kopi menjadi topik utama dalam kumpulan puisi Agus Noor. Ia seakan paham dengan karakter pembacanya. Di mana gaya hidup ngopi semakin digemari kawula muda, berbanding lurus dengan tingginya rasa sepi di hati. Ya, saya sedang berbicara tentang kegalauan manusia modern.
Misal saja dalam potongan puisi yang berjudul Kedai Kopi, Agus Noor menulis;

ia kembali untuk secangkir kopi
dan apa yang tak akan ditemukan lagi

menggambarkan seseorang yang tetap kembali meskipun ia tau apa yang dicarinya tak dapat lagi ia temui. Dilanjutkan dengan bait selanjutnya mengenai suasana sunyi yang dirasakan.

kursi-kursi yang kosong
seperti punggung bersandar
pada kesunyian

Kumpulan sajak ini merupakan buku yang patut dibaca. Mungkin bersama kopi hitam dalam kehidupan yang kelam. Atau, dalam tawa di heningan malam. Guna meresapi kembali, apa yang sudah terjadi, dan bagaiman yang selanjutnya. Tentang sikap kita dalam beragama dan memandang kehidupan.

Judul Buku: Barista Tanpa Nama

Penulis: Agus Noor

Penerbit: DIVA Press
Tahun terbit: 2018
Tebal: 171 halaman
Resentator: Afridatun Najah

3 Buku Recomended yang Bisa Menemani Kamu Saat Libur Panjang
Politik Virtual Era Digital
Cerita Dari Orang-Orang Yang Menggugat
[Resensi Buku] Manfaat Berdebat Dengan Orang Goblok
[Resensi Buku] Pembacaan atas Novel Orhan Pamuk: The Red-Haired Woman
TAGGED:agus noorbuku barista tanpa namabuku tentang kopiresensi buku barista tanpa nama
Share This Article
Facebook Email Print

Follow US

Find US on Social Medias
FacebookLike
XFollow
YoutubeSubscribe
TelegramFollow

Weekly Newsletter

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]
Popular News
Puisi Amanat, Puisi Soeket Teki, Puisi Sebatas Perih, Sastra Soeket Teki
PuisiSastra

Sebatas Perih

Revina Annisa Fitri
20 November 2023
Sesat
Habiskan Resapan Anggaran, UIN Walisongo Adakan Renov dan Pembangunan di Beberapa Titik
Reuni
Penemuan Jadi Pengalaman yang Asyik
- Advertisement -
Ad imageAd image
Global Coronavirus Cases

Confirmed

0

Death

0

More Information:Covid-19 Statistics
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
  • Cerpen
  • Puisi
Reading: Mereguk Sepi dalam Secangkir Kopi
Share

Tentang Kami

SKM Amanat adalah media pers mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

Kantor dan Redaksi

Kantor redaksi SKM Amanat berlokasi di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lantai 1, Kampus III UIN Walisongo, Jalan Prof. Hamka, Ngaliyan, Kota Semarang, dengan kode pos 50185

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Reading: Mereguk Sepi dalam Secangkir Kopi
Share
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?