• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Senin, 21 Juli 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Mengapa Money Politic Tetap Langgeng di Demokrasi Kita

Meski sempat mengalami pasang surut, nyatanya praktek semacam ini tak pernah bosan menyambangi masyarakat.

by Ibnu A
6 tahun ago
in Artikel
0
Ilustrasi money politik (Sumber:www.jawapos.com)

Menjelang kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) pada 17 April mendatang, atmosfir perpolitikan nasional semakin mencapai titik didih. Beragam kecurangan perlahan memanas dan naik ke permukaan memperebutkan kemenangan.

Ya, money politik atau yang biasa disebut vote buying masih menjadi salah satu komoditi yang laris di pasaran. Setiap menyongsong pesta demokrasi, ancaman ini seolah tak pernah absen dari perbincangan publik.

Bagaimana tidak, para kelompok pemenangan dengan mudahnya membeli suara masyarakat. Di lain pihak, masyarakat dengan senang hati menerima sesuatu yang mereka anggap bermanfaat. Tak ayal, hubungan simbiosis parasitisme pun berjaya di sebagian tatanan masyarakat.

Bukan suatu rahasia lagi, hajatan demokrasi lima tahunan sekali ini masih menempatkan finasial sebagai faktor dominan menentukan terpilihnya suatu pasangan kandidat.

Kapasitas dan kapabilitas pasangan calon pun mulai dikesampingkan. Visi, misi, dan program yang seharusnya menjadi kekuatan utama, justru terkapar dalam pusaran kekuatan uang.

Baca juga

Ita Martadinata dan Pemerkosaan Massal 1998: Fakta yang Dirabunkan dari Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

Praktik semacam ini sebenarnya sudah tumbuh sejak pemilu pertama Indonesia tahun 1955. Kala itu, Partai Nasional Indonesia (PNI) yang merupakan salah satu partai tertua di Indonesia, membagikan sejumlah uang kepada tokoh-tokoh pada tingkat lokal agar bisa memenangkan pemilu.

Meski sempat mengalami pasang surut, nyatanya praktek semacam ini tak pernah bosan menyambangi masyarakat. Undang-undang nomor 10 tahun 2016 pasal 187A pun seakan tak mampu menghalangi kutukan money politik.

Berkaca pada budaya lama bangsa Indonesia, agaknya praktek memberi uang (baca: money politik) bukan lagi dipandang sebagai sesuatu yang tabu. Ya, kebiasaan tersebut telah ada sejak orde lama berkuasa. Tak pelak, perbuatan semacam ini pun dianggap sebagai aksioma yang mendarah daging.

Hari ini, praktek money politik tidak lagi terpaku pada sekarung dana. Pemenuhan berbagai kebutuhan pokok seperti sembako, menjadi segmentasi baru elite politik dalam membeli suara masyarakat.

Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa kebobrokan dalam berdemokrasi kita tetap berlangsung?

Nalar Machiavelis

Banyak faktor mengapa praktek ini masih beroprasi sampai hari ini. Mulai dari, gagalnya pendidikan politik di Masyarakat kita, regulasi, hukum, masyarakat miskin, kebudayaan permisif dsb.

Niccolò Machiavelli mendefinisikan alasan mengapa para politisi melakukan hal instan berusaha mati matian dengan cara yang tidak wajar, tak hayal menghalalkan segala cara demi mencapai ambisi politiknya.

Secara garis besar syarat seorang yang ingin berkuasa haruslah menggunakan tipu muslihat, memainkan trik licik dan dusta, para penguasa meski mempelajari sifat yang terpuji di sisi lain ia harus berani melakukan tindakan yang bengis, keji, khianat dan kejam asalkan demi kebaikan untuk Negara dan kekuasaanya. (Il Principe, 1532).

Apa yang dikatakan Machaveli agak benar terjadi di negeri ini. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah, kebaikan seperti apakah yang akan dihasilkan oleh politisi yang demikian?

Jika siklus money politik dalam setiap sistem pemilihan demokrasi masih diartikan suatu usaha politisi untuk merebut kepercayaan dan mempertahankan hak kekuasaan dengan membuat narsi narasi licik, membeli suara (vote buying) demi tercapainya tujuan kemenangan politik, meskipun tindakan itu menciderai hukum demokrasi bernegara kita.

Pada akhirnya Pemilu hanyalah sebatas konsep yang berjalan sebagai urusan prosedural dan bagi-bagi kursi rejeki. Politik semacam ini hanya menjadikan rakyat sebagai objek penguasaan dan menempatkan posisi kekuasaan sebagai tujuan utamanya. Mau tidak mau, politik semacam ini akan membawa kita pada stagnasi dan makin tergerusnya kualitas kehidupan sosial.

Pemilu lima tahunan seharusnya melahirkan dunia baru tempat rakyat merdeka, kekuasaan harus digunakan untuk meneggakan keadilan dan kebaikan bersama. Mewujudkan masyarakat sejahtera, tanpa pengisapan dan ketidakadilan.

Penulis: Ibnu A.

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: money politiknalar machiavelispolitik indonesia
Previous Post

Empat Penyebab Kemunduran Demokrasi Menurut Edward Aspinall

Next Post

Hari ini UIN Walisongo Kukuhkan Guru Besar Bidang Studi Fiqih

Ibnu A

Related Posts

ita martadinata, pemerkosaan massal 1998, penulisan ulang sejarah indonesia, tragedi 1998, fadli zon
Nasional

Ita Martadinata dan Pemerkosaan Massal 1998: Fakta yang Dirabunkan dari Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

by Redaksi SKM Amanat
29 Juni 2025
0

...

Read moreDetails
Mencari Kebenaran, Pengetahuan Mitologi, Filosofi Esoteris, Freemasonry, Konspirasi Freemasonry

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

18 Juni 2025
Tren Stecu, Dampak Tren Stecu, Fenomena Stecu, Praktik Budaya Digital, Stecu

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

8 Juni 2025
Asupan Instastory, Fenomena Kesibukan Palsu, Fake Busy, Kesibukan Palsu Mahasiswa, Kesibukan Palsu

Kehidupan Setengah Hati demi Asupan Instastory

30 Mei 2025
Emosi Pria, Maskulinitas Pria, Budaya Patriarki, Standar Maskulinitas, Bias Gender

Realitas Semu Emosi Pria

13 Mei 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
Saksi Ruang Keluarga, Sastra Soeket Teki, Puisi Soeket Teki, SKM Amanat, Puisi SKM Amanat

Saksi Ruang Keluarga

22 Juni 2025
PBAK UIN Walisongo, Expo UKM-F, Merger UKM, PBAK 2025, UIN Walisongo

Akibat Merger, Muncul Wacana Expo UKM-F Ditiadakan pada PBAK UIN Walisongo 2025

14 Juli 2025
ita martadinata, pemerkosaan massal 1998, penulisan ulang sejarah indonesia, tragedi 1998, fadli zon

Ita Martadinata dan Pemerkosaan Massal 1998: Fakta yang Dirabunkan dari Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

29 Juni 2025
SEMA UIN Walisongo, Ketua SEMA UIN Walisongo, Safrizal, UIN Walisongo, Kenaikan UKT

Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

7 Juli 2025
Load More

Trending News

  • PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

    Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berikut Beberapa Respons Mahasiswa terhadap Pembukaan 3 Prodi Baru UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Akibat Merger, Muncul Wacana Expo UKM-F Ditiadakan pada PBAK UIN Walisongo 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend