• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Advertorial
  • Kontak
Senin, 21 Juli 2025
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Menakar Kekuatan Oposisi Pasca Pemilu 2019

Terpilihnya Jokowi menjadi Presiden kali ini, membuat parpol pendukung Prabowo dilema. Apakah menjadi koalisi atau, tetap berada di barisan oposisi?

by Agus Salim I
6 tahun ago
in Artikel
0
Pertemuan perdana Joko Widodo bersama Prabowo Subianto pasca pemilihan presiden 2019, di dalam gerbong MRT, Stasiun Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu/13/07/2019 (www.twitter.com)

Putusan final Mahkamah Konstitusi (MK) pada 27 Juni lalu, menjadi pertanda runtuhnya sengketa pemilu 2019 yang, sempat melahirkan berbagai drama yang mengguncang dunia. Putusan itu juga yang membuat Presiden Jokowi menjadi penguasa negeri untuk kedua kali, bersama dengan Koalisi Indonesia Kerja (KIK) yang menjadi kekuatan baru di parlemennya.

Akan tetapi, terpilihnya Jokowi tersebut menyisakan perasaan dilematis di kubu Prabowo. Ya, buntut dilema itu ada pada Koalisi Adil Makmur (KAM) yang menjadi partai aliansi Prabowo dalam melawan Jokowi, secara resmi membubarkan diri. Jalan sulit pun harus dipilih oleh mereka, apakah akan bergabung dengan koalisi Jokowi atau, tetap menjadi oposisi seperti sediakala.

Dari keempat partai yang tergabung dalam oposisi Prabowo diantaranya, Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat. Nama pertama (baca: Gerindra) menjadi partai yang paling santer diberitakan akan bergabung dengan koalisi Jokowi.

Jika oposisi dimaknai sebagai kekuatan politik yang berada di luar struktur pemerintahan dan tidak sampai membentuk kabinet atau pemerintahan bayangan, sesungguhnya Prabowo bersama Gerindra memiliki track record tersendiri untuk itu. Sejak Pemilu 2009 misalnya, Prabowo dan Gerindra sudah mengambil posisi di luar pemerintahan.

Sementara, jika Gerindra berani mengambil langkah ekstrem dengan bergabung ke koalisi Jokowi, partai pimpinan Prabowo Subianto ini tentu akan merugikan Prabowo sendiri. Seperti kita ketahui, Prabowo kemungkinan besar kembali diusung untuk menjadi calon presiden lagi di Pilpres 2024 mendatang. Bukan tanpa alasan,berdasarkan survey yang dilakukan oleh Lembaga Survey Indonesia Denny JA, nama Prabowo masih memiliki tingkat kepopularitasan di atas 25 persen.

Baca juga

Ita Martadinata dan Pemerkosaan Massal 1998: Fakta yang Dirabunkan dari Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

Di sisi lain, perolehan suara Gerindra di Pemilu 2019 meraih tempat kedua dengan presentase 12,57 persen atau setara dengan 17.594.839 suara, di bawah PDI yang memperoleh kemenangan sebesar 19,33 persen atau suara sebanyak 27.053.961, sebagaimana dikutip dari Kompas.com (22/5/19).

Hal serupa juga dialami Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Demokrat (PD) yang jauh-jauh hari sudah menunjukkan sikap kompromistis terhadap ajakan bergabung dalam koalisi pemenang Pilpres. Elite politik dari dua partai tersebut dikabarkan akan menyeberang menuju koalisi pemerintahan Jokowi.

Ini bukanlah pilihan mudah sebab, mereka harus memikirkan nasib partainya sendiri pasca pemilu 2019. Kurang rasional juga bila keduanya memilih untuk bertahan di saat partainya kalah dan menderita apalagi, tetap bersikukuh mempertahankan diri di barisan oposisi.

Di jajaran PKS sendiri, jika kita melihat dari ideologinya saja, agaknya memang mustahil apabila mereka menjadi bagian dari politik pemerintahan Jokowi. Sejarah PKS sebagai oposisi juga terlihat manis. Hal itu bisa dilihat dari perolehan suara PKS setiap pemilu berlangsung yang terus menunjukkan geliat kenaikan.

Matinya demokrasi

Adanya kelompok oposisi dalam sistem demokrasi, telah memegang peranan penting dalam mewujudkan mekanisme checks and balances. Mekanisme ini dibutuhkan untuk mewujudkan tata kelola dan penyelenggaraan pemerintahan yang terkontrol sehingga, pemerintahan yang sedang berkuasa tidak keluar jalur dan bertindak sewenang-wenang.

Keberadaan oposisi sebagai penyeimbang kekuasaan juga harus diperkuat dan jangan sampai terkena rabun senja. Demokrasi akan kehilangan ruhnya apabila pihak oposisi melenggang menuju kaum pro pemerintah. Tidak ada lagi kelompok yang dengan gencar melakukan check and balancesterhadap kebijakan pemerintah.

Tanpa oposisi, libido demokrasi tidak lagi menjadi menarik. Tidak ada kritik yang bisa ditujukan secara langsung kepada penguasa. Oposisi juga harus benar-benar paham dengan perannya. Bayangkan saja, jika semua partai yang semula menjadi oposisi lalu, tiba-tiba berkoalisi dengan pemerintah. Kemungkinan terjadinya kartelisasi antara partai-partai di mana acapkali kedaulatan rakyat cukup besar. Kebutuhan rakyat yang menjadi prioritas utama dalam demokrasi, tidak terpenuhi secara maksimal karena kepentingan kelompok tertentu lah yang menjadi prioritas.

