Alkisah, lahirlah seorang bayi laki-laki yang sangat dinanti-nantikan kehadirannya oleh Raja dan Ratu. Suka cita itu dirayakan dengan pesta besar-besaran. Sang raja pun mengundang ibu peri. Sayangnya, ibu peri meramalkan hal buruk yang akan terjadi kepada pangeran suatu hari nanti. Pangeran diramalkan terancam nyawanya oleh anjing, buaya dan ular. Tiga takdir buruk yang membuat Raja dan Ratu sangat protektif.
Sang raja pun segera memerintahkan para prajuritnya untuk membangun tembok raksasa dan melakukan penjagaan yang ketat. Putra satu-satunya tak diperbolehkan untuk keluar gerbang kerajaan. Namun suatu ketika saat pangeran masih anak-anak, ia melihat seekor anak anjing dan meminta kepada raja agar diizinkan untuk merawatnya. Melihat keceriaan sang pangeran, raja tak tega untuk menolak. Dan gugurlah ramalan yang pertama tentang seekor anjing yang membahayakan nyawa putra mahkota.
Waktu terus berjalan dan pangeran tumbuh menjadi seorang lelaki yang tampan. Ia mengeluh jenuh dan ingin keluar dari kerajaan untuk menjelajah dunia sebagai bekal menjadi pemimpin kelak. Hal itu akhirnya disetujui oleh sang ayah meski dengan berat hati. Saat kapal yang ia tumpangi mengarungi lautan terjadi badai besar, anjing kesayangan pangeran jatuh ke laut. Tanpa pikir panjang sang pangeran langsung berenang untuk menyelamatkan anjingnya. Tiba-tiba ada seekor buaya yang hendak menerkam mereka. Namun buaya itu mendadak ketakutan dan berbalik pergi. Ternyata ada seorang perempuan cantik dari atas kapal yang hendak memanahkan anak busurnya ke buaya tersebut. Maka selamatlah pangeran dari takdir buruk yang kedua.
Singkat cerita pangeran menikah dengan perempuan cantik yang telah menolongnya. Pangeran jujur tentang tiga ramalan yang menghantuinya. Namun sang permaisuri bisa meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Hingga pada suatu malam, saat pasangan muda itu tidur ada seekor ular yang masuk ke dalam kamar mereka. Sang istri yang menyadari hal itu segera mengambil mangkok berisi air yang telah diberi ramuan ajaib. Dibiarkannya ular itu meminum air dalam mangkuk, lalu ular itu pun tertidur. Sang permaisuri yang cerdik itu memanggil dua abdi kerajaan untuk membuang ular jauh-jauh. Maka selamatlah sang pangeran dari takdir buruk yang ketiga.
Dongeng itu merupakan dongeng pertama yang tampil dalam bentuk tertulis berasal dari Mesir Kuno sekitar1500 Sebelum Masehi (SM). Terkenal dengan judul, “Pangeran dan Tiga Takdir yang Dijalaninya”.
Tradisi dongeng sendiri dipercaya telah ada sejak zaman purba, old. Buku Storytelling: An Encyclopedia of Mythology and Folklore mengungkapkan sebuah artefak berupa prasasti yang diduga berasal dari masa 2560 SM. Prasasti tersebut menggambarkan suatu peristiwa ketika anak-anak Firaun berupaya menghibur ayahnya dengan mendongeng.
Dongeng di Nusantara
Tak diragukan, Indonesia juga memiliki tradisi mendongeng, dibuktikan dengan banyaknya cerita rakyat, legenda dan fabel.Cerita tentang Si Kancil yang cerdik,Bawang Merah dan Bawang Putih, serta masih banyak contoh dongeng lainnya. Dongeng telah menjadi kekayaan budaya serta identitas bangsa yang harus kita jaga.
Setiap daerah memiliki dongengnya masing-masing baik dari cara penyajian, bahasa dan alur cerita. Kisah-kisah itu biasanya berkaitan erat dengan daerah tersebut atau kepercayaan yang telah mengakar. Contohnya dongeng Batu Menangis dari Kalimantan Barat.
Dongeng di Zaman Now
Jika kita merasa era digital melunturkan tradisi mendongeng, bisa iya bisa juga tidak. Karena berkurangnya aktivitas mendongeng bukan hanya karena berkembang pesatnya teknologi, namun karena tidak semua orang mau dan memiliki kemampuan mendongeng. Mungkin juga karena banyaknya faktor-faktor lain yang menjadikan hal tersebut terjadi, salah satunya regenerasi dalam mendongeng di masyarakat kita.
Sebenarnya teknologi yang ada saat ini dapat mendukung agar tradisi mendongeng terus hidup di masyarakat. Dongeng tak hanya tampil dalam bentuk tulisan dan gambar saja, namun kini bisa juga dikemas dengan lebih menarik ke dalam bentuk audio dan visual. Seperti Youtuber cantik Ella Haryani yang sudah memiliki 1,8 juta subscriber, Youtube-nya berisi konten-konten yang disajikan dalam bentuk cerita. Hal itu merupakan salah satu inovasi, menyajikan informasi disertai gambar dengan gaya bercerita.
Dongeng bisa menjadi media pembelajaran yang baik tentang nilai-nilai kehidupan. Banyak nilai moral yang dapat dipetik dalam setiap dongeng, tentang kebaikan, kejujuran, kesabaran dan lain sebagainya.
Dongeng tak semata-mata sebagai sarana penghantar tidur. Lebih dari itu mendongeng dapat menjadikan jalannya peradaban masyarakat yang diharapkan ke arah yang lebih baik sebab inspirasi dan pengetahuan yang ada di dalam dongeng tersebut.
Selain itu, dongeng dapat membantu pembelajaran karakter anak sejak dini khususnya dalam berbahasa dan berkomunikasi. Seorang dokter dari Institusi Kesehatan Mental Singapoura, Sung Min mengungkapkan bahwa membacakan suatu cerita dapat mendorong perkembangan anak dalam berbicara dan berbahasa.
Di era disrupsi yang katanya setiap orang berhak memenangkan kompetisi kita tak perlu malu dengan kekayaan dongeng dalam negeri. Bahkan, salah satu dongeng Indonesia masuk dalam warisan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yaitu Cerita Panji. Ini menjadi tantangan kita bersama untuk terus melestarikan warisan agung ini.
Mereka yang memang peduli dengan dongeng harus terus berinovasi. Menyesuaikan dongeng dengan karakter saat ini. Zaman terus berkembang, begitu pun dongeng yang harus disesuaikan dengan keadaan untuk menjaga eksistensinya. Masih mau dongeng hilang begitu saja?
Bandungan, Maret 2020
Penulis: Vina Ulkonita