• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Sabtu, 1 April 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Bukan Sekadar Komentar, Mengkritik Film itu Harus Bijak

Bijak dalam mengkritik film tidak hanya sebatas melontarkan pendapat dan komentar semata. Lebih dari itu, kritik yang bijak menjadi sebuah apresiasi bagi pelaku seni film itu sendiri.

Imamul Muqorrobin by Imamul Muqorrobin
9 bulan ago
in Sinema, Artikel, Esai
0
Bijak dalam mengkritik film tidak hanya sebatas melontarkan pendapat dan komentar semata. Lebih dari itu, kritik yang bijak menjadi sebuah apresiasi bagi pelaku seni film itu sendiri.
(Sumber gambar: Pixabay)

Secara mendasar, hampir setiap orang pasti pernah mengkritik film. Mengkritik berarti menanggapi tentang apa yang ditonton. Komentar sederhana seperti “ceritanya jelek”, “efek visualnya kasar”, “aktingnya kaku”, dan sebagainya menjadi contoh orang dianggap mengkritik film. Komentar yang sebenarnya penuh subjektivitas penonton.

Subjektif dan objektivitas komentar yang disampaikan menjadi titik pembeda dalam nilai sebuah kritik. Seorang kritikus dapat menekan subjektivitas atas selera suatu film untuk mencapai nilai kritik yang patut didengar dan dibaca.

Tak ada larangan atas kritik yang didasarkan atas selera semata. Setiap orang berhak atas itu. Masalahnya, ketika kritik tersebut disampaikan ke ranah publik, akan riskan jadinya jika kritik tersebut dibaca atau didengar sebagai referensi orang lain. Nah, di sinilah peran seroang kritikus dibutuhkan.

Kritik yang disampaikan seorang kritikus diharapkan menjadi referensi yang objektif bagi orang yang hendak menonton sebuah film. Terlepas dari apakah kritik tersebut mampu memengaruhi antusias seseorang dalam menonton film.

Film Bagus Belum Tentu Laris

Kenyataannya, banyak film yang secara kualitas biasa-biasa saja, tapi laris di pasaran. Hal ini menjadi bukti bahwa kritik berdasarkan subjektivitas masih tinggi pengaruhmya di ranah publik.

Baca juga

Menilik Hyperloop, Transportasi Kilat Masa Depan

Utopia Harapan

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

Seri Transformer garapan mas Micheal Bay misalnya, banyak disukai orang hingga laris di pasar global. Penonton terlalu terpikat oleh kecanggihan CGI yang menyajikan pertempuran antar robot. Cukup jarang ada adegan seindah itu sebelumnya.

Padahal menurut Himawan Pratista, seorang kritikus film, ia mengatakan bahwa penyajian alur dan plot ceritanya tidak begitu rapi dan terkesan tergesa-gesa. Pada kasus film Transformers seri kedua, ada sebuah adegan ketika Matrix bisa menghidupkan kembali si protagonis Optimus Prime. Plot tersebut terkesan menjadi sebuah plot armor yang dipaksakan dan tidak diketahui latar belakang Matrix, dari mana dan ada untuk apa?

Rating di IMDb Transformers kedua hanya mendapat skor 5.9/10 dari penilaian 400 ribu orang yang kebanyakan para kritikus. Nilai yang terlalu rendah untuk disebut film yang bagus.

Bandingkan dengan film Interstellar. Banyak orang yang tidak menyukai filmnya. Ada yang mengatakan ceritanya susah dipahami hingga dikatakan tidak masuk akal. Fim ini memperoleh pendapatan sebesar $675,1 juta. Lebih sedikit dari perolehan film Transformer seri kedua yang memperoleh $836,3 juta.

Dilihat dari kualitasnya, film ini dinilai oleh banyak kritikus lebih baik daripada film Transformers. Semua aspek pada film ini menyuguhkan sesuatu yang luar biasa. Plot-plot yang tidak terduga hingga alur cerita yang kompleks menjadi nilai plus dari film ini yang mendapat pujian dari para kritikus film.

Jika dikaji lebih dalam, yang ada dalam film ini sesuai dengan sains dan ilmu pengetahuan. Interstellar memperoleh rating IMDb 8.6/10 penilaian dari sekitar satu juta orang, lebih dari itu, film ini berhasil memenangkan penghargaan Academic Award untuk visual terbaik.