Jika itu terjadi maka, bangsa Indonesia akan mengulang kembali masa buruk yang pernah terjadi 60 tahun silam. Kala itu, di bawah pimpinan Soekarno Indonesia menerapkan sebuah sistem Demokrasi Terpimpin.Dalam sistem demokrasi terpimpin, tidak ada istilah oposisi. Segala praktik kekuasaan kepemerintahan, dijalankan secara terpusat di bawah kendali sang pemimpin.

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Lord Acton bahwa,‘Power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely’, sebuah pemerintahan yang absolut diyakini akan melahirkan keburukan yang absolut pula. Karena itulah, pemerintah membutuhkan kelompok oposisi untuk menjaga supaya pemerintahannya tidak absolut dan berimbang.

Masalah baru

Jika memang ada kelompok oposisi yang menjatuhkan hatinya kepada koalisi Jokowi, tentu akan menimbulkan masalah baru. Yang paling kentara adalah potensi ditinggal pendukungnya dan akan mengubur perlahan masa depan parpol itu sendiri. Selain itu, mereka yang tergabung sebagai pendukung oposisi bakal kecewa berat lantaran parpolnya menjadi jajaran elit politik pemerintahan.

Sebagaimana kita tahu, oposisi telah menjadi lawan sepadan bagi pemerintah dalam menjalankan kekuasaan. Apalagi, Prabowo yang notabeneberasal dari pihak oposisi, telah gagal mengalahkan petahana selama dua putaran, tentu akan menambah kecewa pendukungnya jika salah satu dari parpol oposisi berafiliasi dengan koalisi Jokowi.

Jika pihak oposisi satu per satu melenggang menjadi pro pemerintahan lalu, bagaimana nasib demokrasi ke depan?

Penulis: Agus Salim
*Tulisan pernah dimuat di Geotimes.co.id pada Jumat, (12/7/19)

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: CebongIndonesia damaiJokowiKampretkita merah putihMerah PutihPersatuan Indonesiapilpres 2019PrabowoPresiden
Previous Post

5 Kerja Part-Time yang Bisa Dilakukan Mahasiswa

Next Post

Gadis Asal Purwodadi Ini Jadikan Mendaki Sebagai Hobi

Agus Salim I

Bukan penulis mapan

Related Posts

ita martadinata, pemerkosaan massal 1998, penulisan ulang sejarah indonesia, tragedi 1998, fadli zon
Nasional

Ita Martadinata dan Pemerkosaan Massal 1998: Fakta yang Dirabunkan dari Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

by Redaksi SKM Amanat
29 Juni 2025
0

...

Read moreDetails
Mencari Kebenaran, Pengetahuan Mitologi, Filosofi Esoteris, Freemasonry, Konspirasi Freemasonry

Mencari Kebenaran dalam Bongkahan Mitologi

18 Juni 2025
Tren Stecu, Dampak Tren Stecu, Fenomena Stecu, Praktik Budaya Digital, Stecu

Pakaian Perempuan dan Kesenangan Laki-laki dalam Tren Stecu-Stecu

8 Juni 2025
Asupan Instastory, Fenomena Kesibukan Palsu, Fake Busy, Kesibukan Palsu Mahasiswa, Kesibukan Palsu

Kehidupan Setengah Hati demi Asupan Instastory

30 Mei 2025
Emosi Pria, Maskulinitas Pria, Budaya Patriarki, Standar Maskulinitas, Bias Gender

Realitas Semu Emosi Pria

13 Mei 2025

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

7 Juli 2025
Dosen Kebijakan Publik, Dosen UIN Walisongo, UIN Walisongo, Komunikasi Buruk, Pemerintahan Prabowo

Minimnya Sensitivitas Jadi Alasan Buruknya Komunikasi Pemerintah Menurut Dosen Kebijakan Publik UIN Walisongo

24 Juni 2025
Pendidikan Barak Militer, Kontroversi Pendidikan Barak, KDM, Guru Besar UIN Walisongo, Raharjo

Tuai Pro Kontra, Guru Besar Pendidikan UIN Walisongo Tanggapi Program Pendidikan Barak Militer KDM

21 Juni 2025
Hari Anti Penyiksaan Internasional, Keluarga Gamma, Kasus Darso, Korban Penyiksaan, Oknum Polisi

Peringati Hari Anti Penyiksaan Internasional, Keluarga Gamma dan Darso Harap Dapat Keadilan

4 Juli 2025
Load More

Trending News

  • PBAK UIN Walisongo, Perubahan Jadwal PBAK, Tanggal PBAK, DEMA UIN Walisongo, UIN Walisongo

    Sempat Berganti Tanggal, PBAK UIN Walisongo 2025 Dipastikan Terlaksana Pertengahan Agustus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua SEMA UIN Walisongo Disebut Mengundurkan Diri dari Jabatannya, Kenapa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Atribut Ini Wajib Dikenakan Saat Wisuda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini 11 Pondok Pesantren Dekat UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berikut Beberapa Respons Mahasiswa terhadap Pembukaan 3 Prodi Baru UIN Walisongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Akibat Merger, Muncul Wacana Expo UKM-F Ditiadakan pada PBAK UIN Walisongo 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Amanat.id

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Advertorial
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Kontak

Ikuti Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid SKM Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin SKM Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2026 Amanat.id

Send this to a friend