• Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Selasa, 5 Desember 2023
  • Login
Amanat.id
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result
Amanat.id

Memperbaiki Akses Baca, Menyelamatkan Peradaban Bangsa

Jika minat baca warganya rendah, bukan tidak mungkin Negara itu akan tertinggal, karena perkembangan suatu Negara berjalan selaras dengan ilmu pengetahuan.

Agung Prastio by Agung Prastio
3 tahun ago
in Opini
0
Dua anak sedang membaca buku (Dokumen Pixabay).

Tolak ukur kemajuan dan peradaban suatu negara itu tergantung dengan bagaimana budaya minat baca dalam masyarakat. Jika minat baca warganya rendah, bukan tidak mungkin Negara itu akan tertinggal, karena perkembangan suatu Negara berjalan selaras dengan ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan hanya bisa di dapatkan dengan cara membaca. Apapun medianya.

Berdasarkan laporan dari Programme for International Student Assesment (PISA) 2018 tentang minat baca warga negara anggota The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Indonesia berada di skor 371 dari rata-rata skor 487. Kabar ini tentu bukan kabar yang bagus, karena data itu mengindikasikan betapa terpuruknya minat baca Indonesia.

Keadaan ini diperparah dengan akses pada bahan bacaan yang carut marut. Seperti yang disebutkan oleh Kemendikbud tahun 2016/2017 yang mengatakan bahwa perpustakan yang ada di sekolah baru memenuhi 60 persen dari jumlah seluruh sekolah di Indonesia. Parahnya,dari kisaran angka diatas hanya 20 persen saja perpustakaan yang dikatakan layak.

Meskipun pemerintah sudah meningkatan biaya operasional dari 5 persen menjadi 20 persen untuk pengembangan perpustakan. Sayangnya dana itu tidak terserap dengan baik, karena hanya dihabiskan untuk buku pelajaran saja yang membuat bahan bacaan tidak lagi variatif dan pada akhirnya berpengaruh pada minat baca anak.

Banyak faktor yang menyebabkan mengapa akses terhadap bacaan rendah. Selain karena kurangya gedung perpustakaan dan kelayakannya. Akses bacaan rendah, di satu sisi juga disebabkan karena harga buku yang masih tinggi.

Baca juga

Saat Celetukan Ringan di Media Sosial Menjadi Perdebatan Panjang

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

Ambivert; Kepribadian atau Tuntutan?

Akses bahan bacaan yang rendah seharusya menjadi perhatian bagi pemerintah dan institusi masyarakat itu sendiri. Karena sejatinya mereka yang memiliki akses bahan bacaan rendah bukanlah golongan orang yang buta aksara.

Mereka adalah golongan masyarakat melek baca oleh Ignas Kleden dicirikan sebagai orang yang memiliki kemampuan membaca sederhana, tidak buta aksara, namun karena akses terhadap bahan bacaan rendah dan minimnya keperluan untuk mempraktikkannya. Jika hal ini dibiarkan, maka bisa jadi kemampuan baca menjadi berkurang atau bahkan hilang.

Penulis: Agung Prastio

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: Baca bukuBukumembacaminat baca
Previous Post

Lima Bahasa Cinta Agar Hubunganmu Tetap Langgeng

Next Post

Ramai Spanduk Tuntutan UKT, Dema UIN Walisongo Angkat Bicara

Agung Prastio

Agung Prastio

Related Posts

perdebatan di media sosial
Opini

Saat Celetukan Ringan di Media Sosial Menjadi Perdebatan Panjang

by Rizkyana Maghfiroh
2 November 2022
0

...

Read more
cancel culture

Maraknya Tren “Cancel Culture”; Seberapa Parahkah?

31 Oktober 2022
Ilustrasi kepribadian ambivert

Ambivert; Kepribadian atau Tuntutan?

4 Juli 2022
Ilustrasi pasangan childfree. (Sumber: pixabay)

Childfree; Isu Pengurangan Populasi atau Penyalahan Kodrati?

22 Juni 2022

Perlukah Curhat di Medsos?

21 Juni 2022

ARTIKEL

  • All
  • Kolom
  • Mimbar
  • Rak
  • Sinema
  • Opini
UIN Walisongo, Nur Khoirin, FSH UIN Walisongo, Guru Besar UIN Walisongo

Nur Khoirin Jelaskan 3 Peran Hukum bagi Masyarakat

1 Desember 2023
Kejurnas Wing Chun Indonesia 2023, FWCI, Wing Chun, Yaqut Cholil Qoumas, UIN Walisongo

Soal UIN Walisongo Jadi Tuan Rumah Kejurnas, Ternyata Usulan Ketum FWCI!

11 November 2023
Pemilwa UIN Walisongo, KPM UIN Walisongo, Sengketa Pemilwa UIN Walisongo, UIN Walisongo

Sengketa Pemilwa UIN Walisongo; KPM Melanggar Kode Etik

24 November 2023
Khusniawati, UIN Walisongo, Wisuda UIN Walisongo

Sibuk Skripsi, Khusniawati Sempatkan Jualan Buket saat Wisuda UIN Walisongo

8 November 2023
Load More
Amanat.id

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Navigasi

  • Tentang Kami
  • Media Partner
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Ikuti Kami

  • Login
  • Warta
    • Varia Kampus
    • Indepth
    • Seputar Ngaliyan
    • Regional
    • Nasional
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Artikel
    • Esai
    • Opini
    • Mimbar
    • Kolom
    • Rak
    • Sinema
  • Milenial
    • Kesehatan
    • Teknologi
    • Melipir
  • Sosok
  • Akademik
  • Lainnya
    • Epaper
      • Tabloid Amanat
      • Soeket Teki
      • Buletin Amanat
      • Bunga Rampai
    • Ormawa
    • Jejak Amanat
No Result
View All Result

Copyright © 2012-2024 Amanat.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Send this to a friend