Fenomena hilangnya sandal jepit di tengah keramaian, apalagi usai salat jumat hingga kini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Ada yang beranggapan bahwa sandal jepit lebih nyaman dipakai dibanding sandal-sandal yang lain. Sehingga banyak orang yang kemudian tertarik memakainya, meskipun tanpa seiring pemiliknya.
Tapi, kenyataannya memang demikian. Sandal jepit memang nyaman, bahkan untuk kalangan kaum proletariat, hingga borjuis pun pernah memakai sandal jenis ini.
Usut punya usut, konon ketenaran sandal jepit ini sudah lahir sejak zaman Mesir Kuno. Orang India, Assyria, Romawi, Yunani, dan Jepang kuno pun sudah mengenakan sandal jepit. Dan sandal jepit pun kian populer setelah Perang Dunia II.
Dalam sebuah catatan, seorang tentara Amerika Serikat pernah membawa sandal jepit milik tentara Jepang yang terbuat dari ban bekas. Pada tahun 1960-an, alas kaki ini pun lantas populer di Amerika Serikat. Orang-orang Amerika mulai mendesain sandal jepit dengan warna dan motif yang lebih cerah. Hingga akhirnya sandal jepit telah menjadi bagian dari gaya hidup orang-orang di daerah California.
Ini membuktikan bahwa sandal jepit bernilai, legendaris, serta simbol pemersatu dan kemajemukan. Hal itu dibuktikan dengan kehadirannya yang selalu dibutuhkan. Tak peduli harganya yang murah, jika sandal itu berpindah, sang pemilik akan berusaha mencari meskipun ia kehilangan sandal tersebut.
Sandal jepit merupakan simbol pemersatu, bahkan mengandung nilai-nilai sosialisme. Barangkali, masyarakat tanpa kelas-nya Karl Marx hanya bisa tercipta di atas sandal jepit, bukan akibat pertentangan antara kaum borjuis dan proletar.
Semahal apapun sandal jepit ia akan selalu siap kapanpun akan digunakan, tidak perduli kaki sang pemilik kotor ataupun bersih. Tidak peduli dengan siapa mereka bergaul, dengan sandal mahal atau murah. Mereka semua sama-sama memberi manfaat.
Dan sandal jepit adalah milik semua orang, tidak perduli apa pekerjaanmu, apa agamamu, apapun suku, ras dan budayamu.
Jadi, sudahkah anda memakai sandal jepit? Atau barangkali anda merencanakan untuk mengambil sandal jepit di teras-teras masjid?
Penulis: Lawinda Rahmawati