Bagaimana Mengkritik yang Bijak?

Perbandingan kedua film tersebut membuktikan bahwa banyak sekali aspek yang harus dinilai dalam sebuah film. Penilaian sebuah karya seni memang tidak lepas dari sifat subjektif. Tetapi seperti yang telah disebut di atas, sudah seharusnya seorang kritikus menekan subjektivitas agar menghasilkan kritik yang objektif.

Kritikus film harus punya pengetahuan dan pengalaman menonton lebih dari orang kebanyakan. Tahu tentang struktur film, bahasa sinematik film, sejarah, teori, dan punya pengalaman menonton yang sudah tak terhitung lagi. Untuk menempuh perjalanan panjang menjadi seorang kritikus film, sertifikasi bukan tujuan utamanya. Melainkan loyalitas para pembacanya.

Seorang kritikus yang baik akan banyak memberi suguhan hal yang terlewat ketika pembaca melewatkan suatu hal dalam film. Sederhananya, seorang kritikus film akan membantu pembaca memahami filmnya dengan baik.

Tolok ukur kritikus dalam menilai suatu film adalah komparasi atau membandingkan film yang satu dengan yang lain. Ketika mereka menonton suatu film, pengalaman baru akan terbuka dengan kriteria atau opsi yang akan dipakai untuk menilai filmnya.

Para penikmat film juga melakukan hal serupa dengan memberikan komentar yang berbeda antara film satu dengan yang lain. Secara tidak langsung, ini membuktikkan mereka juga mengomparasikan filmnya.

Selain dengan mengomparasikan antara film satu dengan film yangn lain, ada beberapa aspek yang bisa diukur untuk film, di antaranya premis cerita, konflik, alur cerita, pengembangan cerita, plot, karakter, hingga visual.

Misalnnya saja pada aspek alur. Untuk menilai film dokumenter yang bagus, bukan dari keunikan alur ceritanya. Melainkan keakuratan alur cerita dengan kejadian yang sebenarnya.

Contoh lain, dari segi karakter, penilaian suatu tokoh bukan berdasar karakter fiksi semata. Karakter yang menarik dan konsisten serta memiliki pengembangan yang mumpuni akan menjadi nilai plus suatu film. Tanpa adanya konsistensi dan pengembangan karakter cerita akan terasa biasa saja walaupun ceritanya bagus. Mulai dari protagonis utama, antagonis, dan karakter sampingan lainya. Para aktor sudah berkewajiban untuk mendalami karakternya.

Bijak dalam mengkritik film tidak hanya sebatas melontarkan pendapat dan komentar semata. Lebih dari itu, kritik yang bijak menjadi sebuah apresiasi bagi pelaku seni film itu sendiri.

Penulis: Imamul M.

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: filmKritik film
Previous Post

Childfree; Isu Pengurangan Populasi atau Penyalahan Kodrati?

Next Post

Targetkan Lulus Tepat Waktu, Mahasiswa Wajib Ikut Pretest TOEFL-IMKA

Imamul Muqorrobin

Imamul Muqorrobin

Related Posts

Ilustrasi Hyperloop
Artikel

Menilik Hyperloop, Transportasi Kilat Masa Depan

by Redaksi SKM Amanat
5 Maret 2023
0

...

Read more
Utopia Harapan

Utopia Harapan

2 Maret 2023
cancel culture di media sosial

Pergeseran Makna Cancel Culture di Media Sosial

6 Desember 2022
ngeri-ngeri sedap komunikasi anak dan orang tua

Ngeri-Ngeri Sedap: Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

1 Desember 2022
flexing di media sosial

Bahaya Flexing di Media Sosial

13 November 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Majelis Al-Khidmah UIN Walisongo

UIN Walisongo Gandeng Majelis Al-Khidmah dalam Acara Berdzikir

18 Maret 2023
Utopia Harapan

Utopia Harapan

2 Maret 2023
Ahmad Ismail, UIN Walisongo

Ahmad Ismail; Tarbiyah Expo Sebagai Upaya Pencarian Bibit Unggul di Jateng

21 Maret 2023
Mokh. Sya'roni, Hindari Dengki, UIN Walisongo

3 Cara Hindari Dengki di Bulan Ramadan

29 Maret 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend