Sebagai calon pemimpin bangsa dan sebagai agen perubahan, mahasiswa harus tampil sebagai sumber daya berkualitas, di samping memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Salah satunya, tentu dibangun melalui karkater entrepreneurship.
Menumbuhkan jiwa entrepreneur sangat penting dilakukan sejak dini. Namun terdapat kendala bagi seseorang terutama mahasiswa yang mencoba untuk memulai usaha. Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti takut mencoba, keterbatasan modal, inovasi, dan niat. Namun, keempat faktor tersebut sebenarnya bisa diatasi jika seseorang memiliki pemikiran yang positif dan kreatif.
Menurut data yang dimiliki oleh Himpunan Pengusaha Indonesia Muda (HIPMI) Jumlah wirasusaha di Indonesia pada maret 2019,masih sangat sedikit hanya berkisar 3,1% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah wirausaha di Indonesia ini masih kalah dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand yang jumlah wirausaha di negaranya sudah diatas 4%.
Salah satu cara untuk meningkatkan jumlah wirausaha yang ada di Indonesia adalah dengan mendorong mahasiswa untuk berwirausaha. Di usia yang tergolong muda, mahasiswa dapat melakukan kegiatan berwirausaha seperti Rasulullah.
Rasulullah Muhammad SAW adalah wirausahawan yang sukses dan seorang entrepreneur sejati. Keteladanan beliau dalam berdagang menjadi contoh para sahabat dalam berwirausaha. Rasulullah mendapatkan jiwa entrepreneur sejak beliau usia 12 tahun. Ketika pamannya Abu Thalib mengajak melakukan perjalanan bisnis di Syam (saat ini negara Syiria, Jordan dan Libanon). Sebagai seorang yatim piatu yang tumbuh besar bersama pamannya beliau ditempa untuk tumbuh menjadi wirausahawan yang mandiri.
Meski ketika usia 17 tahun Muhammad telah diserahi wewenang penuh untuk mengurusi seluruh bisnis pamannya, namun pada usia menginjak 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis Rasulullah SAW. Beliau harus bersaing dengan pemain senior dalam perdagangan regional.
Hal tersebut juga sering kita temui pada mahasiswa yang sudah memiliki usaha. Mungkin ada diantara mereka yang memulai usanya sebagai reseller, memilki usaha dan kecil-kecilan, hingaa terdapat mahasiswa yang telah memiliki usaha cukup besar. Tidak jarang dari mereka yang berjualan fashion jilbab, pulsa, hingga menjual layanan jasa seperti desain grafis dan lain-lain.
Ketika telah memulai berwirausaha, pasti memiliki pesaing. Namun hal itu jangan sampai membuat kita mustahil mampu menyaingi lawan bisnis.
Sama halnya yang Rasulullah alami pada zamannya. Namun karena kegigihan beliau dalam berwirausaha, ketika usia antara 20-25 tahun Nabi Muhammad SAW menemukan titik keemasan entrepreneurship. Terdapat hal yang menarik, saat berada di puncak kejayaan sebagai seorang entrepreneur, Muhammad muda tetap menjadi sosok sederhana, gemar berbagi, tidak sombong, lebih mementingkan orang lain, dan tidak pernah memamerkan capaian-capaian yang sudah diraihnya. Jejak-jejak menawan itulah, menjadikan mitra atau partner bisnis Muhammad yang bernama Siti Khodijah tertarik dan ingin menikah dengan Muhammad.
Mahasiswa dapat menerapkan jiwa entrepreneur Muhammad SAW yang senantiasa menunjukkan rasa tanggungjawab yang besar dan integritas yang tinggi dalam berbisnis.
Dengan kata lain, Rasul melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern yaitu, kepuasan pelanggan (customer satisfaction), pelayanan yang unggul (service exellence) , serta kejujuran (transparasi).
Penulis: Nur Ainun Latifah