Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi sudah mengalami banyak perubahan terutama di bidang transportasi. Moda transportasi yang dulunya dibantu oleh hewan, kini berubah dengan menggunakan energi listrik, salah satunya Hyperloop.
Hyperloop merupakan kendaraan yang melaju dengan kecepatan supersonik dan menggunakan sistem kapsul dalam mengangkut penumpang serta didorong oleh sistem levitasi magnetik. Kendaraan yang didukung oleh Elon Musk itu digadang-gadang mampu mengatasi permasalah transportasi. Di antara kelebihan Hyperloop yakni dapat menempuh perjalanan dengan waktu yang lebih efisien, tingkat keamanannya yang tinggi, ketahanan terhadap cuaca, juga tidak berpotensi mengganggu masyarakat karena minimnya suara yang dihasilkan.
Hyperloop memiliki jalur tersendiri yang sudah disediakan di atas pilar-pilar penyangga dan tahan terhadap gempa sehingga potensi kecelakaan mampu diminimalisir. Adanya jalur tersendiri juga membantu mengurangi polusi dan mengurai kepadatan lalu litas yang diakibatkan penggunaan kendaraan-kendaraan pribadi.
Dilansir dari laman cnnindonesia.com, Chairman Hyperloop, Bibop G. Gresta mengklaim bahwa Hyperloop memiliki kecepatan maksimum hingga menembus kurang lebih 1300 km/jam. Secara teori, waktu tempuh Jakarta-Bandung ketika menggunakan Hyperloop hanya memakan waktu 9 menit. Ini jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan pesawat dan kereta. Hal itu dikarenakan Hyperloop saat melaju tidak terhalang oleh tekanan udara.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Josh Giegel dalam channel YouTube Business Insider, perumpamaan ketika kita menjulurkan tangan ke luar saat mengemudi pasti terasa udara mendorong tangan kita. Namun jika tidak ada udara, kita tidak akan merasakan kekuatan yang mendorong tangan kita, sama seperti Hyperloop.
Di sisi lain, Hyperloop juga memiliki kekurangan. Dilansir dari laman railwaygazette.com, Garreth Dennis, seorang Permanent Way Engineer mengatakan bahwa sejumlah kendala teknis bisa menjadi salah satu sumber permasalahan. Garreth menyinggung soal sambungan tabung Hyperloop yang memakan terlalu banyak biaya. Di mana ruang tabung itu harus kedap udara dan pihak penyedia jasa layanan harus memperhitungkan kekuatan di setiap sambungan yang ada pada jalur Hyperloop.
Transportasi tersebut kini tengah dalam proses uji coba di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, seperti Belanda, Inggris, dan Jerman.
Lalu bagaimana jika Hyperloop diterapkan di Indonesia?
Tentunya hal tersebut sangat menguntungkan bagi masyarakat Indonesia, terutama di wilayah padat penduduk di mana masyarakat dapat bepergian ke tempat kerja dengan waktu yang efisien. Dari segi lahan, untuk pembuatan jalur Hyperloop juga tidak membutuhkan banyak tempat.
Namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan jika ingin menerapkannya di Indonesia. Selain beberapa hal positif yang sudah disebutkan sebelumnya, terdapat dampak negatif yang akan muncul. Salah satunya kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan kereta dan pesawat. Hal itu berpotensi mengancam dunia perindustrian di Indonesia.
Dilansir dari selayarnews.com, dampak negatif lain dari pengaplikasian Hyperloop di Indonesia yakni perlunya biaya yang tak sedikit untuk pembangunan jalurnya. Biaya tersebut tidak sebanding dengan kapasitas penumpang yang akan dimuat pada setiap perjalannya. Dengan tingginya biaya yang dibutuhkan, maka aksesnya akan mahal juga. Hal itu akan menimbulkan kesenjangan sosial dalam masyarakat.
Oleh karena itu, jika Hyperloop beroperasi di Indonesia harus ada pertimbangan yang matang. Berbagai analisis-analisis harus bisa dimaksimalkan agar penggunaannya tidak menimbulkan kesenjangan dan dapat mempermudah masyarakat dalam menempuh perjalanan.
Penulis: Alma Dliya Jauza