Abad ke-21 bisa dibilang menjadi babak baru keberhasilan manusia dalam mengembangkan teknologi. Di abad ini pula teknologi menjadi lebih dominan dalam menguasai manusia.
Teknologi pada intinya adalah alat-alat ciptaan manusia yang ditemukan untuk memudahkan manusia menjalankan aktivitas kehidupannya. Namun, pada kenyataannya saat ini, teknologi tidak hanya memiliki fungsi demikian.
Ketika teknologi menjadi sangat dominan, tentu akan menimbulkan berbagai pertanyaan. Apakah manusia bisa merdeka dari jajahan teknologi? Bagaimana mereka menghadapi itu? Lalu, siapa yang diuntungkan dari kemajuan teknologi ini?
Yuval Noah Harari dalam bukunya 21 Lessons for the 21st Century menjawab pertanyaan situasi terkini yang dihadapi oleh manusia. Kendati banyak kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, nyatanya perkembangan itu juga menjadi bumerang bagi manusia hingga menimbulkan kecanduan yang berlarut-larut.
Hal itu tampak nyata, manakala sesuatu yang menjadi dasar dari perubahan teknologi mengalami kerusakan dan gangguan. Padamnya listrik massal atau Black Out beberapa waktu lalu, cukup untuk mengatakan bahwa, manusia abad-21 belum siap menghadapi efek ketergantungan teknologi.
Seperti kita ketahui, fenomena Black Out telah membuat Ibu Kota dan sekitarnya terjebak dalam kegelapan. Tak hanya itu, berbagai provider penyedia jaringan internet pun mengalami kelumpuhan.
Akibatnya, lebih dari 3 juta populasi manusia wilayah Ibu Kota dan sekitarnya mengalami kepanikan luar biasa.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat kita cenderung menghambakan diri dan mendewakan teknologi. Mereka lupa bahwa teknologi hanyalah sebuah alat, dan sebagai pencipta alat, sudah selayaknya manusia mampu menghadapi dengan kekuasaannya dan mengontrol diri agar tidak terjebak dalam kecanduan yang berlebihan.
Belajar dari fenomena ini, penulis ingin mengatakan bahwa perubahan yang akan terjadi di masa depan cenderung lebih cepat dan berbeda dibandingkan perubahan yang sudah terjadi sebelumnya seperti aufklarung, renaissance, dan revolusi industri.
Agaknya, manusia memang perlu menempatkan kembali teknologi sebagai alat, apabila tak ingin terus-menerus termodifikasi oleh teknologi. Dengan begitu keberadaan manusia sebagai tuan atas dirinya sendiri tidak bergeser.
Penulis: Fatimah Azzahro