Masalah adalah dinamika kehidupan yang mau tak mau harus dihadapi oleh manusia. Mereka harus mencari strategi yang tepat agar permasalahan tersebut tak menimbulkan masalah baru di kemudian hari.
Begitu pula dalam merespon suatu masalah. Terkadang, ada manusia yang menghadapi masalah sebagai tantangan sebagai wujud pengembangan diri. Ada juga yang menganggap permasalahan sebagai sebuah beban hidup yang tiada habisnya.
Manusia yang memandang permasalahan sebagai tantangan memiliki kesempatan untuk belajar lebih luas, lebih menerima keadaan, dan santai. Sebab mereka percaya bahwa pada hakikatnya manusia selalu dihadapkan dengan permasalahan, suatu masalah selesai maka masalah lainnya sedang menunggu giliran.
Berbeda dengan manusia yang memandang suatu permasalahan sebagai sebuah beban. Mereka cenderung lebih temperamental dalam menghadapi masalah. Akibatnya, masalah tidak terselesaikan dengan tuntas dan bisa memicu strees yang dapat menyerang kejiwaan seseorang. Tak hanya itu, pelajaran tentang penyelesaian masalah tidak didapatkannya.
Tetapi seorang sufi kelahiran Turki bernama Nasruddin Hoja membuat segala masalah menjadi sebuah lelucon. Ia selalu melihat permasalahan kehidupan dari sisi lain dengan meminimalisasi ketegangan yang terjadi antar dua buah pemikiran atau lebih dalam menilai suatu persoalan.
Sang sufi mengemas perspektifnya tentang suatu masalah dengan humor-humor yang mampu menggelitik. Bahkan tak sedikit yang memandangnya sebagai orang bodoh akibat dari tingkahnya yang konyol. Namun, humor-humor yang diciptakan Nasruddin memiliki makna yang penting dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Mengutip kitab Al-Bashair wa al-Dakhar karya Abu Hayan bahwa,
“Jangan engkau jauhkan dirimu dari mendengar sesuatu tentang kejadian sederhana yang lucu. Sebab bila engkau tidak mau memperhatikannya, pemahamanmu akan menjadi picik dan watakmu menjadi kurang tanggap. Dan bila engkau tidak mampu menikmati segarnya humor, awan kelabu kehidupan yang serius bakal menghancurkan dirimu.”
Seperti kita tahu, orang-orang hari ini memiliki permasalahan yang lebih kompleks daripada zaman dahulu. Orang-orang cenderung terkecoh pada satu aturan yang mereka buat sendiri. Bahkan, membuat mereka saling adu fisik atas sebuah permasalahan yang sepele.
Dalam buku Humor Sufi II karya Sapardi Djoko Damono, disebutkan Nasruddin ketika mencari kuncinya yang hilang. Saat seseorang bertanya perihal di mana kemungkinan ia menghilangkan kuncinya. Kemudian tanpa diduga-duga ia menjawab bahwa kuncinya hilang di dalam rumah. Orang tersebut heran mengapa kunci yang hilang di dalam rumah itu justru mencarinya keluar. Dan Nasruddin beralasan bahwa di luar terang sekali, semantara rumahnya gelap gulita.
Jika ditelaah melalui nalar, maka apa yang dilakukan oleh Nasruddin Hoja akan membuat kita menggelengkan kepala. Seolah ia telah mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.
Namun, ada semacam ketenangan dan kesantaian Nasruddin Hoja dalam menanggapi setiap permasalahan.
Apa yang telah dilakukan telah mencerminkan ketenangan batin yang dibangun. Seolah tak ada yang ditakuti melainkan Tuhan-Nya.
Penulis: Ridho