By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Amanat.idAmanat.idAmanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
  • Cerpen
  • Puisi
Reading: Mengenang Kembali, Kematian Sang Penyair “Si Binatang Jalang”
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
Font ResizerAa
Amanat.idAmanat.id
  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak
Search
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
Have an existing account? Sign In
Follow US
(Sumber Foto: www.merahputih.co).
Artikel

Mengenang Kembali, Kematian Sang Penyair “Si Binatang Jalang”

Last updated: 28 April 2019 9:25 am
Mohammad Azzam
Published: 28 April 2019
Share
SHARE
(Sumber Foto: www.merahputih.com).

Siapa yang tak kenal dengan Chairil Anwar? Penyair ternama angkatan ’45 sekaligus pelopor puisi modern di Indonesia itu. Di eranya, puisi tidak lagi tunduk pada aturan baku yang berlaku sebelumnya. Ia menurunkan puisi, yang sebelumnya hanya dapat dipahami golongan elit intelektual menjadi dapat diterima oleh tukang becak, petani, buruh dan lain sebagainya.

Chairil menghabiskan sebagian besar hidupnya di zaman penjajahan. Tak heran, jika kebebasan menjadi hal yang sangat mahal banginya. Oleh sebab itu, Sjuman Djaya dalam buku Aku: Berdasarkan perjalanan dan Karya penyair Chairil anwar, menggambarkan Chairil sebagai pribadi yang tak suka dikekang.

Suatu ketika, ia pernah menolak opsir Jepang yang hendak mencekalnya. Bahkan, ia justru menantang sang opsir meskipun tendangan mendarat di mukanya yang tirus. Bagi Chairil, seorang yang dikekang bagaikan seekor binatang.

Kepribadiannya yang anti penindasan tergambar jelas lewat puisi-puisinya. Diksi-diksi dalam puisinya sangat menggebu-gebu dan penuh ambisi akan kebebasan. Karena itu, julukan ” si binatang jalang” pun melekat pada diri penyair modern ini.

Sikap patriot yang ia tunjukkan tak sekedar lewat kata-kata indah. Ia pernah terlibat langsung melawan penjajah di Surabaya, hingga kerap kali keluar masuk penjara akibat tindakannya tersebut.

Dalam pribadinya yang keras, Sjuman Jaya menceritakan, Chairil juga dikenal sebagai penyanyang perempuan. Tak jarang, ia sering menciptakan puisi-puisi tentang perlajalanan asmaranya. Meskipun, karya-karyanya tersebut tidak pernah ia publikasikan semasa masih hidupnya.

Kebesaran Chairil sempat hilang dari perbincangan masyarakat umum. Faktor rentan waktu yang lama atau rendahnya minat masyarakat tentang sastra. Namun, namanya mucul kembali berkat film Ada Apa Dengan Cinta ¬(AADC) yang tayang pada tahun 2002. Puisi-puisi Chairil menjadi nyawa pada cerita film arahan Rudi Sudjarwo itu.

Ragga sebagai pemeran utama dalam film AADC sangat mengagumi sosok Chairil Anwar. Buku Aku: Berdasarkan perjalanan dan Karya penyair Chairil anwar karangan Sjuman Djaya menjadi pegangan utama Rangga dalam mengenal sosok penyair modern itu.

Di dalam buku tersebut, Sjumaji Jaya menilai puisi “Aku” mewakili kepribadian Chairil yang tegas dan anti penindasan. Banyak yang kita dapat dari sosok Chairil. Mengenang Chairil, berarti mengenang semangat kebebasan.

Rangga sebagai pemeran utama dalam film AADC sangat mengagumi sosok Chairil Anwar. Buku Aku: Berdasarkan perjalanan dan Karya penyair Chairil anwar karangan Sjuman Djaya menjadi pegangan utama Rangga dalam mengenal sosok penyair modern itu. Di dalam buku tersebut, Sjumaji Jaya menilai puisi “Aku” mewakili kepribadian Chairil yang tegas dan anti penindasan.

Chairil meninggal tanggal 28 April, 70 tahun silam. Kematiannya, diperingati sebagai hari puisi nasional.

Banyak yang kita dapat dari sosok Chairil. Mengenang Chairil, berarti mengenang semangat kebebasan.

“Aku”

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sendu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan yang terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.

Penulis: Azzam Ashari

Self Harm dan Bahaya Laten Psikologi
Intelektual
Seberkas Cahaya Cinta Isyraqi
Nyala Perlawanan dalam “Lagu Hidup”
[Refleksi Isra Miraj] Momentum Penilaian Kualitas Salat Kita
TAGGED:chairil anwarhari puisi nasionalpenyair binatang jalangpuisi aku chairil anwar
Share This Article
Facebook Email Print

Follow US

Find US on Social Medias
FacebookLike
XFollow
YoutubeSubscribe
TelegramFollow

Weekly Newsletter

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]
Popular News
Varia Kampus

Buka Orsenik, Rektor Mengimbau Mahasiswa Utamakan Sportivitas dan Kejujuran

Mohammad Hasib
18 September 2019
Kendala Administrasi Sebabkan Sulitnya Pengembalian Uang Catering Mahad UIN Walisongo Gelombang 3 2024
Pentingnya Politik dalam Islam Menurut Nizar Ali
Habib Muhammad Firdaus: Keistimewaan Membaca Selawat di Mata Rasulullah
WhatsApp Rektor dan Dosen UIN Walisongo Diretas, Mahasiswa Diminta Waspada!
- Advertisement -
Ad imageAd image
Global Coronavirus Cases

Confirmed

0

Death

0

More Information:Covid-19 Statistics
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Buku
    • Film
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
  • Cerpen
  • Puisi
Reading: Mengenang Kembali, Kematian Sang Penyair “Si Binatang Jalang”
Share

Tentang Kami

SKM Amanat adalah media pers mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

Kantor dan Redaksi

Kantor redaksi SKM Amanat berlokasi di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lantai 1, Kampus III UIN Walisongo, Jalan Prof. Hamka, Ngaliyan, Kota Semarang, dengan kode pos 50185

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Reading: Mengenang Kembali, Kematian Sang Penyair “Si Binatang Jalang”
Share
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?