Sejumlah mahasiswa UIN Walisongo dilantik menjadi pimpinan dalam organisasi mahasiswa |
Skmamanat.com – Hari Sumpah Pemuda (HSP) menjadi bagian dari sejarah penting Negara Indonesia. Setiap 28 Oktober masyarakat Indonesia selalu memperingatinya. Kaum muda termasuk juga mahasiswa memiliki cara memaknai yang berbeda.
Seperti yang di sampaikan Ahmad Sirojudin, Ketua Bidikmisi Community UIN Walisongo, Sabtu (28/10/2017). Baginya HSP menjadi momentum yang tepat untuk para mahasiswa mengkoreksi dirinya masing-masing.
“Apakah masih ada jiwa pemuda sesungguhnya di dalam diri kita,” kata mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam ini.
Siroj menilai, mahasiswa tak selayaknya hanya unggul dalam kecerdasan intelektual semata, namun juga aktif dalam bertindak.
Ia mencontohkan, salah satu yang dapat dilakukan mahasiswa saat ini adalah aktif berorganisasi dan meraih prestasi. Hal tersebut harus dilakukan oleh mahasiswa secara sungguh-sungguh.
“Kehidupan pemuda saat ini, tak sebanding dengan kehidupan zaman penjajahan dulu, yang penuh perjuangan,” tambah Siroj.
Terpisah, Ketua Kelompok Studi Mahasiwa Walisongo (KSMW), Umi Ma’rufah memiliki pandangan lain. Saat ditanya pemaknaan HSP dalam konteks kekinian, ia menjawab tidak ada bedanya dan akan sama sampai kapanpun.
“Kita mesti menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” kata mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Hadits tersebut.
Umi beranggapan, peringatan HSP hendaknya dibarengi dengan pemahaman terhadap sejarah bangsa. Banyak hal yang masih belum jelas atau sengaja disembunyikan oleh rezim tertentu. Padahal hal tersebut sangat penting dalam rangka melengkapi pengetahuan tentang sejarah bangsa.
Ia juga meminta agar pemuda khususnya mahasiswa UIN Walisongo tidak mudah terprovokasi oleh isu. Isu-isu tersebut, lanjut Umi, sekarang banyak digoreng demi kepentingan sebagian pihak.
Kemudahan akses informasi hendaknya menjadikan mahasiswa semakin cerdas dalam menyikapi berbagai masalah.
“Selain itu penting juga mahasiswa untuk ikut menjadi agen yang aktif meredam segala upaya disintegrasi antar kelompok, namun sikap kritisisme terhadap kebijakan pemerintah tetap harus dilakukan agar kita tidak serta merta berpihak pada ekstrim entah kanan atau kiri,” pungkasnya.
Reporter: M. S. Najib