Siapa yang tak kenal dengan Chairil Anwar? Penyair ternama angkatan ’45 sekaligus pelopor puisi modern di Indonesia itu. Di eranya, puisi tidak lagi tunduk pada aturan baku yang berlaku sebelumnya. Ia menurunkan puisi, yang sebelumnya hanya dapat dipahami golongan elit intelektual menjadi dapat diterima oleh tukang becak, petani, buruh dan lain sebagainya.
Chairil menghabiskan sebagian besar hidupnya di zaman penjajahan. Tak heran, jika kebebasan menjadi hal yang sangat mahal banginya. Oleh sebab itu, Sjuman Djaya dalam buku Aku: Berdasarkan perjalanan dan Karya penyair Chairil anwar, menggambarkan Chairil sebagai pribadi yang tak suka dikekang.
Suatu ketika, ia pernah menolak opsir Jepang yang hendak mencekalnya. Bahkan, ia justru menantang sang opsir meskipun tendangan mendarat di mukanya yang tirus. Bagi Chairil, seorang yang dikekang bagaikan seekor binatang.
Kepribadiannya yang anti penindasan tergambar jelas lewat puisi-puisinya. Diksi-diksi dalam puisinya sangat menggebu-gebu dan penuh ambisi akan kebebasan. Karena itu, julukan ” si binatang jalang” pun melekat pada diri penyair modern ini.
Sikap patriot yang ia tunjukkan tak sekedar lewat kata-kata indah. Ia pernah terlibat langsung melawan penjajah di Surabaya, hingga kerap kali keluar masuk penjara akibat tindakannya tersebut.
Dalam pribadinya yang keras, Sjuman Jaya menceritakan, Chairil juga dikenal sebagai penyanyang perempuan. Tak jarang, ia sering menciptakan puisi-puisi tentang perlajalanan asmaranya. Meskipun, karya-karyanya tersebut tidak pernah ia publikasikan semasa masih hidupnya.
Kebesaran Chairil sempat hilang dari perbincangan masyarakat umum. Faktor rentan waktu yang lama atau rendahnya minat masyarakat tentang sastra. Namun, namanya mucul kembali berkat film Ada Apa Dengan Cinta ¬(AADC) yang tayang pada tahun 2002. Puisi-puisi Chairil menjadi nyawa pada cerita film arahan Rudi Sudjarwo itu.
Ragga sebagai pemeran utama dalam film AADC sangat mengagumi sosok Chairil Anwar. Buku Aku: Berdasarkan perjalanan dan Karya penyair Chairil anwar karangan Sjuman Djaya menjadi pegangan utama Rangga dalam mengenal sosok penyair modern itu.
Di dalam buku tersebut, Sjumaji Jaya menilai puisi “Aku” mewakili kepribadian Chairil yang tegas dan anti penindasan. Banyak yang kita dapat dari sosok Chairil. Mengenang Chairil, berarti mengenang semangat kebebasan.
Rangga sebagai pemeran utama dalam film AADC sangat mengagumi sosok Chairil Anwar. Buku Aku: Berdasarkan perjalanan dan Karya penyair Chairil anwar karangan Sjuman Djaya menjadi pegangan utama Rangga dalam mengenal sosok penyair modern itu. Di dalam buku tersebut, Sjumaji Jaya menilai puisi “Aku” mewakili kepribadian Chairil yang tegas dan anti penindasan.
Chairil meninggal tanggal 28 April, 70 tahun silam. Kematiannya, diperingati sebagai hari puisi nasional.
Banyak yang kita dapat dari sosok Chairil. Mengenang Chairil, berarti mengenang semangat kebebasan.
“Aku”
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sendu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan yang terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.
Penulis: Azzam Ashari