Tolak ukur kemajuan dan peradaban suatu negara itu tergantung dengan bagaimana budaya minat baca dalam masyarakat. Jika minat baca warganya rendah, bukan tidak mungkin Negara itu akan tertinggal, karena perkembangan suatu Negara berjalan selaras dengan ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan hanya bisa di dapatkan dengan cara membaca. Apapun medianya.
Berdasarkan laporan dari Programme for International Student Assesment (PISA) 2018 tentang minat baca warga negara anggota The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Indonesia berada di skor 371 dari rata-rata skor 487. Kabar ini tentu bukan kabar yang bagus, karena data itu mengindikasikan betapa terpuruknya minat baca Indonesia.
Keadaan ini diperparah dengan akses pada bahan bacaan yang carut marut. Seperti yang disebutkan oleh Kemendikbud tahun 2016/2017 yang mengatakan bahwa perpustakan yang ada di sekolah baru memenuhi 60 persen dari jumlah seluruh sekolah di Indonesia. Parahnya,dari kisaran angka diatas hanya 20 persen saja perpustakaan yang dikatakan layak.
Meskipun pemerintah sudah meningkatan biaya operasional dari 5 persen menjadi 20 persen untuk pengembangan perpustakan. Sayangnya dana itu tidak terserap dengan baik, karena hanya dihabiskan untuk buku pelajaran saja yang membuat bahan bacaan tidak lagi variatif dan pada akhirnya berpengaruh pada minat baca anak.
Banyak faktor yang menyebabkan mengapa akses terhadap bacaan rendah. Selain karena kurangya gedung perpustakaan dan kelayakannya. Akses bacaan rendah, di satu sisi juga disebabkan karena harga buku yang masih tinggi.
Akses bahan bacaan yang rendah seharusya menjadi perhatian bagi pemerintah dan institusi masyarakat itu sendiri. Karena sejatinya mereka yang memiliki akses bahan bacaan rendah bukanlah golongan orang yang buta aksara.
Mereka adalah golongan masyarakat melek baca oleh Ignas Kleden dicirikan sebagai orang yang memiliki kemampuan membaca sederhana, tidak buta aksara, namun karena akses terhadap bahan bacaan rendah dan minimnya keperluan untuk mempraktikkannya. Jika hal ini dibiarkan, maka bisa jadi kemampuan baca menjadi berkurang atau bahkan hilang.
Penulis: Agung Prastio