
Bagi sebagian orang, penolakan menjadi salah satu pengalaman hidup yang cukup mengerikan.
Kita dipaksa menerima kenyataan hidup yang bahkan, bertentangan dengan rasa yang bergejolak di dalam hati.
Kita tak tahu harus berbuat apa. Tenggelam dalam perasaan atau bangkit melawan keterpurukan.
Satu hal yang pasti adalah, apa pun keputusannya, kitalah yang bakal menjalani proses itu. Sebuah proses yang tak semua orang mampu dan sanggup menerima penolakan itu.
Bagi jiwa yang lemah, penolakan adalah awal dari sebuah rasa sakit dan frustasi yang berkepanjangan.
Sebuah studi menunjukan, pada saat seseorang mengalami penolakan, ternyata otak memberikan respon yang sama seperti ketika seseorang mengalami luka fisik.
Itulah sebabnya saat di tolak, tubuh kita akan merasakan sakit atau tidak nyaman pada bagian usus dan jantung.
Bahkan, penolakan dapat menjadi lebih menyakitkan ketika kita terus menyalahkan diri sendiri.
Lalu, bagaimana cara mengatasi agar penolakan tersebut tak berujung pada sakit hati yang tak bertepi?
Menurut psikolog Dr.Carmen Harra, menghilangkan sakit hati akibat penolakan dimulai dengan mengakui nilai diri sebagai seorang manusia.Untuk mengubah kesan yang dirasakan atas penolakan, seseorang perlu memupuk rasa percaya diri, yakinlah bahwa diri anda berharga.
Seseorang harus bisa mengatasi luka dalam diri jika mengalami suatu penolakan.
Memang tidak mudah untuk bisa kembali bangkit dari keterpurukan. Namun bukan berarti tidak mungkin.
Memahami dan mengetahui bagaimana cara untuk bangkit akan membuat seseorang bisa mengatasi rasa kecewa dan sakit hati ketika dirinya mendapat penolakan.
Kita mungkin tak bisa sekuat Ubermansch-nya Nietzsche. Atau sesempurna Insan Kamil-nya Mohammad Iqbal.
Tapi, kita harus tetap menerima kenyataan bahwa kita adalah manusia yang memiliki emosi. Kita hanya perlu memberi waktu untuk merasakan apa yang kita rasakan dengan membiarkan diri menghadapi rasa kecewa sebagai bagian dari penderitaan.
Seperti sebuah takdir yang telah digariskan, semua orang tidak bisa kabur atas suatu penolakan. Kita hanya perlu mengamini apa yang dikatakan Nietzsche. Nietzsche berkata; jadilah kuat bersama penderitaan.
Penulis: Shafril Hidayat