• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Selasa, 31 Januari 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Menguak Misteri Di balik Mudah Hilangnya Sendal Jepit

Sandal jepit merupakan simbol pemersatu, bahkan mengandung nilai-nilai sosialisme. Barangkali, masyarakat tanpa kelas-nya Karl Marx hanya bisa tercipta di atas sandal jepit, bukan akibat pertentangan antara kaum borjuis dan proletar.

Redaksi SKM Amanat by Redaksi SKM Amanat
1 tahun ago
in Opini, Uncategorized
0
Sumber: Tempo.co

Fenomena hilangnya sandal jepit di tengah keramaian, apalagi usai salat jumat hingga kini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Ada yang beranggapan bahwa sandal jepit lebih nyaman dipakai dibanding sandal-sandal yang lain. Sehingga banyak orang yang kemudian tertarik memakainya, meskipun tanpa seiring pemiliknya.

Tapi, kenyataannya memang demikian. Sandal jepit memang nyaman, bahkan untuk kalangan kaum proletariat, hingga borjuis pun pernah memakai sandal jenis ini.

Usut punya usut, konon ketenaran sandal jepit ini sudah lahir sejak zaman Mesir Kuno. Orang India, Assyria, Romawi, Yunani, dan Jepang kuno pun sudah mengenakan sandal jepit. Dan sandal jepit pun kian populer setelah Perang Dunia II.

Dalam sebuah catatan, seorang tentara Amerika Serikat pernah membawa sandal jepit milik tentara Jepang yang terbuat dari ban bekas. Pada tahun 1960-an, alas kaki ini pun lantas populer di Amerika Serikat. Orang-orang Amerika mulai mendesain sandal jepit dengan warna dan motif yang lebih cerah. Hingga akhirnya sandal jepit telah menjadi bagian dari gaya hidup orang-orang di daerah California.

Baca juga

Ma’had Online UIN Walisongo Sebagai Syarat Kelulusan MK Bahasa Arab

Saat Celetukan Ringan di Media Sosial Menjadi Perdebatan Panjang

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

Ini membuktikan bahwa sandal jepit bernilai, legendaris, serta simbol pemersatu dan kemajemukan. Hal itu dibuktikan dengan kehadirannya yang selalu dibutuhkan. Tak peduli harganya yang murah, jika sandal itu berpindah, sang pemilik akan berusaha mencari meskipun ia kehilangan sandal tersebut.

Sandal jepit merupakan simbol pemersatu, bahkan mengandung nilai-nilai sosialisme. Barangkali, masyarakat tanpa kelas-nya Karl Marx hanya bisa tercipta di atas sandal jepit, bukan akibat pertentangan antara kaum borjuis dan proletar.

Semahal apapun sandal jepit ia akan selalu siap kapanpun akan digunakan, tidak perduli kaki sang pemilik kotor ataupun bersih. Tidak peduli dengan siapa mereka bergaul, dengan sandal mahal atau murah. Mereka semua sama-sama memberi manfaat.

Dan sandal jepit adalah milik semua orang, tidak perduli apa pekerjaanmu, apa agamamu, apapun suku, ras dan budayamu.

Jadi, sudahkah anda memakai sandal jepit? Atau barangkali anda merencanakan untuk mengambil sandal jepit di teras-teras masjid?

Penulis: Lawinda Rahmawati

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: hilangMasjidopinisandal jepit
Previous Post

Strategi Membuat Bacaan Kita Melekat Lama

Next Post

Menggandeng Komunitas Pemuda, Mahasiswa KKN Nusantara Adakan Pengecatan Gapura dan Kerja Bakti

Redaksi SKM Amanat

Redaksi SKM Amanat

Surat Kabar Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Untuk mahasiswa dengan penalaran dan takwa.

Related Posts

Ma’had Al Jami’ah Kampus 2, UIN Walisongo.
UIN Walisongo

Ma’had Online UIN Walisongo Sebagai Syarat Kelulusan MK Bahasa Arab

by Redaksi SKM Amanat
19 Januari 2023
0

...

Read more
perdebatan di media sosial

Saat Celetukan Ringan di Media Sosial Menjadi Perdebatan Panjang

2 November 2022
cancel culture

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

31 Oktober 2022
Ilustrasi kepribadian ambivert

Ambivert; Kepribadian atau Tuntutan?

4 Juli 2022
Ilustrasi pasangan childfree. (Sumber: pixabay)

Childfree; Isu Pengurangan Populasi atau Penyalahan Kodrati?

22 Juni 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Ma’had Al Jami’ah Kampus 2, UIN Walisongo.

Ma’had Online UIN Walisongo Sebagai Syarat Kelulusan MK Bahasa Arab

19 Januari 2023
Jurnalisme Data UIN Walisongo

Pentingnya Jurnalisme Data, Amcor UIN Walisongo Fasilitasi LPM untuk Ikut Pelatihan

31 Januari 2023
pentingnya jurnalisme data

Jurnalisme Data dalam Bercerita

30 Januari 2023
Wisuda UIN Walisongo

Kantongi Berbagai Respon atas Diundurnya Jadwal Wisuda UIN Walisongo 

20 Januari 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend